Etiologi Pneumonia Nosokomial
Etiologi pneumonia nosokomial atau hospital-acquired pneumonia (HAP) adalah mikroorganisme patogen yang berada di lingkungan rumah sakit. Faktor risiko meliputi kondisi pasien, misalnya lansia, malnutrisi, gangguan hemodinamik, atau imunodefisiensi.
Etiologi
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen penyebab terbanyak pneumonia nosokomial, terutama pada penggunaan ventilasi mekanik lebih dari 4 hari. Pneumonia nosokomial dibagi menjadi early-onset yaitu <5 hari setelah masuk rumah sakit), dan late-onset atau >5 setelah masuk rumah sakit.[3]
Mikroorganisme penyebab early-onset pneumonia nosokomial tergantung riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya, yaitu:
- Pasien belum konsumsi antibiotik: Enterobacteriaceae, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumonia, dan Staphylococcus aureus sensitive penicillin
- Pasien telah konsumsi antibiotik sebelumnya: selain rentan terhadap infeksi mikroba di atas, juga rentan terhadap bakteri basil gram negatif non-lactose fermenting seperti Pseudomonas dan Acinetobacter[3,15]
Sedangkan pada pneumonia nosokomial late-onset, mikroorganisme penyebab terdiri dari:
- Pasien tanpa riwayat konsumsi antibiotik: mikroba penyebab hampir sama dengan early-onset, tetapi beberapa bakteri basil gram negatif sering telah mengalami resistensi terhadap antibiotik sefalosporin generasi 1
- Pasien dengan riwayat antibiotik sebelumnya: 40% disebabkan patogen multiresisten antibiotik, di antaranya Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, dan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)[3,15]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dimiliki oleh pasien dapat meningkatkan kejadian pneumonia nosokomial. Faktor risiko pada pasien yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, di antaranya:
- Lansia
- Penyakit dasar yang berat
- Malnutrisi
- Status imunitas menurun atau imunodefisiensi, di mana sering mengalami infeksi nosokomial oleh virus dan jamur
- Kondisi koma atau gagal multiorgan
- Gangguan hemodinamik, misalnya status uremia, neutropenia
- Gangguan pergerakan mukosiliar saluran pernafasan, misalnya riwayat merokok
- Riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya
- Riwayat konsumsi alkohol[2,4,5]
Faktor Risiko Terkait Tindakan di Rumah Sakit
Faktor risiko lain adalah durasi rawat inap yang panjang, bedah mayor, dan pemasangan alat. Selang intubasi endotrakeal dan selang nasogastrik merupakan benda asing yang dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri patogen, dan menjadi jalur migrasi menuju saluran pernafasan bawah. Pemasangan saluran napas artifisial meningkatkan risiko kejadian pneumonia nosokomial sebanyak 6‒21 kali lebih tinggi.[2,4,5]
Selain itu, penggunaan obat penurun asam lambung meningkatkan kolonisasi patogen nosokomial baik pada orofaring dan selang endotrakeal. Misalnya obat golongan pompa proton inhibitor (PPI) seperti omeprazole dan lansoprazole, serta golongan histamine 2 blocker seperti ranitidin, cimetidine, dan famotidine.[5]
Faktor Risiko Terinfeksi Mikroorganisme Resisten
Beberapa faktor meningkatkan risiko terinfeksi MRSA dan P. aeruginosa yang resisten terhadap antibiotik, di antaranya:
- Riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya, terutama secara intravena dalam 90 hari terakhir
- Penyakit struktural paru, seperti cystic fibrosis, bronkiektasis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Prevalensi patogen resisten yang tinggi di rumah sakit
- Durasi penggunaan ventilasi mekanik yang panjang
- Riwayat penggunaan kortikosteroid dosis tinggi, yang dapat meningkatkan risiko infeksi oleh Legionella dan Pseudomonas
- Riwayat bronkoskopi sebelumnya[2]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari