Etiologi Batu Ginjal
Pada prinsipnya, etiologi batu ginjal atau nefrolitiasis adalah ketidakseimbangan kimiawi antara zat-zat kimia dalam urine dengan air sebagai pelarutnya. Penyebab spesifik batu ginjal tergantung pada jenis batu ginjal itu sendiri, sebagai contoh batu kalsium dapat disebabkan oleh hiperkalsiuria, hiperurikosuria, dan hipositraturia
Batu Kalsium
75% batu ginjal adalah batu kalsium. Batu kalsium dapat disebabkan karena hiperparatiroid, peningkatan penyerapan kalsium di usus, hiperurikosuria, hiperoksaluria, hipositraturia, ataupun hipomagnesuria. Kehamilan juga dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium.[8,10]
Batu Struvit
Batu struvit umumnya terbentuk akibat infeksi saluran kemih berulang oleh bakteri yang memiliki enzim urease, antara lain:
Klebsiella sp, termasuk pneumoniae yang sudah ditemukan varian hipervirulen yang menyebabkan infeksi saluran kemih komplikata
- Proteus sp.
- Pseudomonas sp.
- Citrobacter
Coagulase-negative Staphylococcus sp.[8,11]
Batu Asam Urat
Batu asam urat terjadi pada pasien dengan hiperurikosuria, misalnya pasien hiperurisemia dan gout.[1-4]
Batu Sistin
Batu sistin berkaitan dengan kelainan genetik dimana terjadi defek pada fungsi metabolik sehingga terjadi gangguan reabsorpsi senyawa sistin, ornitin, lisin dan arginin di ginjal.[12]
Obat
Beberapa medikamentosa dapat meningkatkan risiko batu ginjal, seperti indinavir, atazanavir, dan guaifenesin.[1-4]
Faktor Risiko
Faktor berikut meningkatkan risiko batu ginjal:
- Gangguan kimia darah: hiperkalsiuria, sistinuria karena penyakit genetik, hiperoksaluria, hiperurikosuria, hipernatriuresis, dan hipositraturia
- Adanya komorbiditas: gangguan usus yang menyebabkan malabsorpsi seperti kolitis dan diare kronik. Arthritis gout meningkatkan risiko batu ginjal karena peningkatan asam urat darah. Komorbid lain adalah hiperparatiroid, medullary sponge kidney, renal tubular acidosis, infeksi saluran kemih, dan sindrom metabolik
- Diet, seperti diet tinggi kalsium
- Riwayat pribadi atau keluarga dengan batu saluran kemih[1-4,8]
Gaya Hidup
Penderita batu ginjal banyak ditemukan pada orang-orang yang kurang asupan cairan, buah-buahan dan sayuran. Penyakit ini juga banyak ditemui pada orang-orang yang berlebihan mengonsumsi garam, protein hewani, makanan tinggi purin, sumber oksalat, minuman bersoda, serta pengguna suplemen. Gaya hidup instan pekerja sibuk, misalnya lebih banyak duduk di depan gadget dan sering mengonsumsi makanan cepat saji, juga mendukung pembentukan batu ginjal.[8]
Kehamilan
Pada kehamilan, plasenta akan mensekresikan 1,25 – dyhydroxycholecalciferol, yang akan meningkatkan ekskresi dan penampungan oksalat, asam urat, natrium, dan kalsium dalam urine. Selain itu, uterus yang semakin meregang membesar selama kehamilan menggeser semua organ dalam tubuh di sekitarnya, termasuk ginjal dan ureter.
Sekresi hormon progesteron yang meningkat selama kehamilan juga meningkatkan relaksasi otot polos uterus yang membesar, sehingga aliran urine pun dapat terhambat hingga bisa diam (terjadi urinary stasis). Diamnya aliran urine dan meningkatnya zat kimia yang dapat mencapai titik jenuh dan mengendap dalam urine mendukung terbentuknya batu ginjal.[10,13]
Pekerjaan
Pekerjaan risiko tinggi yang melibatkan paparan panas berlebih, seperti pekerja bangunan atau peleburan baja, dapat mengakibatkan kurangnya hidrasi. Tukang las dan pekerja pengecatan menggunakan spray juga terpapar kadmium dan asam oksalat yang bersifat nefrotoksik. Masalah ini meningkatkan kepekatan urine sehingga meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.[8]
Tempat Tinggal
Tinggal di lingkungan urban memberi paparan suhu yang lebih hangat karena kurangnya vegetasi dan arsitektur bangunan urban. Hal ini meningkatkan pengeluaran air lewat keringat, dehidrasi, kepekatan urine, hingga terbentuk batu ginjal.[8]
Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan suplemen kalsium, vitamin D, dan vitamin C diketahui justru meningkatkan insidensi batu saluran kemih. Riwayat penggunaan obat seperti probenecid, topiramate, dan acetazolamide dapat mengganggu keseimbangan analit urine. Obat lain dapat meningkatkan risiko batu ginjal karena menimbulkan presipitasi langsung dalam urine, misalnya ciprofloxacin atau triamterene.
Penggunaan antibiotik berlebihan juga dapat mengurangi jumlah koloni bakteri Oxalobacter formigenes, yang merupakan bakteri pelindung terhadap pembentukan batu ginjal.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania S. Sutisna