Edukasi dan Promosi Kesehatan Pneumonia Nosokomial
Edukasi dan promosi kesehatan terkait pneumonia nosokomial atau hospital-acquired pneumonia (HAP) terutama penjelasan cara pencegahan penyakit. Pencegahan dari pasien termasuk penggunaan antibiotik yang adekuat dan modifikasi kebiasaan merokok. Sedangkan pencegahan dari petugas kesehatan di antaranya mencuci tangan, mengendalikan infeksi, dan mencegah inhalasi dari saluran napas atas maupun aspirasi dari saluran cerna bagian atas.[1,5]
Edukasi Pasien
Edukasi pasien pneumonia nosokomial tanpa ventilator adalah penjelasan penyebab patogen, pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, pilihan terapi antibiotik yang tepat, serta prognosis yang diharapkan dari penatalaksanaan yang adekuat. Pasien juga perlu dijelaskan beberapa risiko efek samping obat-obatan yang diberikan.[1,5]
Pneumonia nosokomial early-onset yang muncul kurang 5 hari setelah masuk rumah sakit memiliki prognosis lebih baik, karena umumnya patogen penyebab tidak berbeda dengan pneumonia komunitas. Riwayat penggunaan obat antibiotik sebelumnya juga dapat meningkatkan kemungkinan resistensi antibiotik yang dapat memperburuk prognosis.[5]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan pneumonia nosokomial dapat dibagi menjadi dua, yaitu modifikasi faktor risiko pasien dan kontrol infeksi di rumah sakit.
Modifikasi Faktor Risiko Pasien
Faktor risiko pasien yang dapat dimodifikasi misalnya aktivitas fisik dan penurunan berat badan. Pemberian vaksin influenza dan vaksin pneumokokus dapat menjadi tindakan prevensi jangka panjang dari pneumonia nosokomial.[5]
Berhenti merokok merupakan salah satu cara pencegahan pneumonia nosokomial, terutama pada pasien yang akan menjalani operasi. Pasien direkomendasikan untuk berhenti merokok minimal 8 minggu sebelum operasi. Kontrol nyeri pasca operasi juga merupakan hal penting dalam mencegah komplikasi pada paru.[3,5]
Kontrol Infeksi di Rumah Sakit
Kontrol infeksi merupakan hal yang penting dalam pencegahan infeksi nosokomial. Tangan merupakan reservoir yang potensial menjadi sumber penularan infeksi dari tenaga kesehatan. Pembersihan stetoskop dan alat kesehatan lainnya secara rutin mungkin bermanfaat dalam memutus rantai infeksi.[5]
Mencuci tangan yang adekuat, terutama dengan desinfektan berbasis alkohol, merupakan salah satu program yang terbukti dapat menurunkan insidensi infeksi patogen multiresisten. Etika batuk seperti penggunaan masker atau tisu ketika seorang individu batuk atau bersin merupakan perilaku penting dalam mengurangi penyebaran patogen respiratorik.[3-5]
Pencegahan Inhalasi/Mikroaspirasi dari Saluran Napas Atas
Mikroaspirasi atau inhalasi sekret dari saluran napas atas merupakan mekanisme utama terjadi pneumonia nosokomial, terutama ventilator-associated pneumonia (VAP). Beberapa upaya untuk menurunkan risiko infeksi nosokomial pada pasien dengan ventilator di antaranya:
- Mempertahankan tekanan cuff endotracheal ≥20 cmH₂O untuk mencegah kebocoran
- Membatasi penggunaan obat-obatan sedatif dan agen paralitik yang dapat menekan refleks batuk
- Mengurangi frekuensi suction trakeal yang tidak diperlukan
- Menghindari over distensi gaster[3-5]
Durasi penggunaan ventilator juga berpengaruh pada faktor risiko kejadian VAP. Usaha untuk weaning dari ventilator setiap harinya dapat menurunkan insidensi dari VAP.[3-5]
Pencegahan Aspirasi dari Saluran Cerna Bagian Atas
Pencegahan pneumonia aspirasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit termasuk mempertimbangkan pemasangan akses enteral dibandingkan selang nasogastrik jika pasien yang memerlukan akses enteral jangka panjang. Selang nasogastrik maupun nasoenterik meningkatkan risiko terjadinya aspirasi faringeal.[3,5]
Posisi semi recumbent (45°) dapat mencegah refluks gastroesofageal, sehingga risiko aspirasi lebih rendah daripada posisi berbaring. Setiap pasien direkomendasikan untuk dalam posisi semirekumben selama tidak terdapat kontraindikasi.[3,5]
Penggunaan kinetic beds, yakni tempat tidur yang memfasilitasi pergerakan rotasi lateral secara kontinu dapat memperbaiki drainase sekret dan mengurangi risiko aspirasi. Identifikasi dan penatalaksanaan awal terhadap disfagia, terutama pada pasien lanjut usia dan pasien dengan riwayat stroke atau operasi, merupakan salah satu hal penting untuk mencegah kejadian aspirasi.[5]
Dekontaminasi Orofaring dan Saluran Pencernaan
Upaya lain yang dapat mengurangi kejadian pneumonia nosokomial pada pasien kritis adalah dekontaminasi orofaring dan/atau saluran pencernaan. Namun, upaya ini masih menimbulkan banyak kontroversi apakah efektif dan harus dilakukan. Metode potensial yang digunakan termasuk antiseptik orofaring, dekontaminasi selektif dengan antibiotik nonabsorbable diterapkan di orofaring dan peroral, dengan atau tanpa antibiotik intravena.[5]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari