Penatalaksanaan Psikosomatis
Penatalaksanaan psikosomatis atau somatoform disorder sebaiknya fokus pada perbaikan tilikan diri pasien, di mana pasien menyadari bahwa gejala-gejala yang dialami adalah manifestasi dari stressor psikologis. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendiskusikan gejala yang dialami, dengan menghubungkan stressor psikososial yang dimiliki pasien.[3]
Tata Laksana di Fasilitas Kesehatan Primer
Tata laksana yang bisa dilakukan oleh dokter umum di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) primer adalah deteksi dini, psikoedukasi pasien mengenai gangguan yang dialami, manajemen keluhan fisik yang dialami pasien, manajemen perilaku (misalnya dengan relaksasi), dan psikoterapi suportif.[14]
Farmakoterapi juga boleh dimulai di layanan primer, tentunya dengan obat yang tersedia di layanan primer, di mana biasanya terbatas pada amitriptilin dan fluoxetine.[14]
Rujukan ke Spesialis
Pasien sebaiknya dirujuk ke spesialis bila terapi yang diberikan di fasyankes primer tidak efektif, pasien tidak patuh dengan terapi, atau terdapat komorbid/komplikasi gangguan psikiatri berat, misalnya terdapat risiko bunuh diri.
Terapi dinyatakan tidak efektif bila respon perbaikan gejala tidak ada atau minimal setelah 2 bulan, dan/atau tidak menunjukkan respon setelah pemberian antidepresan dari dua kelas yang berbeda, dengan dosis adekuat selama setidaknya 4 minggu.[12,14,15]
Psikoterapi
Psikoterapi yang bisa diberikan kepada pasien psikosomatis adalah cognitive behavioural therapy (CBT), yang bertujuan untuk memperbaiki distorsi kognitif, serta mengurangi stress, pemeriksaan medis, dan depresi. Fokus CBT adalah pada usaha-usaha untuk memodifikasi distorsi kognitif, keyakinan yang tidak realistis, kecemasan, dan perilaku yang memicu timbulnya gejala.[3,4,14]
Psikoterapi lain yang bisa diberikan adalah terapi perilaku untuk mempertahankan fungsi sosial dan pekerjaan yang semula dihalangi oleh gejala somatik. Psikoterapi perilaku yang dapat dilakukan dokter umum adalah token ekonomi (reward and punishment).Dokter mengajarkan kepada pasien untuk memberi reward kepada diri sendiri bisa target perilaku tertentu tercapai, misalnya menyelesaikan pekerjaan meskipun mengalami nyeri lambung, dan reward ditunda bila target tidak terpenuhi.[4,14]
Terapi lain yang bisa diberikan dokter umum adalah relaksasi, misalnya dengan deep breathing dan progressive muscular relaxation. Semua bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh dokter sebaiknya didampingi dengan psikoterapi suportif.[14]
Medikamentosa
Rekomendasi medikamentosa untuk penanganan psikosomatis adalah obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), karena mempunyai profil keamanan yang relatif baik. Obat-obatan antidepresan yang bisa diberikan adalah:
- SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor): fluoxetine, fluvoxamine, sertraline, citalopram, paroxetine, dan escitalopram
- Trisiklik: amitriptilin, maprotilin
- SNRI (serotonin norepinephrine reuptake inhibitors): duloxetine
- Atipikal (obat-obat yang tidak bekerja pada sistem serotonin): mirtazapine[4]
Obat antiepilepsi dan obat antipsikotik juga bisa digunakan, tetapi bukti efektifitas untuk mendukungnya masih sedikit. Sedangkan obat antiansietas golongan benzodiazepine boleh diberikan sementara atau jangka pendek. Obat ini sebaiknya tidak digunakan sebagai modalitas terapi jangka panjang karena memiliki risiko adiksi.[3,12]
Selain mendapatkan obat psikiatri, pasien sebaiknya juga tetap mendapatkan obat-obatan yang sesuai dengan keluhan fisiknya.[3]