Penatalaksanaan Tobacco Use Disorder
Penatalaksanaan tobacco use disorder bertujuan untuk membuat pasien berhenti merokok. Hal ini bisa dilakukan dengan kombinasi farmakoterapi dan konseling. Keberhasilan tata laksana untuk membuat pasien berhenti merokok sangat berhubungan dengan manajemen gejala-gejala putus zat pada pasien. Penanganan gejala putus zat yang baik akan membantu pasien melewati fase tersulit dalam terapi berhenti merokok.[1,11]
Konseling
Pada pasien dengan tobacco use disorder, sebaiknya dilakukan konseling dengan pendekatan 5A untuk berhenti merokok.
Ask, tanyakan mengenai perilaku merokok yang dimiliki pasien (durasi, frekuensi, pola penggunaan, dampak negatif yang dialami)
Assess, lakukan penilaian keinginan pasien untuk berhenti merokok
Advice, berikan saran-saran pada pasien untuk berhenti merokok. Saran diberikan dengan argumen yang kuat dan bersifat individual untuk setiap pasien, sesuaikan dengan kondisi fisik dan mental pasien.
Assist, berikan informasi mengenai cara-cara berhenti merokok, rujuk bila diperlukan, dan jenis-jenis pengobatan yang tersedia.
Arrange follow up, atur waktu follow up untuk terus memberikan dukungan pada pasien untuk berhenti merokok. Bahkan ketika pasien sudah berhasil berhenti merokok, follow up tetap diperlukan untuk mencegah relaps.[1,13]
Medikamentosa
Beberapa modalitas farmakoterapi direkomendasikan sebagai terapi untuk membantu pasien berhenti merokok.
Nicotine Replacement Therapy
Terapi ini dilakukan dengan cara mengganti metode konsumsi nikotin dari rokok menjadi metode lain, misalnya patch transdermal atau permen. Penelitian menunjukkan bahwa nicotine replacement therapy efektif digunakan sebagai modalitas tunggal atau dalam kombinasi dengan terapi perilaku.[1,7]
Bupropion dan Nortriptilin
Bupropion adalah antidepresan yang efektif digunakan untuk membantu pasien berhenti merokok, baik sebagai modalitas tunggal atau dikombinasikan dengan nicotine replacement therapy. Dosis inisialnya adalah 150 mg/24 jam selama 3 hari pertama, kemudian dinaikkan menjadi 150 mg/12 jam selama 8-10 minggu. Tingkat ketidakpatuhan pada terapi dengan bupropion lebih tinggi dibandingkan nicotine replacement therapy karena banyaknya efek samping.[1,12]
Nortriptilin adalah antidepresan yang dilaporkan efektif dalam membantu pasien berhenti merokok dan merupakan terapi lini kedua. Fakta bahwa buproprion dan nortriptilin bisa digunakan untuk terapi berhenti merokok, menunjukkan adanya peran neurotransmisi dopaminergik dan adrenergik dalam terapi berhenti merokok. Nortriptilin mempunyai efek samping antikolinergik yang berupa xerostomia, konstipasi, pandangan kabur, retensi urine, dan gangguan kognitif.[1]
Clonidine
Clonidine merupakan terapi lini kedua untuk berhenti merokok. Clonidine bisa mengurangi craving (keinginan yang kuat untuk kembali menggunakan zat) untuk rokok. Obat ini bisa diberikan secara transdermal atau oral, namun harus berhati-hati dalam pemberian karena efek samping hipotensi, bradikardia, depresi sistem saraf pusat, depresi napas, dan xerostomia.[1]
Varenicline dan Cytisine
Varenicline adalah agonis parsial reseptor nikotinik asetilkolin yang disetujui untuk digunakan dalam terapi berhenti merokok. Dosis obat ini dinaikkan pelan-pelan sampai 1 mg/12 jam dan dipertahankan selama 11 minggu. Obat ini dilaporkan lebih efektif dibandingkan nicotine replacement therapy.[1,7,13]
Cytisine adalah senyawa alkaloid alami yang bekerja dengan mekanisme yang sama dengan varenicline. Dosis inisial adalah 1,5 mg per 2 jam sampai maksimal 6 dosis per hari. Selama terapi, pasien harus menurunkan jumlah konsumsi nikotin. Bila respon terapi baik, terapi diteruskan dengan 5 dosis per hari sampai hari 4-12. Bila tidak didapatkan respon yang adekuat, maka sebaiknya terapi dihentikan dan diulang dari awal setelah 2-3 bulan.[13]
Rimonabant
Rimonabant adalah antagonis reseptor kanabinoid yang efektif digunakan untuk membantu pasien berhenti merokok. Obat ini bisa membantu meningkatkan efek nikotin, meskipun konsumsinya dikurangi.[7]
Rokok Elektrik
Rokok elektrik telah digunakan sebagai alat untuk membantu berhenti merokok pada fase transisi, namun sayangnya penelitian menunjukkan bahwa metode ini bisa memicu penyalahgunaan produk-produk tembakau pada pasien dengan usia muda. Penelitian lebih lanjut juga masih diperlukan sebagai perbandingan efikasi rokok elektrik dan obat atau terapi pengganti nikotin lainnya.[1]
Intervensi Perilaku
Intervensi perilaku dengan program berhenti merokok diawali dari pembentukan motivasi individual untuk berhenti. Sesi konseling singkat mengenai akibat rokok, cara, dan manfaat berhenti merokok secara rutin bisa meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti.
Intervensi perilaku bisa dilakukan dalam sesi individual atau dalam bentuk terapi kelompok. Ada beberapa jenis intervensi perilaku yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok :
- Membantu pasien mendapatkan keterampilan problem solving. Misalnya, menghindari situasi dimana dirinya atau orang lain biasanya merokok, lalu mengidentifikasi pemicu perilaku merokok dan menghindarinya
Stress management, karena umumnya perilaku merokok memberat ketika terdapat stressor
- Membantu memberikan dukungan sosial untuk berhenti merokok
- Membantu perokok untuk mendapatkan dukungan untuk berhenti merokok dari luar lingkungan terapi[17,18]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan beberapa tahap berikut untuk pasien yang berusaha berhenti merokok :
- Pasien menyampaikan kepada orang lain mengenai keputusannya untuk berhenti merokok
- Tetapkan target waktu, misalnya 2-3 minggu
- Mulai dengan cara yang mudah. Misalnya, sarankan pasien untuk mencatat dalam kondisi apa ia lebih sering merokok (bosan, cemas, kesepian, sedang menonton, bermain kartu, atau jika minum kopi). Beri nilai 0 sampai 5, dengan kriteria 0 adalah merokok sangat banyak seperti kereta api dan 5 hanya jika diperlukan. Kemudian, minta pasien mengenali saat dimana ia merokok seperti kereta api dan buatlah upaya untuk berhenti merokok secara bertahap
- Hindari kebiasaan yang sering meningkatkan keinginan merokok, misalnya konsumsi kopi dan alkohol atau menghadiri acara malam. Jika pasien merasa godaan sangat besar, cobalah mengonsumsi produk susu, buah-buahan, dan sayuran lebih banyak karena studi menyebutkan bahwa makanan tersebut akan memberikan cita rasa yang kurang enak saat merokok[19]