Pendahuluan Emfisema
Emfisema adalah suatu penyakit obstruktif paru yang bersifat kronis dan progresif, ditandai dengan adanya kelainan anatomis berupa pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal dan kerusakan parenkim paru. Emfisema masuk ke dalam klasifikasi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bersama dengan bronkitis kronik.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) sudah tidak lagi membedakan kategori emfisema atau bronkitis kronik pada PPOK. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya emfisema adalah kebiasaan merokok, riwayat terpapar dengan polusi udara secara kronis, dan kelainan bawaan atau genetik seperti defisiensi antitripsin alfa-1.
Gejala utama pada emfisema adalah sesak napas. Sesak napas disebabkan akibat adanya keterbatasan pada aliran udara akibat abnormalitas yang terjadi pada alveolus di bagian bronkiolus terminalis. Ukuran alveolus yang mengalami emfisema membesar dan mengalami destruksi pada dindingnya sehingga terjadi penurunan elastisitas paru.
Diagnosis emfisema ditegakkan terutama melalui pemeriksaan spirometri. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat membantu mengonfirmasi emfisema adalah rontgen toraks dan CT Scan.
Tujuan terapi emfisema adalah untuk mengendalikan gejala, mencegah progresi penyakit, meningkatkan kapasitas olahraga, mencegah komplikasi dan eksaserbasi, serta menurunkan mortalitas. Farmakoterapi yang umumnya diberikan adalah bronkodilator bersama dengan obat antiinflamasi seperti kortikosteroid. Bronkodilator yang dapat diberikan misalnya bronkodilator kerja pendek seperti salbutamol, serta bronkodilator kerja panjang seperti salmeterol. Contoh kortikosteroid yang dapat diberikan adalah fluticasone.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Novita