Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Trauma Akustik Akut general_alomedika 2023-04-04T11:51:34+07:00 2023-04-04T11:51:34+07:00
Trauma Akustik Akut
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Trauma Akustik Akut

Oleh :
dr. Monik Alamanda
Share To Social Media:

Diagnosis trauma akustik akut dapat ditegakkan secara klinis dengan temuan berupa penurunan pendengaran setelah trauma akustik, yang ditunjang dengan hasil pemeriksaan penunjang seperti audiometri nada murni.[4]

Anamnesis

Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai keluhan serta karakteristik dari keluhan tersebut. Tanyakan juga mekanisme riwayat trauma akustik berupa sumber suara atau ledakan, durasi, intensitas, dan jarak dari sumber suara.

Pasien bisa mengalami keluhan auditorik, seperti tuli, tinnitus, hiperakusis, cocktail party deafness, keluarnya darah atau cairan dari telinga, dan kesulitan lokalisasi suara. Pasien juga bisa mengalami keluhan vestibular seperti gangguan keseimbangan, pusing, dan vertigo.

Penurunan pendengaran akibat trauma akustik akut biasanya bersifat simetris atau bilateral. Meskipun demikian, terdapat laporan-laporan kasus di mana keluhan bersifat asimetris. Apabila terdapat asimetri keluhan, mekanisme trauma akustik perlu ditanyakan dengan lebih spesifik. Asimetri dapat disebabkan oleh jarak antara sumber suara yang lebih dekat ke salah satu sisi telinga, atau apabila hanya satu telinga yang menggunakan hearing protection device (HPD).

Gangguan vestibular seperti pusing dan gangguan keseimbangan lebih jarang ditemukan pada pasien trauma akustik. Namun, beberapa kasus dengan trauma akustik yang lebih berat dapat menunjukkan keluhan ini.

Durasi gejala setelah awitan juga sangat penting untuk ditanyakan. Hal ini untuk mengevaluasi apakah kerusakan bersifat transient threshold shift (TTS) atau permanent threshold shift (PTS). Sebagian besar kasus TTS akan membaik dalam 24-48 jam setelah trauma. Apabila ditemukan penurunan pendengaran lebih dari 8 minggu setelah trauma, dapat dianggap sebagai PTS.[2]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik utama adalah pemeriksaan fisik telinga secara menyeluruh. Fungsi pendengaran dapat diperiksa menggunakan pemeriksaan garpu tala sederhana seperti tes Rinne dan Weber untuk menentukan jenis penurunan pendengaran.

Apabila ditemukan debris pada kanalis akustikus eksternus atau pada telinga tengah (terlihat melalui perforasi membran timpani), sebaiknya dibersihkan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pada cedera diakibatkan oleh ledakan, dapat ditemukan perforasi membran timpani, otorea yang disertai darah, hemotimpani, atau fraktur os temporal. Selain itu, pemeriksaan kepala lebih lengkap juga diperlukan untuk mencari cedera lain pada kepala yang dapat menyertai trauma akustik dan cedera ledakan.

Pemeriksaan vestibular dilakukan pada pasien dengan keluhan vestibular. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah Dix-Hallpike.[3]

Diagnosis Banding

Pada penurunan pendengaran asimetri post trauma akustik, perlu dipikirkan kemungkinan lesi retrokoklea, seperti schwannoma vestibular. Anamnesis mendalam untuk menggali penyebab asimetri sangat diperlukan. Pemeriksaan lebih lanjut dengan MRI dapat menyingkirkan adanya lesi retrokoklea.[2]

Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis trauma akustik akut, yaitu audiometri nada murni dan speech recognition test (SRT).

Audiometri Nada Murni

Audiometri nada murni sebaiknya selalu dilakukan pada pasien dengan penurunan pendengaran dan tinitus post trauma. Apabila tidak memungkinkan, pemeriksaan ini dapat dilakukan selektif pada pasien trauma akustik akut dengan penurunan pendengaran lebih dari 72 jam.[3]

Apabila murni trauma suara, dapat terlihat penurunan pendengaran bersifat sensorineural. Bila disertai cedera ledakan, dapat ditemukan komponen konduktif.

Penurunan pendengaran akibat trauma akustik akut yang bersifat sensorineural terlihat pada frekuensi tinggi yaitu 3000-6000 Hz, terutama pada 4000 Hz. Penurunan pendengaran juga dapat ditemukan pada frekuensi lebih rendah apabila trauma akustik cukup berat.[2,3]

Penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi biasanya tidak lebih besar dari 75 dB, dan 40dB pada frekuensi lebih rendah. Pada mayoritas kasus trauma akustik akut, perbedaan antara telinga kanan dan kiri sangat kecil, yaitu <5dB. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan terdapat penurunan pendengaran asimetris di mana perbedaan pada kedua telinga >15dB.[2]

Speech Recognition Test

Trauma akustik akut dapat mengganggu pengenalan tutur bicara, baik pada lokasi hening atau bising. Pemeriksaan ini penting dan dapat menunjukkan adanya gangguan, meskipun audiometri nada murni tampak normal.

SRT sebaiknya dilakukan pada dua situasi, yaitu hening dan bising. Pemeriksaan ini menilai bagaimana pasien menangkap dan mengulang kata.[2]

Auditory Brainstem Response

Auditory brainstem response (ABR) merupakan pemeriksaan elektrofisiologi yang digunakan untuk mendeteksi sinaptopati. Penurunan ambang batas gelombang 1 ABR ditemukan pada hewan percobaan dengan sinaptopati. Meskipun demikian, penggunaannya pada manusia masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.[2]

Referensi

2. Le TN, Straatman LV, et al. Current insights in noise-induced hearing loss: a literature review of the underlying mechanism, pathophysiology, asymmetry, and management options. Journal of Otolaryngology - Head & Neck Surgery. 2017 May 23;46(1):41.
3. Esquivel CR, Parker M, et al. Aural Blast Injury/Acoustic Trauma and Hearing Loss. Mil Med. 2018 Sep 1;183(suppl_2):78–82.
4. Yehudai N, Fink N, et al. Acute Acoustic Trauma among Soldiers during an Intense Combat. Journal of the American Academy of Audiology. 2017 May;28(5):436–43.

Epidemiologi Trauma Akustik Akut
Penatalaksanaan Trauma Akustik Akut

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
    Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
  • Red Flag Tinnitus
    Red Flag Tinnitus
  • Peran Campak pada Otosklerosis
    Peran Campak pada Otosklerosis
  • Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
    Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
  • Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa dengan Tuli – Telaah Jurnal Alomedika
    Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa dengan Tuli – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 15 Januari 2025, 22:52
Jurnal Paling Zonk Sepanjang Tahun 2024 🧐💥
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter.Tidak diragukan lagi 🧐, ini adalah studi terburuk pada tahun 2024:Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa...
dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
Dibuat 13 Januari 2024, 10:23
Love your hearing
Oleh: dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
0 Balasan
Noise induced hearing loss
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 24 Mei 2023, 09:24
Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Tentu Dokter sudah mengetahui beberapa obat berisiko menyebabkan efek samping ototoksik. Obat-obatan, seperti antibiotik golongan aminoglikosida,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.