Epidemiologi Abses Peritonsilar
Data epidemiologi melaporkan insidensi abses peritonsilar berkisar antara 9-41 kasus per 100.000 populasi per tahun. Abses peritonsilar lebih banyak ditemukan pada kelompok usia dewasa muda.[6]
Global
Secara global insidensi abses peritonsilar adalah antara 9-41 kasus per 100.000 populasi per tahun. Kelompok usia anak-anak dan dewasa muda lebih berisiko mengalami abses peritonsilar. Penelitian oleh Klug et al melaporkan insidensi tertinggi dapat ditemukan pada kelompok usia 15-19 tahun. Pada penelitian lain didapatkan kelompok usia 20-40 tahun memiliki insidensi tertinggi.[6,7]
Insidensi abses peritonsilar lebih tinggi 9,5% pada laki-laki daripada perempuan. Pasien yang merokok memiliki risiko abses peritonsilar yang lebih tinggi.[4]
Abses peritonsilar merupakan merupakan 30% kasus abses pada area kepala-leher. Di Amerika Serikat, terdapat 62.787 kasus abses peritonsilar yang datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan jumlah pasien yang dirawat inap mencapai 15.095 orang. Insidensi abses peritonsilar adalah 1 per 10.000 pasien yang datang ke IGD. Kasus abses peritonsilar paling sering ditemukan pada periode November-Desember dan April-Mei, karena tingginya insidensi faringitis dan tonsilitis eksudatif akibat Streptococcus pada periode tersebut.[5]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai abses peritonsilar di Indonesia. Penelitian di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode 2012-2015 melaporkan 8 (30,8%) dari 26 sampel kasus abses leher dalam berlokasi di peritonsilar.[8] Dari penelitian di RSUP Sanglah periode tahun 2010-2014 didapatkan 64,29% pasien abses peritonsilar berjenis kelamin laki-laki, dengan keluhan utama nyeri tenggorokan (71,43%), dan etiologi terbanyak dari hasil kultur adalah Streptococcus viridans (57,13%).[9]
Mortalitas
Tidak ada data mengenai angka mortalitas akibat abses peritonsilar. Morbiditas yang ditimbulkan karena abses peritonsilar biasanya karena nyeri yang berat, berkurangnya waktu sekolah dan kerja, dan komplikasi yang dialami. Komplikasi abses retrofaringeal lebih tinggi pada pasien usia > 40 tahun.[5]
Abses peritonsilar yang disebabkan oleh Streptococcus sp. dapat menimbulkan komplikasi berupa glomerulonefritis post Streptococcal dan demam reumatik. Pembengkakan atau perdarahan yang terjadi pada abses peritonsilar dapat mengganggu jalur pernapasan.[1,6]