Penatalaksanaan Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
Penatalaksanaan post traumatic stress disorder (PTSD) sebaiknya selalu diawali dengan psikoterapi suportif, tawaran untuk diskusi mengenai peristiwa traumatik, dan edukasi mengenai koping yang efektif. Seluruh pasien dengan PTSD, utamanya individu dengan gangguan disosiatif, harus menjalani pemeriksaan terkait aspek-aspek bunuh diri.[1,11,17-19]
Psikoterapi
Psikoterapi yang direkomendasikan untuk post traumatic stress disorder (PTSD) adalah dengan psikoterapi psikodinamik. Dengan metode ini, pasien dipandu melakukan rekonstruksi pengalaman peristiwa traumatik dengan abreaksi dan katarsis yang terkait. Psikoterapi ini harus dibuat individual karena daya tahan pasien terhadap flashback atau re-experiencing berbeda-beda.
Cognitive behavioural therapy (CBT) yang berfokus pada trauma atau trauma focused CBT disertai dengan latihan relaksasi merupakan psikoterapi yang efektif dalam penanganan PTSD.[11–13]
Intervensi psikoterapi lainnya yang bisa diberikan adalah terapi perilaku, terapi kognitif, dan hipnosis. Psikoterapi manapun yang digunakan, manajemen psikoterapi pascatrauma secara umum mengikuti model intervensi krisis yang terdiri dari suportif, edukasi, dan pengembangan mekanisme koping yang membantu pasien menerima peristiwa traumatik.[1,5]
Medikamentosa
Farmakoterapi lini pertama yang dilaporkan efektif untuk post traumatic stress disorder (PTSD) adalah obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), yaitu sertraline, venlafaxine, dan paroxetine.
Farmakoterapi lain yang bisa digunakan adalah:
- Golongan antidepresan trisiklik seperti imipramin dan amitriptyline
Monoamine oxidase inhibitor (MAOI) seperti phenelzine dan trazodone
- Obat antikonvulsan seperti carbamazepine dan asam valproat
- Antagonis adrenoreseptor alfa-1 dilaporkan efektif dalam mengatasi mimpi buruk pada pasien PTSD[1,4,5,11]
Terapi dipertahankan sampai 8 minggu sebelum diputuskan tidak ada respon dan dilanjutkan sampai setidaknya 1 tahun sebelum dilakukan tapering off.[1,4,5,11]
Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR)
Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) merupakan salah satu terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah psikologis pada korban peristiwa traumatik. Pada EMDR, pasien diminta untuk membayangkan kembali peristiwa traumatik sampai timbul gejala, kemudian pasien diminta memfokuskan mata untuk mengikuti pergerakan jari tangan terapis di depan mata pasien.
Terapis akan menggerakkan jari tangannya ke beberapa arah dan pasien diminta mengikuti sambil tetap membayangkan peristiwa traumatik. Tujuan dari terapi ini adalah memutuskan hubungan memori emosional trauma dengan memori mengenai traumanya itu sendiri.[11,14]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli