Edukasi dan Promosi Kesehatan Abses Peritonsilar
Edukasi dan promosi kesehatan abses peritonsilar dimulai dengan mengenalkan pasien dengan gejala-gejala abses dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Pasien harus mengetahui kapan harus melakukan pemeriksaan ke dokter dan mengetahui tanda abses peritonsilar yang berat seperti kesulitan menelan, air liur terus menetes, kesulitan bicara, dan kesulitan bernapas.[14]
Edukasi Pasien
Edukasi pasien untuk menghabiskan antibiotik yang telah diresepkan dan minum sesuai aturan pakai. Pasien harus memastikan dapat memperoleh asupan gizi dan cairan yang cukup. Bila kesulitan menelan hingga kesulitan untuk makan dan minum obat, anjurkan pasien untuk kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan rawat inap dan antibiotik intravena.
Edukasi pasien pasca tindakan aspirasi atau drainase abses untuk melakukan kontrol kembali ke rumah sakit untuk mengevaluasi ada tidaknya reakumulasi pus, resolusi limfadenopati leher, serta kemampuan pasien untuk makan per oral.[5,12]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit abses peritonsilar dapat dilakukan dengan tidak merokok, menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan mengobati infeksi yang terjadi pada mulut, tonsil, tenggorokan secara adekuat.
Abses peritonsilar harus dapat didiagnosis oleh dokter umum baik di poliklinik maupun instalasi gawat darurat. Penanganan lebih lanjut terutama tindakan pembedahan dilakukan oleh dokter spesialis THT.
Follow-up perlu dilakukan pada masa penyembuhan untuk mengevaluasi kemampuan pasien makan per oral. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada pembentukan ulang abses (rekurensi). Pasien yang mengalami rekurensi abses disarankan untuk melakukan tonsilektomi.[1,5,12]