Diagnosis Hipertrofi Adenoid
Diagnosis hipertrofi adenoid dapat ditegakkan melalui temuan klinis yang mana pasien umumnya mengeluhkan gejala obstruksi pernapasan, atau gejala lain seperti kesulitan makan, suara napas yang kencang, sering terbangun pada malam hari dan bahkan gangguan perilaku dan fungsional seperti prestasi di sekolah. Gambaran facies adenoid merupakan temuan klinis yang khas pada pasien penyakit ini.
Pemeriksaan penunjang seperti endoskopi nasal dan rontgen nasofaring alteral dapat bermanfaat untuk mengetahui ukuran dan lokasi adenoid yang mengalami hipertrofi.[1]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien dengan hipertrofi adenoid dapat mengeluhkan gejala obstruktif, seperti hidung tersumbat, lebih sering menggunakan mulut dibandingkan hidung untuk bernapas, rasa tidak nyaman di telinga terkait dengan disfungsi tuba Eustachius, dan mendengkur saat tidur.
Keluhan lain dapat berupa kesulitan makan, suara napas yang kencang, sering terbangun saat tidur pada malam hari, hipersomnolens, night terror, serta perubahan perilaku dan gangguan prestasi sekolah.
Pada beberapa kasus, penderita juga dapat mengeluhkan gejala sinusitis kronis, seperti batuk, nyeri pada wajah, kongesti nasal, post nasal drainage, dan rinorrhea.[1,5]
Riwayat kebiasaan merokok, infeksi saluran napas atas, dan alergi perlu ditanyakan pada penderita terkait dengan faktor risiko. Pencetus alergi perlu mendapat perhatian karena alergen tertentu, seperti tungau dan serbuk sari tanaman, memiliki keterkaitan erat dengan kondisi hipertrofi adenoid.[18]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang khas ditemukan pada penderita hipertrofi adenoid adalah gambaran facies adenoid. Facies adenoid terdiri dari gambaran wajah yang kusam dan datar, hilangnya lipatan nasolabial, mulut yang terbuka, serta gigi seri yang lebih maju dibandingkan dengan gigi lainnya (gigi tonggos).
Pembesaran adenoid juga menyebabkan peningkatan panjang wajah, serta perubahan sudut dan posisi mandibular menjadi lebih posterior dan retroposisi. Kondisi hipertrofi adenoid dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak sehingga penting melakukan pengukuran berat dan tinggi badan untuk mengevaluasi komplikasi tersebut. [1,25]
Pemeriksaan rongga mulut perlu dilakukan pada pasien yang diduga mengalami hipertrofi adenoid karena penyakit ini seringkali disertai dengan pembesaran tonsil. Ukuran tonsil dapat dinilai dengan bantuan tongue spatel yang diletakkan pada anterior sirkumvalata lidah.[1]
Diagnosis Banding
Hipertrofi adenoid perlu dibedakan dengan beberapa diagnosis banding, seperti atresia koana, otitis media akut, dan karsinoma nasofaring.[26,27]
Atresia Koana
Atresia koana dapat memberikan gejala obstruksi jalan napas dan sinusitis rekuren, gejala yang juga dapat ditemui pada penderita hipertrofi adenoid. Atresia koana adalah suatu kelainan tertutupnya koana posterior pada salah satu atau kedua kavum nasi oleh tulang dan atau membran. Kondisi ini biasa terjadi pada bayi dan sering terjadi bersamaan dengan abnormalitas saluran napas lainnya. Atresia koana dapat dibedakan dengan hipertrofi adenoid melalui pemeriksaan endoskopi yang memberikan gambaran khas atretic plate pada koana dan CT scan yang menunjukkan penebalan pterigoid dan pembesaran vomer posterior.[28]
Otitis Media Akut
Penyakit otitis media akut (OMA) merupakan kondisi inflamasi pada telinga tengah yang diikuti dengan efusi dan onset yang bersifat akut. Kondisi ini memiliki beberapa kesamaan gejala dengan hipertrofi adenoid karena sering dialami oleh anak-anak, menimbulkan rasa tidak nyaman di telinga, membuat anak sulit makan, dan memiliki keterkaitan dengan infeksi saluran napas.
OMA dapat dibedakan dengan hipertrofi adenoid melalui gejala keluarnya cairan dari telinga apabila OMA sudah memasuki fase perforasi. Pada pemeriksaan fisik, OMA memberikan gambaran membran timpani yang hiperemis dan bulging, diikuti dengan adanya air-fluid level.[1,29]
Karsinoma nasofaring
Karsinoma nasofaring adalah suatu keganasan yang memiliki keterkaitan erat dengan Epstein-barr virus (EBV), virus yang juga merupakan etiologi hipertrofi adenoid. Penyakit ini dapat memberikan gejala obstruksi nasal dan keluhan telinga yang menyerupai keluhan pasien hipertrofi adenoid.
Karsinoma nasofaring dapat dibedakan dari hipertrofi adenoid melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang CT scan maupun MRI. Penderita kanker biasa mengeluhkan benjolan atau massa pada leher yang juga dijumpai pada pemeriksaan fisik. Defisit neurologis, terutama nervus kranial VI, adalah gejala kanker yang tidak ditemukan pada penderita hipertrofi adenoid.[1,30]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus hipertrofi adenoid dilakukan dengan tujuan menyingkirkan diagnosis banding dan mengetahui ukuran dan lokasi adenoid yang mengalami hipertrofi.[9,18]
Endoskopi Nasal
Endoskopi dapat membantu klinisi untuk menilai kavitas nasal dan bagian nasofaring sehingga dapat membantu penegakan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Selain itu, penggunaan endoskopi merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengevaluasi derajat obstruksi adenoid terhadap koana posterior di nasofaring. Adapun pembagian grading berdasarkan derajat obstruksi tersebut adalah sebagai berikut:
- Derajat 1 : jaringan adenoid belum berkontak dengan struktur di sekitarnya
- Derajat 2 : jaringan adenoid sudah menyentuh torus tubarius
- Derajat 3 : jaringan adenoid menyentuh vomer
- Derajat 4 : jaringan adenoid sudah berkontak dengan palatum molle[18]
Meskipun dapat memberikan hasil yang objektif dan akurat, endoskopi sulit dilakukan pada anak yang tidak kooperatif. Pada kondisi tersebut, penggunaan anestesi lokal maupun umum dapat dipertimbangkan[9,18]
Rontgen Nasofaring Lateral
Rontgen nasofaring lateral umumnya dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui ukuran adenoid. Ukuran adenoid diperlukan terkait tindakan operatif yang dilakukan.
Ukuran adenoid dapat diestimasi dengan metode adenoid-to-nasopharyngeal ratio (A/N). Rasio didapatkan dengan mengukur jarak jaringan adenoid (jarak antara basioksiput dan bagian tercembung dari adenoid) dengan bukaan nasofaring (jarak antara sfenobasioksiput dan sisi posterior dari palatum durum).[9,18]
Rontgen dapat digunakan pada anak yang dicurigai menderita hipertrofi adenoid dan tidak kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan endoskopi. Meskipun dapat menimbulkan bahaya radiasi, penilaian adenoid tidak bersifat subjektif atau operator dependent, seperti yang dijumpai pada pemeriksaan endoskopi.[9,18]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri