Komplikasi Implan Koklea
Komplikasi implan koklea dapat dibagi menjadi kegagalan alat atau komplikasi teknikal, serta komplikasi medis. Komplikasi terjadi pada sekitar 4% pasien yang melakukan implan. Kegagalan dalam pemasangan implan merupakan komplikasi yang perlu diwaspadai, tetapi kondisi ini dapat diatasi dengan implantasi ulang.[1]
Komplikasi Teknis (Device Failure)
Komplikasi teknis lebih banyak terjadi pada pasien anak dibandingkan pada pasien dewasa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya tekanan fisik dari luar dibandingkan orang dewasa. Kegagalan secara kumulatif berkurang sejak diperkenalkannya casing titanium dari hampir semua produsen. Kegagalan teknis lain yang dapat terjadi adalah putusnya kontak elektroda.
Re-implantasi diperlukan ketika terjadi gangguan kinerja pendengaran yang signifikan. Ketika terjadi kegagalan perangkat dan sudah dikonfirmasi, implantasi ulang harus dilakukan sesegera mungkin. Hal ini berlaku terutama untuk anak-anak yang memiliki implan hanya pada satu telinga.[1]
Komplikasi Medis
Komplikasi media pada implan koklea dapat terjadi saat pemasangan berlangsung (intraoperatif) dan setelah tindakan operatif (postoperatif).[1-3,8]
Komplikasi Medis Intraoperatif
Komplikasi medis intraoperatif yang dapat terjadi adalah kerusakan pada saraf fasial, sinus sigmoid, atau arteri karotis interna. Komplikasi yang lebih jauh dapat berupa cedera dinding luar dari kanal auditori, membran timpani, dan dura. Secara keseluruhan komplikasi ini dapat dicegah dengan menggunakan teknik operatif yang adekuat.[1]
Komplikasi Medis Postoperatif
Komplikasi akut yang dapat terjadi berupa infeksi, perdarahan postoperatif, vertigo, atau kerusakan pada bagian telinga dalam. Komplikasi lanjut atau kronis dapat berupa migrasi dari implan atau elektroda karena tidak difiksasi dengan baik akibat tidak dibuat alas tulang (bone bed). Komplikasi lanjut atau kronis juga bisa berupa penipisan dari kulit yang melapisi elektroda, kadang juga disertai dengan infeksi dan perforasi, iritasi dari saraf fasialis, otitis media kronis, labirinitis, atau meningitis.
Komplikasi ringan sebagian besar dapat ditangani secara konservatif, namun pada kasus komplikasi yang lebih berat memerlukan tindakan bedah, seperti fiksasi ulang impan dan elektroda. Dapat juga dilakukan vaksinasi terhadap pneumokokus dan Haemophilus influenzae untuk mencegah terjadinya meningitis.[1-3]