Prognosis Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
Prognosis post traumatic stress disorder (PTSD) tergantung kemampuan koping menghadapi kejadian traumatik, respon psikoterapi psikodinamik, dan komorbid seperti gangguan mental. Komplikasi PTSD yang ditakutkan adalah kejadian bunuh diri, depresi mayor, dan penyalahgunaan zat sebagai respon koping.
Komplikasi
Komplikasi post traumatic stress disorder (PTSD) yang paling sering adalah gangguan mental lain, seperti depresi mayor, gangguan cemas, gangguan bipolar, dan penyalahgunaan zat. Komplikasi lainnya yang dapat timbul adalah kurangnya performa sosial, isolasi, dan distres.
Pada populasi perempuan hamil, adanya PTSD dapat berpengaruh pada outcome kehamilan, seperti berat badan lahir rendah dan kemampuan menyusui menurun. PTSD juga bisa memicu timbulnya kecemasan dan depresi pada populasi ini.[1,5,7,15]
PTSD telah dikaitkan dengan peningkatan risiko bunuh diri, baik pemikiran atau percobaan bunuh diri. Risiko dilaporkan meningkat hingga hampir 3 kali lipat. Hal ini akan semakin meningkat pada pasien dengan gangguan disosiatif.[17–19]
Prognosis
Prognosis post traumatic stress disorder (PTSD) berhubungan dengan kemampuan pasien untuk koping terhadap stress, psikoterapi, dan dukungan sosial. Sebuah studi dilakukan pada hampir 1600 pasien PTSD menggunakan data dari the WHO World Mental Health surveys.
Berdasarkan studi tersebut, 20% mengalami perbaikan dalam 3 bulan. Persentase perbaikan meningkat dalam 6 bulan menjadi 27%, dan 50% dalam 24 bulan. Setelah 10 tahun, 77% pasien PTSD mengalami perbaikan. Kelompok usia 25–44 tahun memiliki persentase kesembuhan yang lebih tinggi, yaitu 89%. Wanita lebih cepat mengalami perbaikan daripada pria.
Berdasarkan kejadian traumatik, korban penculikan adalah kelompok yang relatif paling lama mengalami perbaikan dengan rentang waktu >25 tahun. Selanjutnya korban kekerasan dan melihat kekerasan, seperti pembunuhan dan penyiksaan, mengalami penyembuhan dalam 24 bulan.[1,22]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli