Epidemiologi Pneumonia Nosokomial
Epidemiologi pneumonia nosokomial atau hospital-acquired pneumonia (HAP) secara global merupakan kondisi infeksi nosokomial yang tersering ditemukan. Pneumonia adalah salah satu infeksi yang sering didapat di rumah sakit.[16]
Global
Estimasi jumlah kasus pneumonia nosokomial mencapai 5‒10 kasus setiap 1.000 pasien yang dirawat inap. Selain itu, 3 dari 10 pasien mengalami peningkatan durasi rawat inap selama lebih dari 1 minggu, sehingga menambah biaya rawat inap. Di Eropa dan Amerika Serikat, pneumonia nosokomial merupakan penyebab infeksi nosokomial tersering.[1,3,5]
Sebagian besar kasus pneumonia nosokomial terjadi pada pasien nonventilasi. Namun, risiko tertinggi pneumonia nosokomial adalah pada pasien dengan ventilasi mekanik, yaitu mengakibatkan ventilator-associated pneumonia (VAP).[17]
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika melaporkan pada tahun 2009‒2010 bahwa dari 8.474 kasus terdapat distribusi patogen penyebab pneumonia nosokomial adalah Staphylococcus aureus 24,1%, Pseudomonas aeruginosa 16,6%, Klebsiella sp. 10,1%, Enterobacter sp 8,6%, Acinetobacter baumannii 6,6% dan Escherichia coli 5,9%.[17]
Indonesia
Penelitian pada tahun 2016 menggambarkan morbiditas, mortalitas, biaya, dan lama tinggal (LOS) penderita pneumonia komuniti yang dirawat dan pneumonia nosokomial di negara Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Berdasarkan penelitian ini, dari 1000 pasien yang keluar dari rumah sakit terdapat 5,4. Hasil ini tidak berbeda dengan insidensi secara global.[18]
Suatu studi deskriptif di RS Hasan Sadikin Bandung Indonesia pada tahun 2012‒2013 menunjukkan bahwa Klebsiella pneumoniae sebagai penyebab tersering pneumonia nosokomial. Mikroorganisme lain adalah Acinetobacter baumannii, sedangkan penyebab bakteremia adalah Klebsiella pneumonia yang diperkuat oleh bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) yang resisten terhadap penicillin.[19]
Mortalitas
Pneumonia nosokomial menyebabkan mortalitas tertinggi di antara seluruh infeksi nosokomial. Case fatality rate dari pneumonia nosokomial sekitar 30%, dengan mortalitas bervariasi dari 7% pada pasien yang dirawat di ruang biasa hingga mencapai 62% pada pasien dengan riwayat transplantasi sumsum tulang.[4,5]
Sebanyak 20% kematian akibat pneumonia nosokomial terjadi pada minggu pertama setelah kultur darah positif. Patogen penyebab infeksi nosokomial berperan besar dalam menentukan mortalitas, di mana penyebab kematian lebih tinggi adalah infeksi oleh patogen multiresisten seperti methicillin-resistant Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, dan Stenotrophomonas maltophilia.[4,5]
Tingkat mortalitas pada early onset maupun late onset pneumonia tidak didapatkan adanya perbedaan berarti.[4]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari