Etiologi Emfisema
Etiologi utama emfisema adalah adanya paparan kronik terhadap gas polutan berbahaya seperti asap rokok. Paparan kronik asap rokok ditemukan pada 80-90% pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), termasuk emfisema. Etiologi lainnya dapat berupa asap polusi lingkungan yang berasal dari pembakaran bahan bakar biomassa, serta gas polutan lain seperti sulfur dioksida. Aktivitas memasak yang masih menggunakan kayu bakar juga menjadi etiologi yang sering untuk emfisema, terutama di negara berkembang.
Etiologi lain dari emfisema adalah adanya penyakit kelainan autosomal resesif berupa defisiensi antitripsin-1 yang mempengaruhi organ paru dan hepar. Etiologi ini sering dikaitkan dengan emfisema jenis panasinar bibasilar yang terjadi di usia yang relatif muda.[1,2,5]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya emfisema mencakup usia lanjut, merokok, dan asma bronkial.
Usia Lanjut
Perubahan struktural dan fungsional terjadi seiring dengan proses penuaan. Emfisema menjadi salah satu perubahan yang terjadi pada proses penuaan sistem respirasi, meskipun dapat bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.[5,6]
Merokok Aktif Maupun Pasif
Merokok merupakan faktor risiko utama pada emfisema. Penelitian menyatakan bahwa emfisema terjadi pada 8 dari 10 perokok. Paparan asap rokok pada masa intrauterin juga meningkatkan risiko terjadinya PPOK pada bayi yang dilahirkan di kemudian hari.[1,2]
Paparan Gas Beracun dari Polutan Lingkungan
Paparan gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar biomassa, pertambahangan, atau bahan organik seperti kayu, padi, atau gandum diprediksi menjadi faktor risiko pada 31,1% penderita emfisema atau PPOK.[1,5]
Riwayat Asma Bronkial
Riwayat asma berat pada masa anak-anak meningkatkan risiko PPOK termasuk emfisema sebanyak 32 kali lipat dibandingkan kelompok yang tidak memiliki riwayat asma. Riwayat bronkitis dengan wheezing pada anak-anak juga terbukti mempengaruhi terjadinya peningkatan risiko PPOK termasuk emfisema di kemudian hari.[10]
Pengguna Obat-Obatan Narkotika Intravena
Sekitar 2% pengguna obat-obatan narkotika intravena seperti methadone dan methylphenidate juga dilaporkan mengalami emfisema akibat adanya serat tak larut yang ikut dalam proses injeksi. Laporan terbaru juga menyatakan adanya kejadian emfisema pada usia muda yang dipicu oleh penggunaan marijuana.[1,2]
Infeksi Paru Kronik
Infeksi paru kronik seperti tuberkulosis (TB) paru terkonfirmasi menjadi faktor risiko independen terhadap emfisema. Inflamasi rekuren atau residual yang terjadi pada TB paru merupakan pemicu terjadinya remodeling pada struktur paru sehingga menyebabkan emfisema.[7]
Penyakit HIV
Penelitian terbaru melaporkan bahwa di era terapi menggunakan antiretroviral therapy (ART), penyakit HIV meningkatkan risiko terjadinya emfisema akibat adanya aktivasi imun melalui CD14 yang terlihat meningkat. Aktivasi oleh CD14 ini dicurigai terjadi akibat adanya translokasi bakteri mukosa meskipun telah diberi ART.[2,11]
Penyakit Autoimun
Penelitian genome yang dilakukan Georgia State University dan Vanderbilt University Medical Center menyimpulkan bahwa penyakit autoimun mungkin meningkatkan faktor risiko terjadinya PPOK, termasuk emfisema. Penelitian tersebut mengonfirmasi adanya hubungan genetik antara penyakit autoimun dengan PPOK sehingga perlu dikaji lebih lanjut pada penelitian klinis.[8]
Sindrom Marfan
10% pasien sindrom Marfan akan menderita PPOK termasuk emfisema. Mutasi pada gen FBN1 yang terjadi pada sindrom Marfan mempengaruhi terjadinya abnormalitas pada beberapa sistem organ, termasuk terjadinya emfisema pada sistem pernapasan.[2,9]
Berat Badan Lahir Rendah
Penelitian terbaru mengatakan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) pada neonatus merupakan faktor risiko PPOK, termasuk emfisema, di kemudian hari. BBLR secara signifikan mempengaruhi terjadinya penurunan Forced Expiratory volume in one second (FEV1) pada usia 59-70 tahun.[2,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Novita