Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Trauma Akustik Akut general_alomedika 2023-04-04T11:51:18+07:00 2023-04-04T11:51:18+07:00
Trauma Akustik Akut
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Trauma Akustik Akut

Oleh :
dr. Monik Alamanda
Share To Social Media:

Patofisiologi trauma akustik akut melibatkan gangguan pada telinga dalam yang menyebabkan tuli sensorineural. Trauma akustik akut juga dapat menyebabkan acoustic shock injury (cedera syok akustik). Apabila trauma akustik akut dibarengi dengan cedera ledakan atau aural blast injury, juga dapat terjadi kerusakan pada membran timpani yang berujung pada tuli konduktif.

Patofisiologi Cedera Ledakan

Jika terjadi ledakan, terdapat cedera suara dan cedera akibat ledakan itu sendiri pada telinga. Membran timpani merupakan organ yang paling sensitif terhadap cedera ledakan.

Ledakan dapat menyebabkan perforasi membran timpani dengan tingkat kerusakan ditentukan oleh proksimitas pasien terhadap sumber ledakan. Selain membran timpani, rangkaian osikel juga dapat mengalami kerusakan berupa fraktur osikel atau disartikulasi rangkaian. Kerusakan tersebut akan menyebabkan tuli konduktif.

Perforasi membran timpani dan cedera telinga tengah yang ringan dapat sembuh sendiri. Tetapi, dapat tersisa jaringan parut yang membuat rangkaian osikel lebih kaku dan gangguan pendengaran menetap.

Apabila cedera ledakan lebih berat, fraktur os temporal dapat ditemukan. Fraktur tersebut dapat menyebabkan laserasi pada kanalis akustikus dan sepanjang membran timpani, menyebabkan otorea atau hemotimpani. Orientasi fraktur juga dapat menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal. Pada fraktur os temporal, nervus fasial juga rentan mengalami cedera.[3]

Patofisiologi Cedera Syok Akustik

Apabila lokasi sumber suara cukup dekat, dapat terjadi syok akustik. Syok akustik dapat menyebabkan respon otot telinga telinga yang berlebihan yang berujung pada disfungsi atau cedera otot dan inflamasi. Proses inflamasi tersebut dapat meluas ke membran timpani dan mukosa telinga tengah.

Disfungsi otot menyebabkan refleks akustik yang berlebihan, aktif bahkan pada paparan suara dengan intensitas lebih rendah atau bahkan pada suara yang tidak diantisipasi akibat refleks kaget (startle reflex). Kontraksi berlebihan tersebut menyebabkan rasa tegang pada telinga dan mengganggu susunan rangkaian osikel.

Inflamasi pada telinga tengah dapat memperparah tinitus yang terjadi akibat cedera suara pada telinga dalam. Selain itu, inflamasi menyebabkan hiperaktivitas nervus trigeminal yang menginervasi mukosa telinga tengah dan membran timpani. Inflamasi dan aktivitas nervus trigeminus menyebabkan otalgia.

Pada beberapa kasus yang lebih jarang, hiperaktivitas nervus trigeminus dapat mengaktivasi refleks trigeminal-autonom. Manifestasi yang ditimbulkan dapat berupa sefalgia, nyeri leher, rhinorrhea, dan kongesti nasal.[5]

Patofisiologi Cedera Suara

Kerusakan pada trauma akustik akut bervariasi, mulai dari distorsi sel rambut stereosilia, rupturnya membran Reissner, hingga terlepasnya organ Corti yang berujung pada degenerasi dan jaringan parut. Selain itu, koneksi sinaps antara sel rambut dengan ganglion spiral juga dapat terganggu.[1,4]

Kerusakan akibat paparan suara terjadi terutama pada sel sensori yang berfungsi merespon terhadap suara frekuensi tinggi, terutama 4 kHz. Untuk itu, tuli pada frekuensi ini merupakan tanda pertama dari gangguan pendengaran akibat suara. Apabila derajat penurunan pendengaran bertambah, frekuensi lain juga ikut terganggu.[1]

Secara umum noise induced hearing loss (NIHL) memiliki prinsip equal energy yang menyatakan jumlah energi yang sama akan menimbulkan tingkat kerusakan yang sama pula. Kerusakan koklea pada pasien dengan paparan terhadap suara intensitas tinggi dalam periode yang singkat, akan setara dengan pasien yang terpapar suara intensitas lebih rendah untuk periode yang lebih panjang.[2]

Kerusakan Mekanik

Kerusakan mekanik bisa timbul apabila terdapat paparan terhadap suara di atas 130dB. Paparan tersebut menyebabkan disasosiasi organ Corti dari membran basal, terganggunya hubungan antar sel, dan tercampurnya cairan endolimfe dan perilimfe.[2]

Dekompensasi Metabolik

Beberapa menit setelah paparan terhadap suara penyebab trauma, terjadi dekompensasi metabolik berupa bengkaknya nuklei dan mitokondria, serta vesikulasi dan vakuolisasi sitoplasma, sehingga terlihat edema pada stria vaskularis yang dapat menetap hingga beberapa hari.

Pada dekompensasi metabolik juga terjadi kerusakan pada stereosilia, terutama pada bagian akar. Dengan hilangnya stereosilia, sel rambut akan mati, yang berujung pada degenerasi Wallerian dan hilangnya serabut saraf auditori primer.[2,4]

Dekompensasi metabolik terjadi akibat pembentukan radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) dan eksitotoksisitas glutamat. ROS mulai terdeteksi segera setelah paparan suara dan bertahan hingga 7-10 hari, menyebar dari bagian basal organ Corti.

Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatori yang bekerja pada sinapsis antara sel rambut dalam dan nervus kranialis VIII. Tingginya kadar glutamat memicu eksitositoksisitas glutamat, yaitu proses stimulasi berlebihan pada sel post sinaps dan pembesaran badan sel dan dendrit.[2]

Respon Sistemik

Pada tingkat sistemik, paparan suara berlebihan menginduksi stres fisiologi dan psikologi melalui aksis hipotalamus-pituitari-adrenal yang memodulasi sensitivitas sistem auditori. Pada tikus percobaan yang tidak memiliki reseptor corticotropin-releasing factor pada koklea, didapatkan kegagalan homeostasis dan perlindungan terhadap trauma suara.[2]

Temporary Threshold Shift

Pada Temporary Threshold Shift (TTS), perbaikan pendengaran akan terjadi dalam 24-48 jam setelah awitan. Meskipun demikian, bukti pada hewan percobaan menunjukkan pasien TTS memiliki risiko penurunan pendengaran lebih dini dengan progresivitas lebih cepat saat tua.[2]

Perbaikan pada TTS diduga disebabkan oleh proses reversibel dari terlepasnya sel rambut luar stereosilia dari membran tektorial atau model peningkatan central gain. Model central gain merupakan peningkatan amplifikasi neuron pada sistem auditori pusat sebagai kompensasi dari rusaknya input sensori dari koklea. Adanya kompensasi tersebut merupakan salah satu mekanisme yang diduga menyebabkan hiperakusis dan tinitus.[2,6]

Perlu diketahui, meskipun ambang batas pada pemeriksaan audiometri nada murni kembali normal pada TTS, terdapat kerusakan pada ribbon synapses yang biasa disebut dengan sinaptopati. Ribbon synapses merupakan sinapsis unik pertemuan antara sel rambut telinga dengan neuron.[2,7]

Sinaptopati terjadi pada fase akut trauma di mana terdapat kerusakan koneksi antara sel rambut dalam dan neuron aferen. Eksitotoksisitas glutamat diperkirakan sebagai penyebab dari sinaptopati, yang merusak terminal post sinapsis. Fenomena ini disebut juga sebagai noise-induced hidden hearing loss, karena tidak ditemukan adanya perubahan ambang batas pada audiometri nada murni. Kelainan akibat sinaptopati dapat terdeteksi melalui speech recognition test (SRT).[2]

Permanent Threshold Shift

Karakteristik Permanent Threshold Shift (PTS) adalah hilangnya sel rambut terutama pada basal turn atau putaran luar dari koklea. Hal ini berujung pada degenerasi nervus auditori. Perlu diingat bahwa, sama seperti sel sensori mamalia lainnya, sel rambut tersebut tidak dapat beregenerasi.[2]

Referensi

1. Koochakzadeh S, Gupta A, et al. Hearing Outcomes of Treatment for Acute Noise-Induced Hearing Loss: A Systematic Review and Meta-Analysis. Otology & Neurotology: Official Publication of the American Otological Society, American Neurotology Society [and] European Academy of Otology and Neurotology. 2020 Jul 27;
2. Le TN, Straatman LV, et al. Current insights in noise-induced hearing loss: a literature review of the underlying mechanism, pathophysiology, asymmetry, and management options. Journal of Otolaryngology - Head & Neck Surgery. 2017 May 23;46(1):41.
3. Esquivel CR, Parker M, et al. Aural Blast Injury/Acoustic Trauma and Hearing Loss. Mil Med. 2018 Sep 1;183(suppl_2):78–82.
4. Yehudai N, Fink N, et al. Acute Acoustic Trauma among Soldiers during an Intense Combat. Journal of the American Academy of Audiology. 2017 May;28(5):436–43.
5. Londero A, Charpentier N, et al. A Case of Acoustic Shock with Post-trauma Trigeminal-Autonomic Activation. Front Neurol. 2017;8:420. Published 2017 Aug 16. doi:10.3389/fneur.2017.00420
6. Auerbach BD, Rodrigues PV, et al. Central gain control in tinnitus and hyperacusis. Front Neurol. 2014;5:206. Published 2014 Oct 24. doi:10.3389/fneur.2014.00206
7. Jean P, Lopez de la Morena D, et al. The synaptic ribbon is critical for sound encoding at high rates and with temporal precision. Petit C, King AJ, editors. eLife. 2018 Jan 12;7:e29275.

Pendahuluan Trauma Akustik Akut
Etiologi Trauma Akustik Akut

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
    Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
  • Red Flag Tinnitus
    Red Flag Tinnitus
  • Peran Campak pada Otosklerosis
    Peran Campak pada Otosklerosis
  • Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
    Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik
  • Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa dengan Tuli – Telaah Jurnal Alomedika
    Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa dengan Tuli – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 15 Januari 2025, 22:52
Jurnal Paling Zonk Sepanjang Tahun 2024 🧐💥
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter.Tidak diragukan lagi 🧐, ini adalah studi terburuk pada tahun 2024:Hubungan antara Penggunaan Alat Bantu Dengar dan Mortalitas pada Orang Dewasa...
dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
Dibuat 13 Januari 2024, 10:23
Love your hearing
Oleh: dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
0 Balasan
Noise induced hearing loss
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 24 Mei 2023, 09:24
Gangguan Pendengaran Akibat Obat dan Logam Berat yang Ototoksik - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Tentu Dokter sudah mengetahui beberapa obat berisiko menyebabkan efek samping ototoksik. Obat-obatan, seperti antibiotik golongan aminoglikosida,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.