Epidemiologi Psikosomatis
Epidemiologi psikosomatis atau somatoform disorder banyak ditemukan di layanan primer, yaitu 7−7% dari populasi umum. Prevalensi pada populasi Asia cenderung lebih besar, karena terkait dengan stigma gangguan mental sehingga distress psikologis lebih banyak diungkapkan sebagai keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan.[4,5]
Global
Prevalensi psikosomatis mencapai 5−7% pada populasi umum. Besarnya angka ini menunjukkan bahwa psikosomatis merupakan salah satu gangguan mental yang banyak ditemukan di layanan primer. Keluhan dapat berupa angina pektoris, gastritis, dispepsia, atau vertigo.[4,12]
Sebuah studi di Asia dilakukan oleh Chander et al tahun 2019. Studi melibatkan 422 subjek dewasa yang dipilih secara sistematik random sampling di poliklinik rawat jalan psikiatri kontak pertama. Hasil studi menunjukkan bahwa prevalensi gangguan somatoform sebesar 5%, dan berkorelasi signifikan dengan median usia 40,5 tahun, perempuan, menikah, pendidikan kurang dari 5 tahun, serta pendapatan bulanan dan status sosial ekonomi rendah.[17]
Indonesia
Data prevalensi psikosomatis di Indonesia belum ada, tetapi pada tahun 2016 terdapat penelitian mengenai prevalensi gangguan somatoform di RSUP dr Sardjito tahun 2012−2014. Catartika et al menemukan prevalensi yang sangat kecil (0,06%), di mana hasil ini perlu disikapi dengan bijak mengingat RSUP dr Sardjito adalah rumah sakit rujukan tingkat akhir. Angka ini mungkin hanya menunjukkan prevalensi pasien somatoform berat yang tidak bisa diterapi di faskes layanan sebelumnya.[13]