Efek Samping dan Interaksi Obat Probenecid
Efek samping probenecid dapat terjadi pada berbagai sistem organ tubuh, mulai dari sistem saraf pusat, gastrointestinal, hingga efek samping berat, seperti sindrom Steven Johnson dan reaksi anafilaksis. Secara umum interaksi obat pada probenecid dapat bersifat antagonis efek urikosurik probenecid atau dapat meningkatkan kadar obat dalam plasma, seperti pada antibiotik penicillin.
Efek samping
Efek samping probenecid dapat terjadi secara luas pada berbagai sistem organ tubuh, contohnya sefalgia pada sistem saraf pusat, nausea vomitus pada sistem gastrointestinal, pembentukan batu asam urat pada sistem genitourinaria, hingga reaksi anafilaksis dan Sindroma Steven Johnson.[2,5]
Efek samping pemberian probenecid dapat bersifat ringan hingga berat untuk masing-masing sistem organ. Efek samping probenecid yang paling sering dari sistem saraf adalah sefalgia dan pusing. Pada sistem gastrointestinal dapat terjadi keluhan nausea, anoreksia, vomitus, nyeri gusi hingga efek samping berat namun jarang yaitu nekrosis hepar. Efek samping pada sistem genitourinaria antara lain pembentukan batu asam urat dan sindrom nefrotik yang lebih jarang terjadi.[2,5,15]
Efek samping berupa reaksi hipersensitivitas yang perlu diwaspadai adalah reaksi anafilaksis dan Sindrom Steven Johnson,namun pasien dapat pula mengalami reaksi yang lebih ringan seperti demam, pruritus dan urtikaria. Pada sistem hematologis probenecid dapat menyebabkan anemia, leukopenia dan trombositopenia (jarang terjadi). Pada sistem Integumen dapat terjadi alopecia, dermatitis, dan flushing. Penting untuk diperhatikan bahwa kombinasi probenecid dan kolkisin dapat menyebabkan nekrolisis epidermal toksik namun kasusnya jarang terjadi.[2,15] Efek samping umum yang sering ditemukan pada sistem muskuloskeletal adalah kejadian eksaserbasi gout yang bersifat transien setelah terapi inisial dengan probenecid. Selain itu terdapat laporan kejadian retinopati setelah penggunaan probenecid bersama Chloroquine.[2,5]
Interaksi Obat
Ada berbagai bentuk interaksi obat antara probenecid dengan obat-obatan lain, ada yang bersifat sinergis dan ada pula yang bersifat antagonis.
Obat Bersifat Antagonis
Penggunaan aspirin sebagai anti nyeri baik dengan dosis besar atau kecil pada pasien yang sedang dalam terapi probenecid tidak dianjurkan karena aspirin bersifat antagonis terhadap efek urikosurik probenecid. Bila pasien memerlukan terapi anti nyeri lebih disarankan dengan pemberian paracetamol. Sama dengan aspirin, pyrazinamide juga bersifat antagonis terhadap efek urikosurik dari probenecid.[5,15]
Meningkatkan Waktu Paruh Obat Lain
Probenecid dapat meningkatkan waktu paruh obat lain yang diberikan bersama dengan probenecid. Contoh obat-obatan tersebut adalah paracetamol, naproxen, indomethacin, ketoprofen, meclofenamate, lorazepam, rifampin, acyclovir, ganciclovir dan zidovudine. Sehingga, untuk menghindari kemungkinan munculnya efek samping berat, perlu dilakukan penyesuaian dosis saat memberikan obat-obatan tersebut bersama dengan probenecid.[2,15]
Meningkatkan Efek Obat Lain
Probenecid dapat meningkatkan efek obat lain yang diberikan bersamaan di dalam tubuh, contohnya pada pemberian probenecid dengan allopurinol, kombinasi probenecid dan allopurinol dapat secara sinergis menurunkan asam urat didalam darah. Efek sinergis ini juga perlu diperhatikan terutama pada pemberian bersama antihiperglikemik oral golongan sulfonylurea (glibenklamid), karena probenecid dapat menghambat ekskresi sulfonamid terkonjugasi di ginjal, sehingga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada pasien.[13,15]