Edukasi dan Promosi Kesehatan Inkontinensia Urine
Edukasi dan promosi kesehatan inkontinensia urine meliputi penjelasan tentang jenis inkontinensia yang dialami oleh pasien, prognosis, faktor etiologi yang mendasari inkontinensia pasien, serta tanda bahaya yang dapat terjadi.
Pasien harus mendapatkan penjelasan bahwa inkontinensia merupakan gejala yang disebabkan oleh etiologi tertentu dan dapat berlangsung secara transien ataupun kronis. Inkontinensia urine sering menyebabkan gangguan kualitas hidup. Cara-cara pencegahan dan perawatan diri di rumah juga harus dijelaskan.[2,5,7,13,14,26]
Edukasi Pasien
Ketika mengedukasi pasien inkontinensia urine, dokter perlu melakukan hal berikut:
- Menjelaskan jenis inkontinensia yang terjadi pada pasien
- Menjelaskan penyebab terjadinya inkontinensia pada pasien
- Menjelaskan tanda bahaya yang mungkin terjadi serta mengarahkan pasien ke dokter spesialis urologi bila diperlukan
- Menjelaskan prognosis pasien, kemungkinan inkontinensia berlangsung secara kronis, dan gangguan kualitas hidup yang dapat terjadi
- Menjelaskan cara perawatan setelah operasi
- Menjelaskan cara pasien atau pengasuh membuat catatan harian
Kualitas hidup pasien inkontinensia urine sering kali menurun, khususnya pasien usia tua. Kualitas hidup pasien inkontinensia secara objektif dapat dinilai dengan kuesioner, seperti skor ACOVE (Assessing Care of Vulnerable Elders) atau CMS-PQRI (Centers for Medicare and Medicaid Services Physician Quality Improvement Initiative).
Secara garis besar, beberapa hal yang penting dilakukan adalah mencatat perubahan pada aktivitas sehari-hari, aktivitas seksual, dan nokturia, serta membuat catatan kandung kemih harian (bladder diary). Latihan otot pelvis, misalnya dengan pilates ataupun senam kegel, dapat membantu meningkatkan kekuatan otot pelvis dan memperbaiki kualitas hidup pasien.[3,4,13,22]
Bladder Diary
Bladder diary atau catatan kemih harian dibuat untuk monitor waktu dan volume urine yang dikeluarkan secara volunter dan involunter. Gejala penyerta seperti frekuensi, urgensi, dan nokturia juga perlu dicatat. Aktivitas atau faktor pencetus inkontinensia juga penting diperhatikan. Pencatatan dilakukan selama 3–7 hari dalam seminggu. Bladder diary digunakan sebagai pembanding sebelum dan setelah terapi.[3,4,13]
Perawatan Setelah Operasi
Pasien yang menjalani operasi untuk inkontinensia urine sering membutuhkan kateter suprapubik atau kateter uretra dalam beberapa hari hingga minggu. Penggantian kateter secara berkala dan perawatan daerah genitalia yang baik perlu dilakukan untuk mencegah infeksi.
Pasien pasca operasi juga perlu menjaga volume residu pasca miksi <100 mL. Aktivitas seksual juga sebaiknya dihindari paling tidak 6 minggu pasca operasi atau hingga luka bekas operasi benar-benar pulih. Peningkatan tekanan intraabdomen juga harus dicegah agar tidak menyebabkan prolaps dan inkontinensia berulang.[2,4,5,7,23]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan inkontinensia urine meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder dengan rehabilitasi pasca pembedahan yang baik. Pencegahan primer disarankan pada pasien-pasien dengan faktor risiko tinggi inkontinensia urine. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
- Modifikasi gaya hidup: menjaga berat badan ideal, tidak merokok
- Mengurangi konsumsi alkohol, kafein, minuman berkarbonasi
- Modifikasi diet: diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Melakukan latihan fisik otot dasar pelvis, termasuk pada kehamilan, misalnya dengan pilates, yoga, atau senam kegel
Pencegahan sekunder pada pasien yang telah mengalami inkontinensia meliputi perawatan yang baik agar tidak terjadi perburukan. Bladder diary dapat mendeteksi perkembangan klinis. Bladder retraining dan latihan otot pelvis juga dapat membantu memperbaiki kualitas hidup. Kebersihan daerah genitalia perlu dijaga agar tidak terjadi infeksi berulang. Apabila pasien menggunakan kateter secara berkepanjangan, kateter perlu dirawat dan diganti secara berkala.[4,5,26]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur