Teknik Implan Koklea
Teknik implan koklea adalah dengan memasukkan perangkat medis elektronik melalui pembedahan. Alat ini akan menggantikan fungsi koklea dengan cara mengirimkan sinyal suara langsung ke saraf pendengaran.[1-3]
Persiapan Pasien
Langkah pertama dalam persiapan pasien adalah menjalani evaluasi menyeluruh untuk menentukan apakah seseorang memenuhi syarat untuk mendapatkan implan koklea. Evaluasi ini biasanya melibatkan berbagai tes audiologi, pencitraan seperti MRI, serta penilaian medis secara keseluruhan. Kriteria yang harus dipenuhi termasuk tingkat kehilangan pendengaran yang cukup berat dan kurangnya respons terhadap perangkat bantu dengar konvensional.
Setelah pasien dinyatakan sebagai kandidat yang cocok, langkah selanjutnya adalah sesi konseling praprosedur. Pada tahap ini, dokter dan tim medis akan memberikan informasi rinci tentang prosedur implantasi, harapan hasil, serta potensi risiko dan komplikasi. Konseling ini juga mempersiapkan pasien secara psikologis untuk perubahan besar dalam persepsi suara dan adaptasi pasca operasi.[1-3]
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Persiapan pasien dimulai dengan melakukan diagnosis gangguan pendengaran sensorik melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan sekunder gangguan pendengaran seperti perforasi membran timpani, otitis media, atau atresia kanal. Adanya gangguan sekunder harus ditangani terlebih dahulu sebelum melakukan implantasi koklea.[2]
Timpanometri atau Auditory Brainstem Response
Setelah itu perlu dilakukan audiogram dengan timpanometri. Untuk anak-anak yang tidak dapat merespon dengan tepat, maka respons batang otak pendengaran atau auditory brainstem response (ABR) perlu dilakukan. Tes ABR akan mentransmisikan suara melalui telinga dan menentukan apakah suara tersebut mencapai saraf koklea atau tidak.[2]
Pencitraan
Setelah terkonfirmasi gangguan pendengaran sensorik dan memenuhi kriteria untuk implantasi koklea, maka yang selanjutnya dilakukan adalah pencitraan atau imaging. Pencitraan biasanya dilakukan dalam bentuk CT scan atau MRI temporal tanpa kontras untuk melihat saluran pendengaran internal, seperti melihat kondisi dari koklea dan saraf koklea dan memberikan detail anatomi bagi dokter untuk melakukan prosedur implantasi koklea.[2]
Percobaan Amplifikasi Pendengaran
Pada bayi baru lahir umumnya disarankan untuk memiliki alat bantu dengar pada usia 6 bulan dengan percobaan selama 6 bulan sebelum melakukan implan koklea. Pada orang dewasa juga dapat dilakukan namun dengan jangka waktu yang lebih pendek hanya sekitar 1-3 bulan.[2]
Informed Consent Pasien
Jika pasien tidak berhasil dalam percobaan amplifikasi pendengaran, maka selanjutnya perlu dilakukan diskusi mengenai manfaat dan risiko pembedahan dan implantasi koklea. Setelah diskusi dan memastikan pasien sudah paham, minta informed consent dari pasien dan jadwalkan rencana operasi.[2]
Vaksinasi Streptococcus pneumoniae
CDC merekomendasikan vaksinasi terhadap Streptococcus pneumoniae. PCV 13 dan PPSV 23 untuk pasien yang berusia di atas dua tahun, dan PCV 13 untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun. Vaksinasi terhadap Streptococcus pneumoniae terbukti dapat mengurangi risiko terjadinya meningitis yang terkait dengan pemasangan implan koklea.[2]
Peralatan
Peralatan pada implan koklea memiliki perangkat keras eksternal dan internal. Perangkat eksternal dapat berupa mikrofon, prosesor suara, dan sistem transmisi. Mikrofon eksternal berfungsi untuk mengambil suara dan atau ucapan yang berasal dari lingkungan luar dan mengirimkan suara tersebut pada prosesor suara.
Prosesor suara kemudian akan mengubah suara yang tadinya berupa getaran menjadi sinyal listrik. Sinyal ini kemudian dikirimkan melalui kulit melalui transmisi frekuensi radio ke penerima atau stimulator internal.
Perangkat internal berupa penerima atau stimulator dan susunan elektroda. Agar transmisi melalui kulit dapat berhasil dengan baik maka magnet eksternal harus sejajar dengan magnet internal pada penerima atau stimulator. Penerima atau stimulator ini kemudian akan mengambil sinyal dan meneruskannya kepada elektroda yang ditempatkan di dalam koklea.
