Prognosis Pneumonia Komuniti
Prognosis pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) bergantung pada berbagai faktor, seperti usia tua dan adanya komplikasi, misalnya empiema. Pasien CAP yang membutuhkan perawatan di ruang intensif memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi.
Komplikasi
Komplikasi pneumonia komuniti atau CAP antara lain adalah efusi parapneumonia, empiema, abses paru, koagulopati, fibrosis paru, pembentukan kavitas, meningitis dan pneumonia nekrotik. Komplikasi lain ditemukan pada infeksi yang memberat sampai mengancam nyawa terutama ditemukan pada pada kondisi syok sepsis dan gagal napas.[6,35]
Efusi Parapneumonia
Efusi parapneumonia adalah kondisi berkumpulnya cairan eksudatif yang sifatnya steril di rongga pleura pada sisi ipsilateral paru yang mengalami infeksi. Kondisi ini biasanya terjadi bila terapi yang diberikan tidak adekuat. Efusi parapneumonia terjadi akibat meningkatnya permeabilitas kapiler rongga pleura yang dirangsang oleh sitokin proinflamasi.
Hal ini sering ditemukan pada infeksi bakteri. Apabila dilakukan analisa cairan yang efusi ini, biasanya banyak ditemukan neutrofil. Selanjutnya bila terapi yang diberikan tidak adekuat, maka bagian yang efusi akan disertai infeksi dan menjadi empiema.
Keadaan ini menghambat ekspansi paru dan mengganggu kemampuan ventilasi, sehingga pada efusi pleura yang berukuran sedang sampai besar harus dilakukan drainase dengan volume maksimal 1,5 liter dan/atau tekanan pleura turun di bawah 20 cmH2O. Sedangkan untuk efusi yang kecil dengan gejala respiratori yang berat dapat dipertimbangkan untuk drainase.[36,63,64]
Empiema
Empiema adalah akumulasi pus pada cavum pleura. Empiema adalah lanjutkan dari efusi parapneumonia, dimana efusi ini disertai infeksi dan membentuk pus. Pada empiema, akibat tidak mendapatkan terapi yang adekuat, rongga pleura, selain berisi cairan eksudat juga akan terisi oleh gumpalan fibrin dan membran fibrin.[36]
Abses Paru
Abses paru adalah kondisi yang terjadi akibat terbentuknya jaringan nekrotik oleh infeksi yang terjadi di parenkim paru yang sifatnya subakut. Infeksi pneumonia komuniti berat pada parenkim paru dapat menyebabkan terbentuknya abses apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat.[37]
Koagulopati
Koagulopati adalah kondisi gangguan homeostasis, baik karena gangguan pada pembuluh darah, trombosit, faktor pembekuan dan protein fibrinolitik. Pada pneumonia komuniti, koagulopati terjadi karena makrofag alveolar, sel endotel, dan neutrofil yang teraktivasi juga mengekspresikan tissue factor di permukaannya.
Hal ini kemudian menarik faktor trombogenik dan ke area inflamasi, dan menyebabkan koagulopati sistemik. Bila infeksi dan inflamasi berlanjut terus, proses ini kemudian akan menjadi disseminated intravascular coagulation (DIC).[38,39]
Fibrosis Paru
Fibrosis paru terjadi karena proses inflamasi yang berakhir dengan pembentukan jaringan parut pada parenkim paru. Hal ini umumnya terjadi sebagai respon terhadap sitokin proinflamasi saat proses regenerasi jaringan baru sedang berlangsung. Pada pneumonia komuniti, kondisi fibrosis paru dapat terjadi saat penyembuhan pneumonia yang membentuk jaringan nekrotik atau abses paru.[40]
Pembentukan Kavitas
Kavitas didefinisikan sebagai ruang berisi gas pada area konsolidasi pulmonal atau didalam sebuah massa atau nodul, yang terbentuk akibat ekspulsi jaringan nekrotik lewat bronchial tree. Pada pneumonia komuniti, kavitas dapat ditemukan pada infeksi supuratif. Etiologi yang paling sering menyebabkan pembentukan kavitas adalah Mycobacterium tuberculosis, Streptococcus pneumoniae, dan Klebsiella pneumoniae.[41,42]
Meningitis
Meningitis adalah kondisi inflamasi pada lapisan meninges. Pada pneumonia komuniti, meningitis dapat terjadi pada infeksi pneumonia yang telah menyebar melalui sistem peredaran darah, ke subarachnoid dan menembus sawar darah otak, sehingga menyebabkan reaksi inflamasi pada meninges.[43]
Pneumonia Nekrotik
Pneumonia nekrotik adalah kondisi abses paru multiple yang berukuran kurang dari 2 cm di parenkim paru. Keadaan ini seringkali terjadi pada pneumonia komuniti berat yang tidak menerima terapi yang adekuat kemudian berakhir dengan komplikasi pneumonia nekrotik.[44]
Sepsis dan Syok Sepsis
Sepsis adalah sindrom klinis sebagai respon tubuh terhadap infeksi dan dapat menyebabkan kegagalan organ multipel dan hipotensi. Syok sepsis adalah kondisi syok yang disebabkan oleh reaksi inflamasi akibat infeksi berat di dalam tubuh yang ditandai oleh hipotensi dengan mean arterial pressure (MAP) <65 mmHg. Pneumonia komuniti merupakan salah satu etiologi tersering terjadinya sepsis, sedangkan pneumokokus adalah salah satu bakteri tersering penyebab terjadinya syok sepsis pada pasien pneumonia.[45,46]
Gagal Napas
Gagal napas adalah kondisi sistem pernapasan yang gagal menyediakan oksigen bagi tubuh (tipe 1) atau mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh (tipe 2) atau keduanya. Gagal napas tipe 1 ditandai dengan tekanan parsial oksigen di arteri (PaO2) < 60 mmHg, tapi tekanan parsial CO2 di arteri (PaCO2) normal atau menurun. Sedangkan gagal napas tipe 2 adalah sebaliknya dengan PaCO2 >45 mmHg dan pH < 7.35.[47]
Kondisi gagal napas pada pneumonia komuniti terjadi akibat ventilation/perfusion (V/Q) mismatch, yang biasanya terjadi pada gagal napas tipe 1. Gagal napas tipe 2 biasanya terjadi pada kondisi sepsis atau komorbid penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).[47]
Prognosis
Prognosis pasien pneumonia komuniti atau CAP dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada pasien tanpa komorbid umumnya memiliki prognosis yang sangat baik. Akan tetapi, pada pasien dengan faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi penyakit pasien seperti usia tua, penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), imunokompromais seperti human immunodeficiency virus (HIV), infeksi gram negatif seperti Klebsiella, Pseudomonas, serta komorbid lainnya dapat memiliki outcome yang lebih buruk.[6,35,48]
Pada pneumonia yang tidak diobati, angka mortalitas dapat mencapai 25%. Pneumonia juga dapat menyebabkan morbiditas permanen akibat kerusakan jaringan paru.[6,35,48]
Pasien CAP yang dirawat di ruang perawatan intensif juga memiliki angka mortalitas yang sangat tinggi, mencapai 23%. Risiko mortalitas di masa yang akan datang juga meningkat pada pasien dengan riwayat CAP. Angka mortalitas pasien pneumonia komuniti dalam satu tahun mencapai 17 sampai 40% dan terus meningkat setiap tahun.[3,6,35,48]
Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon