Epidemiologi Faringitis
Data epidemiologi menunjukkan bahwa faringitis merupakan salah satu penyebab utama orang datang berobat ke fasilitas kesehatan. Diperkirakan sekitar 1-2% orang yang datang, baik ke poliklinik maupun Unit Gawat Darurat, di Amerika Serikat adalah karena keluhan faringitis.[10]
Global
Secara global, prevalensi faringitis ditemukan tertinggi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun dibandingkan orang dewasa. Diperkirakan sekitar 1-2% pasien poliklinik maupun Unit Gawat Darurat di Amerika Serikat datang akibat faringitis.[10-12]
Hampir sebagian besar kasus faringitis disebabkan oleh virus. Hanya sekitar 5% kasus yang disebabkan oleh infeksi Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS). Meskipun demikian, jumlah kasus faringitis GABHS di seluruh dunia cukup banyak, yakni 616 juta kasus baru setiap tahunnya.
Di Amerika Serikat, sebanyak 5-15% orang dewasa mengalami faringitis akibat GABHS setiap tahunnya. GABHS dilaporkan jarang terjadi pada anak usia di bawah 3 tahun.[10]
Indonesia
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan period prevalence infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), termasuk faringitis akut, di Indonesia yakni sebesar 25,0%. Provinsi dengan kasus ISPA terbanyak di Indonesia adalah Papua (10,5%), Bengkulu (8,9%), Papua Barat (7,5%), Nusa Tenggara Timur (7,3%), dan Kalimantan Tengah (6,2%). Tidak berbeda dengan prevalensi secara global, di Indonesia kasus ISPA juga paling sering ditemukan pada anak-anak berusia 1-4 tahun.[13,14]
Mortalitas
Faringitis sebenarnya merupakan penyakit yang tergolong ringan apabila ditangani dengan cepat dan tepat. Meski begitu, 0,3-3% kasus faringitis yang disebabkan oleh GABHS dapat berakhir pada komplikasi yang cukup serius, seperti demam reumatik maupun penyakit jantung rematik. Kedua kondisi tersebut menyebabkan angka mortalitas yang cukup tinggi, terutama pada negara berkembang.
Infeksi invasif GABHS telah diperkirakan menyebabkan 163.000 kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Infeksi GABHS telah disebut-sebut sebagai patogen paling letal kelima di seluruh dunia.[15,16]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah