Epidemiologi Hipertrofi Adenoid
Data epidemiologi menunjukkan bahwa hipertrofi adenoid lebih umum dialami anak-anak dibanding kelompok dewasa.[8]
Global
Hipertrofi adenoid paling sering terjadi pada usia anak-anak, terutama usia 2-6 tahun, di mana ukuran adenoid berada pada ukuran terbesar relatif terhadap rongga faring. Tidak ada keterkaitan ras dengan hipertrofi adenoid. Kondisi ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan terkait dengan pengaruh hormon dan sitokin.[6,8,15]
Suatu metaanalisis menunjukkan bahwa prevalensi hipertrofi adenoid sebesar 34,46% pada usia 5-14 tahun. Kondisi hipertrofi adenoid merupakan indikasi terbanyak pasien mengalami tindakan adenoidektomi. Tindakan adenoidektomi, salah satu tata laksana hipertrofi adenoid, paling banyak dialami oleh jenis kelamin laki-laki, terutama berusia 3-5 tahun.[19,20]
Terdapat studi menunjukkan bahwa umumnya penderita hipertrofi adenoid dewasa juga memiliki faktor predisposisi berupa rhinitis alergi dan refluks laringofaring.[21,22]
Indonesia
Hingga saat ini belum ada data yang dapat memaparkan angka kejadian hipertrofi adenoid secara pasti di Indonesia.
Mortalitas
Hipertrofi adenoid umumnya bersifat self-limiting yang hilang seiring pertambahan umur. Namun, mengingat adanya potensi dampak buruk terhadap kualitas hidup pasien, tindakan bedah banyak diberikan pada pasien penyakit ini. Mortalitas akibat hipertrofi adenoid sendiri biasanya terkait dengan tindakan adenoidektomi, dan terjadi pada 3,3% kasus. Mortalitas bisa pula terjadi akibat kondisi OSA yang parah.[26]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri