Prognosis Batu Ginjal
Prognosis batu ginjal atau nefrolitiasis tergantung pada ukuran batu, lokasi, dan komplikasi yang dialami pasien. Batu yang berukuran kecil mungkin dapat keluar sendiri. Sementara itu, batu berukuran lebih besar dapat menyebabkan komplikasi berupa obstruksi saluran kemih hingga sepsis dan urosepsis.[1-3]
Komplikasi
Komplikasi batu ginjal atau nefrolitiasis dapat dibagi menjadi komplikasi batu itu sendiri serta komplikasi dari tindakan bedah.
Komplikasi Batu Ginjal
Batu ginjal menghambat aliran urine sehingga meningkatkan risiko hidronefrosis dan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih yang pembilasannya terhambat atau bahkan mengalami stasis oleh obstruksi akan menyebar ke darah dan organ lain sehingga dapat terjadi urosepsis atau sepsis. Urosepsis menjadi penyebab terbesar mortalitas terkait batu ginjal.[3]
Batu ginjal juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronik. Karsinoma sel skuamosa pelvis ginjal sangat jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan pada pasien yang mengalami batu ginjal berulang.
Pada ibu hamil, batu ginjal meningkatkan risiko kehamilan preterm, preeklampsia, dan indikasi untuk melahirkan dengan prosedur sectio caesarea (SC).[9,18]
Komplikasi Tindakan
Komplikasi terkait pemasangan stent meliputi hematuria, sering merasa ingin kencing tidak tertahankan, sering berkemih berkali-kali, nyeri saat berkemih, dan nyeri daerah flank. Pasien bisa diyakinkan bahwa ini tidak terlalu masalah kecuali gejala memberat, persisten, atau berkaitan dengan gejala sistemik, retensi urine, atau temuan kultur urine positif. Gejala-gejala kolik akibat stent dapat dicoba diredakan dengan obat-obatan jenis alpha blockers seperti tamsulosin.
Prosedur operasi invasif juga meningkatkan risiko infeksi. Risiko ini meningkat seiring semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melangsungkan prosedur.[3]
Prognosis
Batu ginjal yang berukuran 4 mm atau kurang, terlebih jika letaknya di distal, memiliki kemungkinan yang tinggi untuk keluar dengan sendirinya tanpa memerlukan intervensi medis. Semakin besar suatu batu maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya obstruksi serta semakin meningkat kebutuhan intervensi medis. Batu yang letaknya lebih distal memang lebih mungkin keluar secara spontan saat pasien berkemih. Tetapi jika ukuran batu besar, maka batu bisa menyumbat ureter ataupun uretra.[14,15]
Beberapa pasien mungkin menganggap bahwa batu ginjalnya sudah keluar secara spontan jika kolik renal mereda. Namun, meredanya kolik renal bukan merupakan tanda pasti bahwa batu ginjal sudah keluar. Kecuali jika pasien melihat secara langsung batu ginjal keluar ketika buang air kecil, pasien mungkin mengalami silent ureteral stone.[22]
Risiko komplikasi dan mortalitas meningkat dengan adanya komorbiditas seperti obesitas, diabetes, sindrom metabolik, dan infeksi saluran kemih berulang. yang tidak melihat secara langsung batu ginjal keluar ketika buang air kecil.
Rekurensi
Batu ginjal memiliki angka rekurensi yang tinggi. Faktor risiko rekurensi batu ginjal antara lain onset awal (usia kurang dari 25 tahun), nefrokalsinosis, dan batu ginjal yang berkaitan dengan penyakit dan komorbiditas seperti hiperparatiroid dan hiperurisemia. Risiko sepsis meningkat dengan semakin kompleksnya batu ginjal yang diderita.[3,8,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania S. Sutisna