Penatalaksanaan Hipertrofi Adenoid
Penatalaksanaan hipertrofi adenoid dapat terbagi menjadi dua, yaitu tata laksana farmakologi dan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami gangguan tidur akibat obstruksi jalan napas.
Farmakologi
Tata laksana farmakologi pada hipertrofi adenoid dapat menggunakan antibiotik, steroid, dan antileukotrien.
Antibiotik
Antibiotik menjadi pilihan pada hipertrofi adenoid karena penyakit ini mayoritas berkaitan dengan infeksi bakteri. Pada adenoiditis akut tanpa komplikasi, dapat diberikan amoxicillin. Namun, pada keadaan yang kronik atau infeksi yang rekuren, bisa ditambahkan penghambat beta laktamase, seperti asam klavulanat. Clindamycin atau azithromycin adalah antibiotik alternatif pada pasien dengan alergi penisilin.[1,36]
Steroid
Penggunaan steroid adalah salah satu alternatif tata laksana hipertrofi adenoid, terutama pada penderita yang menolak atau memiliki kontraindikasi untuk menjalani tindakan operatif. Steroid diduga dapat mengurangi ukuran adenoid melalui limfolitik, mengurangi proses inflamasi pada adenoid dan mukosa nasofaring, serta mengurangi peranan adenoid sebagai sumber infeksi.
Sebuah penelitian metaanalisis menunjukkan pemakaian mometasone nasal spray dengan dosis 100, 200, atau 400 mcg per hari selama 4-9 minggu dapat memberikan manfaat pada penderita untuk mengurangi gejala obstruksi nasal, mendengkur, rhinorrhea, dan batuk.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa penggunaan mometason yang dikombinasikan dengan oksimetazolin terbukti memberikan manfaat pada penderita hipertrofi adenoid yang disertai dengan rhinitis alergi.[32,33]
Antileukotrien
Leukotrien merupakan zat yang memiliki peranan penting dalam imunitas tubuh karena dapat menyebabkan akumulasi leukosit, ingesti kuman, dan aktivasi berbagai sitokin. Kandungan zat ini dapat menyebabkan inflamasi pada anak dengan obstructive sleep apneu (OSA). Semakin parah penyakit OSA yang diderita, semakin tinggi kadar leukotriene yang ada di jaringan.
Penggunaan antileukotrien, seperti montelukast dapat mengurangi inflamasi dan apneu pada penderita hipertrofi adenoid, terutama jika penggunaannya dikombinasikan dengan steroid intranasal. Montelukast adalah obat yang biasa digunakan pada anak di atas usia 1 tahun untuk terapi asthma dan rhinitis alergi. Montelukast dapat diberikan selama 12 minggu dengan dosis 5 mg/hari.[1,34,35]
Pembedahan
Adenoidektomi merupakan modalitas tata laksana yang sering dilakukan pada penderita hipertrofi adenoid. Indikasi dari tindakan ini adalah:
- Obstruksi nasal
- Apneu saat tidur
- Otitis media dengan efusi
- Otitis media rekuren
- Sinusitis atau rhinitis
- Adenoiditis atau tonsillitis[1,20]
Awalnya metode adenoidektomi dilakukan secara konvensional dengan menggunakan kuret atau adenotom tanpa visualisasi nasofaring. Namun, penggunaan metode konvensional sebagai teknik pengangkatan adenoid dianggap kurang baik karena reseksi tidak adekuat, terutama jika terjadi pembesaran hingga ke daerah intranasal, superior, atau peritubarik.[18]
Saat ini penggunaan endoskopi sebagai alat bantu visualisasi telah banyak digunakan sebagai alternatif yang dapat mengurangi nyeri pascaoperasi dan mampu melakukan reseksi jaringan lebih sempurna. Alternatif kuret untuk reseksi adenoid pada adenoidektomi juga telah mengalami revolusi, antara lain dengan menggunakan suction diathermi, ablasi laser, ablasi radiofrekuensi, microdebrider, dan coblation wand.[18,31]
Tindakan adenoidektomi biasa dilakukan bersama dengan beberapa prosedur lain, seperti tonsilektomi, uvulopalatofaringoplasti, miringotomi, pemasangan ventilation tube, dan operasi nasal. Komplikasi operasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan dan gangguan saluran pernapasan.[1,20]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri