Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Gout general_alomedika 2022-11-03T10:00:17+07:00 2022-11-03T10:00:17+07:00
Gout
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Patofisiologi Gout

Oleh :
dr.Eveline Yuniarti
Share To Social Media:

Secara garis besar, patofisiologi gout dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu hiperurisemia, fase akut, fase interkritikal, dan fase kronis. Gout terjadi akibat akumulasi asam urat berlebih dalam darah atau hiperurisemia secara kronis. Hal ini mengakibatkan akumulasi dan pembentukan kristal asam urat secara abnormal di ruang intraartikular

Fase I : Hiperurisemia

Hiperurisemia dapat terjadi akibat konsumsi bahan makanan tinggi purin sebagai sumber purin eksogen. Selain itu, hiperurisemia juga dapat terjadi akibat gangguan atau penyakit yang memicu peningkatan cell-turnover dan kerusakan sel tubuh yang memicu pengeluaran dan metabolisme DNA, RNA, ATP, GTP, c-AMP, dan NADH sebagai sumber purin endogen.

Purin dimetabolisme menjadi xanthine, kemudian xanthine oleh xanthine oxidase dimetabolisme menjadi asam urat. 30% asam urat diekskresikan lewat pencernaan ke dalam feses, sisanya diekskresikan oleh ginjal lewat urine.

Beberapa mutasi genetik, penggunaan obat-obatan, peningkatan kadar timbal, laktat, dan keton dalam darah mengakibatkan penurunan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam urat ke dalam urine. Terlebih manusia tidak memiliki enzim urikase yang berfungsi memecah asam urat menjadi allantoin dan substansi lain yang larut dalam urine. Kesemua hal ini mengakibatkan penumpukan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.[4,5]

Pada fase ini, penderita dapat belum memiliki gejala. Secara klinis, pasien dalam fase hiperurisemia asimtomatik ketika kadar asam urat darah > 6,8 mg/dl tetapi tanpa gejala klinis. Fase ini dapat berlangsung bertahun-tahun dan masuk ke fase gout bila sudah terjadi serangan akut.[6]

Fase II : Gout Akut (Acute Flare)

Ketika kadar asam urat dalam serum sudah terlalu jenuh (lebih dari 6,8 mg/dL), mulai terbentuk deposisi monosodium urat yang dapat terakumulasi menjadi kristal asam urat. Terbentuknya kristal asam urat memicu aktivasi inflamasom nucleotide-binding and oligomerization domain-like receptor, leucine-rich repeat and pyrin-domain containing 3 (NLRP3), yang kemudian memediasi produksi sitokin proinflamasi IL-β.

Kristal ini juga menstimulasi kedatangan neutrofil untuk fagositosis kristal, kemudian melepaskan IL-6 dan TNF-α. Kehadiran mediator inflamasi ini memicu kalor, eritema, edema, nyeri tekan, dan turunnya fungsi gerak sendi karena ketidaknyamanan.[4,5,7-9]

Penderita sudah memasuki fase arthritis gout akut (acute flare) ketika penderita mulai memiliki keluhan nyeri sendi akut dan kemerahan di salah satu sendinya. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembengkakan sendi, kemerahan, nyeri tekan, teraba hangat pada sendi monoartikular, terutama pada sendi metatarsofalangeal I, pergelangan kaki, serta sering disertai febris. Gejala akut ini dapat hilang sendiri dalam beberapa hari.[6]

Fase III : Stadium Interkritikal (Interval)

Ketika serangan akut mereda setelah pemberian analgesik atau kolkisin, penderita memasuki fase remisi. Fase ini bersifat asimtomatik, namun kadar asam urat penderita masih tinggi. Jika pasien belum diberi terapi penurun asam urat, fase ini dapat dihentikan oleh serangan akut baru yang mungkin akan terjadi semakin sering. Fase ini dapat berlangsung bertahun-tahun hingga diakhiri dengan pembentukan tophus yang menandai fase kronis.[5,6]

Fase IV : Stadium Kronis dengan Pembentukan Tophus (Chronic Topaseous Gouthy Arthropathy/ CTGA)

Hiperurisemia berkepanjangan yang sudah mengalami serangan akut sebelumnya, bila tidak diberikan terapi penurun asam urat akan terus melangsungkan proses inflamasi sistemik. Proses inflamasi sistemik ini termasuk merusak semakin banyak sendi, sehingga semakin banyak sendi yang mengalami peradangan (poliartritis).

