Penatalaksanaan Intoksikasi Zat Psikoaktif
Penatalaksanaan intoksikasi zat psikoaktif dimulai dengan mengatasi kegawatan apabila ada, misalnya depresi napas atau henti jantung. Pastikan patensi airway, breathing, dan perbaikan circulation. Pemasangan pipa endotrakeal mungkin diperlukan pada beberapa kasus, misalnya pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Apabila memungkinkan, dokter bisa memberikan antidotum, misalnya pemberian naloxone pada intoksikasi opioid.[1,12]
Tata Laksana Kegawatan
Pada kondisi akut, prinsip penanganan kegawatdaruratan harus dilakukan, termasuk penilaian jalan napas, pernapasan, dan stabilitas hemodinamik. Pastikan patensi jalan napas dan berikan oksigen suplemental sesuai indikasi. Lakukan intubasi pada pasien dengan penurunan kesadaran. Selain itu, jika pasien mengalami penurunan kesadaran, singkirkan penyebab penurunan kesadaran lain seperti cedera otak traumatik atau gangguan elektrolit.
Penatalaksanaan juga dilakukan sesuai kegawatan yang timbul. Sebagai contoh, lakukan resusitasi jantung paru untuk pasien dengan henti jantung. Pada pasien yang gaduh gelisah, misalnya agresif atau mengamuk, baik dengan atau tanpa gejala psikosis dapat diberikan benzodiazepine seperti diazepam 5 mg.[1,12]
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yang diberikan kepada pasien dipilih spesifik sesuai dengan zat yang disalahgunakan dan gejala yang timbul.
Intoksikasi Alkohol
Pada intoksikasi alkohol, penting untuk memperhatikan tingkat hidrasi pasien dan koreksi bila diperlukan. Lakukan pemeriksaan glukosa sewaktu. Jika pasien mengalami hipoglikemia, koreksi dengan pemberian dextrose 5%. Suplementasi dengan vitamin B1 mungkin diperlukan untuk mencegah timbulnya ensefalopati Wernicke.[1,13]
Intoksikasi Opioid
Pada intoksikasi opioid bisa diberikan antagonis opioid naloxone secara intravena, subkutan, intramuskular, endotrakea, atau intranasal, manapun yang paling mungkin dilakukan sesuai kondisi pasien. Dosis yang digunakan adalah 0,2-0,4 mg dan boleh diberikan berulang setiap 2-3 menit sampai dosis maksimal 10 mg.[1,14]
Intoksikasi Benzodiazepine
Pada intoksikasi benzodiazepine, bisa terjadi hipotensi yang bisa dikoreksi dengan pemberian cairan intravena. Penggunaan karbon aktif, bilas lambung, atau hemodialisis tidak disarankan.
Flumazenil bisa diberikan pada kasus intoksikasi benzodiazepine. Pemberiannya melalui injeksi intravena 0,1-0,2 mg dalam waktu 30 detik, bisa diulang 0,1 mg setiap 1 menit sampai pasien sadar dan pernapasan baik. Dosis maksimum yang boleh diberikan adalah 1-2 mg.[1,15]
Intoksikasi Kanabis
Pada intoksikasi kanabis, terapi bersifat suportif. Tidak ada obat spesifik yang menjadi antidotum. Pasien yang mengalami mual bisa diberikan promethazine atau metoclopramide. Pasien dengan gangguan tidur, gelisah, atau iritabilitas bisa diberikan benzodiazepine.[1-3]
Intoksikasi Amfetamin dan Kokain
Pada intoksikasi amfetamin dan kokain, tidak ada antidotum spesifik yang bisa diberikan. Penatalaksanaan yang diberikan bersifat simtomatik. Resusitasi cairan bisa diberikan dengan cairan salin normal hingga output urin 2-3 ml/kg/jam.
Benzodiazepine dapat diberikan pada pasien yang mengalami kejang. Benzodiazepine juga bermanfaat pada pasien yang mengalami hipertensi yang diinduksi oleh penggunaan kokain. Pilihan lain adalah pemberian vasodilator nitrogliserin, terutama jika pasien mengalami nyeri dada.
Pasien yang mengalami hipoglikemia dapat diterapi dengan pemberian vitamin B1 100 mg bolus intravena, dilanjutkan dengan dextrose 50% 50 ml bolus intravena.[1-3,16]
Intoksikasi Inhalan
Intoksikasi inhalan juga tidak memiliki antidotum spesifik. Terapi bersifat suportif saja. Jika pasien mengalami kejang, maka bisa diberikan benzodiazepine seperti lorazepam atau diazepam.[1-3,16]
Psikoterapi
Psikoterapi pada penyalahgunaan zat terutama ditujukan untuk mendukung dan mengontrol abstinensia, pencegahan relaps, dan harm reduction. Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan pendekatan yang umum digunakan.[17]