Elektroda kemudian akan memberikan rangsangan ke saraf pendengaran dan sinyal akan dikirim sepanjang jalur pendengaran ke korteks pendengaran di otak.[2,3,8]
Posisi Pasien
Pasien dalam posisi yang memungkinkan dokter bedah untuk melakukan insisi retroaurikular dan mastoidektomi.[1-3]
Prosedural
Implan koklea dilakukan di ruang operasi rumah sakit. Tim perawat, dokter anestesi, dan tim otolaringologi akan menemui pasien pada hari tindakan untuk menjelaskan peran mereka pada saat operasi dilakukan. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pasien dan mendapatkan persetujuan, maka pasien selanjutnya dapat dibawa memasuki ruangan operasi yang sudah disiapkan steril.
Anestesi umum kemudian akan mulai dilakukan dengan memasang tabung endotrakeal. Pemantauan saraf wajah juga dilakukan selama operasi.
Teknik pemasangan implan koklea dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Insisi retroaurikular
- Membentuk kantong periosteal ke arah oksipital yang nanti akan digunakan untuk memasukan bagian penerimaan dari implan
- Melakukan mastoidektomi parsial dengan pemaparan dinding posterior liang telinga, antrum, jalur saraf fasialis, kanal korda timpani, 3 kanal semisirkular, sinus sigmoid, dan korteks ke fossa kranial tengah dan posterior, serta sudut sinus-dura
- Membentuk alas tulang atau bone-bed untuk memasukkan implan yang terletak 1 cm di bagian atas belakang sudut sinus-dura, setelah itu lakukan koagulasi dengan hati-hati
- Membentuk kanal atau terowongan pada mastoid dengan proyeksi sudut sinus-dura yang nanti akan digunakan untuk memasukan dan memasang elektroda dengan aman
- Timpanostomi dengan mengangkat tulang yang terletak di antara saraf wajah yang tertutup tulang dan korda timpani. Jika diperlukan, korda timpani dapat diangkat, dipindahkan dan ditanam lagi untuk mencapai pendekatan yang memadai ke telinga tengah dan struktur telinga dalam. Dimana akan terlihat jendela bundar dan oval, stapes dan tendon stapedius
- Menyisipkan implan dan memposisikan letak elektroda
- Eksposisi jendela bundar agar membran jendela bundar dapat terlihat dengan jelas
- Membuka koklea dengan melakukan insisi terhadap jendela bundar atau cochleostomy
- Melakukan pemasangan karier elektroda dengan perlahan-perlahan. Kedalaman pemasangan dapat dipilih bergantung pada ukuran koklea masing-masing individu serta dimensi sisa pendengaran. Tergantung pada jenis elektroda dapat diperlukan teknik penyisipan yang berbeda-beda dan mungkin harus melibatkan instrumen khusus
- Melakukan penutupan koklea dengan baik untuk mencegah terjadinya fistula perilimfa, dapat menggunakan fasia yang telah dibuat sebelum dilakukan penyisipan atau menggunakan potongan otot yang diposisikan di sekitar bukaan elektroda
- Karier elektroda diposisikan pada mastoid untuk mencegah terjadinya kontak dengan kulit
- Elektroda juga harus dipastikan untuk difiksasi dekat dengan koklea untuk mencegah migrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat celah tulang di tepi inferior dari timpanostomi posterior untuk menjepit elektroda, penggunaan klip untuk fiksasi, penggunaan material perekat seperti semen tulang atau lem fibrin, atau penggunaan tabung rotasi khusus yang dapat dijepitkan ke elektroda
- Elektrofisiologi intraoperatif dilakukan untuk mengontrol fungsional dari implan dan mengukur respons stimulus saraf. Pengukuran yang dilakukan dapat berupa impedansi elektroda, refleks stapedius yang dipicu secara elektrik dan dengan penentuan ambang batas
- Lakukan penutupan luka yang baik yang terbentuk dalam beberapa lapisan untuk menutupi implan dengan aman
- Mengontrol posisi dari elektroda intraoperatif dengan pemeriksaan pencitraan. Kedalaman penyisipan harus diverifikasi dan dikoreksi jika diperlukan[1-3]
Follow-up
Pasien dapat dipulangkan sehari setelah tindakan operatif dengan perawatan mastoid. Jahitan dapat dilepas pada hari ke-10 setelah tindakan operatif, kecuali pada pasien anak biasanya menggunakan benang yang dapat terabsorbsi. Setelah luka benar-benar kering dan sembuh, alat baru dapat dinyalakan, yakni pada hari ke-10 hingga 3 minggu setelah tindakan operatif.[4]
Follow up juga diperlukan untuk mendeteksi komplikasi medis dan kegagalan fungsional. Setelah dua hingga empat minggu waktu pemulihan, selanjutnya pasien akan ditindaklanjuti dengan audiolog untuk pemrograman dan stimulasi awal untuk membantu pengaturan perangkat. Kualitas suara secara bertahap akan beradaptasi dengan otak selama 3-6 bulan berikutnya.[1,5]
Setelah dilakukan implantasi, dokter dianjurkan untuk mengatur tindak lanjut seumur hidup untuk melakukan pemeriksaan teknis dan pengaturan implan. Perlu juga dilakukan pembaruan perangkat lunak dan perangkat keras secara berkala agar seluruh kemajuan dalam teknologi implan dapat digunakan oleh pasien.[1]