Dalam fase ini, terbentuk tophus yaitu massa dari akumulasi kristal monosodium urat yang dapat terletak di sekitar sendi, wilayah subkutan, atau pada sendi. Tophus dapat menyebabkan erosi sendi, tulang rawan, tulang subkondral, tulang, dan tendon di sekitarnya. Komplikasi dan kelainan yang dapat menyertai meliputi kelainan parenkim ginjal berupa nefropati urat, batu urat pada ginjal, hipertensi, aterosklerosis jantung dan otak, diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.[1,5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan

Referensi

1. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout. 2018.
4. Skoczyńska M, Chowaniec M, Szymczak A, Langner-Hetmańczuk A, Maciążek-Chyra B, Wiland P. Pathophysiology of hyperuricemia and its clinical significance – a narrative review. Reumatologia 2020;58:312–23. https://doi.org/10.5114/reum.2020.100140.
5. Ragab G, Elshahaly M, Bardin T. Gout: An old disease in new perspective – A review. J Adv Res 2017;8:495–511. https://doi.org/10.1016/j.jare.2017.04.008.
6. Kambayana G. Penatalaksanaan Komprehensif Gout. In: Hidayat R, Wachyudi ER, Yunihastuti E, Rachman A, Putranto R, Nelwan EJ, et al., editors. Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional XVII PAPDI Tahun 2019, Surabaya: Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia; 2019, p. 499–506.
7. Yazdany J, Manno RL. Rheumatologic, Immunologic, & Allergic Disorders. In: Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW, McQuaid KR, editors. Current Medical Diagnosis and Treatment 2022. 61st ed., McGraw-Hill; 2022, p. 825–83.
8. Agrawal M, Niroula A, Cunin P, McConkey M, Kim P, Wong W, et al. TET2-mutant clonal hematopoiesis and risk of gout. Blood 2022.
9. Awalia. Diagnosis dan Tata Laksana Gout: Rekomendasi di Indonesia. In: Hidayat R, Wachyudi ER, Yunihastuti E, Rachman A, Putranto R, Nelwan EJ, et al., editors. Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional XVII PAPDI Tahun 2019, Surabaya: Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia; 2019, p. 489–98.

Pendahuluan Gout
Etiologi Gout

Artikel Terkait

  • Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
    Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
  • Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
    Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
  • Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
    Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
  • Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
    Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
  • Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis
    Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Muljadi Hartono MPH
Dibalas 29 September 2024, 14:03
Pedoman diagnosis dan tatalaksana hiperusemia & gout akut, oleh Perhimpunan Rheumatologi Indonesia
Oleh: dr.Muljadi Hartono MPH
1 Balasan
menarik
ISBN-Hiperurisemia-Artritis-Gout_download.pdf
Anonymous
Dibalas 17 April 2024, 13:08
Pengobatan asam urat untuk pasien dengan obat rutin ACE inhibitor
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien laki-laki, usia 62 tahun, obese, dengan riwayat CHF > 1 thn yll. Pasien rutin mengonsumsi obat di antaranya: miniaspi 1x80...
dr.Ika Kurniati Yusni
Dibalas 20 Maret 2024, 20:31
Antiradang sendi untuk penderita diabetes
Oleh: dr.Ika Kurniati Yusni
2 Balasan
Alo dok.. izin diskusi dan bertanya..Pasien laki2 umur 56 tahun dengan riwayat penyakit Diabetes dan Hipertensi.. KGD puasa 180 dan Ad random 350 mg/dl.. TD...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.