Kontraindikasi dan Peringatan Oxcarbazepine
Kontraindikasi oxcarbazepine adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini, komponen sediaan, ataupun terhadap carbamazepine karena dapat terjadi reaksi silang. Peringatan diperlukan terkait peningkatan risiko ideasi dan perilaku bunuh diri, hiponatremia signifikan, dan reaksi anafilaksis.
Alel HLA-B*1502, yang banyak ditemukan pada orang Indonesia, telah dilaporkan dapat meningkatkan risiko sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis akibat obat antiepilepsi aromatik (AED) seperti oxcarbazepine. Oleh karenanya, penggunaan oxcarbazepine harus memperhatikan potensi risiko ini.[20,22]
Kontraindikasi
Oxcarbazepine dikontraindikasikan pada pasien dengan kondisi berikut:
- Memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap oxcarbazepine atau carbamazepine
- Blok nodus atrioventrikular (AV block)[4,6]
Peringatan
Oxcarbazepine dapat meningkatkan risiko ideasi atau perilaku bunuh diri. Pasien yang mengonsumsi oxcarbazepine juga perlu diperingatkan agar tidak terlibat dalam pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan mental, karena obat ini dapat menyebabkan efek sedasi.[4]
Ide dan Perilaku Bunuh Diri
Penggunaan obat antikonvulsan, termasuk oxcarbazepine, dapat meningkatkan risiko munculnya ideasi dan perilaku bunuh diri. Kondisi ini bisa ditemukan 1 minggu setelah mulai mengonsumsi oxcarbazepine dan bertahan sepanjang periode pengobatan. Kondisi ini perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar dapat mewaspadai perubahan mood dan perilaku atau munculnya tanda-tanda depresi pada pasien.[4]
Efek Samping Neuropsikiatrik
Oxcarbazepine dapat menyebabkan penurunan psikomotor, sulit konsentrasi, gangguan pada bahasa, mudah lelah, somnolen, dan gangguan koordinasi. Oleh karenanya, aktivitas seperti menyetir dan mengoperasikan mesin atau alat berat perlu dihindari.[4]
Hiponatremia
Penggunaan oxcarbazepine dapat menyebabkan hiponatremia yang signifikan, yaitu kadar natrium darah < 125 mmol/L. Biasanya, kondisi ini tidak memunculkan gejala dan kadar natrium dapat kembali normal dengan pengurangan dosis, penghentian obat, atau terapi konservatif seperti pembatasan cairan. Hiponatremia biasanya terjadi pada 3 bulan pertama pengobatan, tetapi juga dapat terjadi setelah 1 tahun pengobatan.[4]
Reaksi Hipersensitivitas Obat
Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi dan menimbulkan gejala seperti ruam, pruritus, urtikaria, angioedema, hingga anafilaksis. Beberapa kasus anafilaksis melibatkan edema pada laring, glotis, bibir, dan kelopak mata. Edema laring dapat menyumbat jalan napas dan membahayakan keselamatan pasien.
Selain itu, dapat juga ditemukan kondisi multi-organ hipersensitivity atau Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS) yang ditandai dengan demam, ruam, dan limfadenopati; disertai gejala pada sistem organ seperti hepatitis, nefritis, kelainan hematologi, miokarditis, atau miositis. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya ditemukan peningkatan eosinofil.[4]
Rekasi Silang dengan Hipersensitivitas Carbamazepine
Sekitar 25-30% pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap carbamazepine juga mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap oxcarbazepine. Karena itu, penggunaan oxcarbazepine hanya diberikan jika manfaat yang didapatkan melebihi risiko yang ada. Jika ditemukan kondisi hipersensitivitas saat mendapatkan terapi oxcarbazepine, pengobatan harus diganti dengan obat golongan lain.[4]
Reaksi Dermatologis
Penggunaan oxcarbazepine telah dikaitkan dengan kejadian sindroma Stevens-Johnson (SJS) dan toxic epidermal necrolysis (TEN). Terdapat peningkatan risiko terjadinya SJS dan TEN pada pasien dengan alel HLA-B*1502 yang mengonsumsi oxcarbazepine. Alel tersebut banyak ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara, seperti Indonesia. Jika ditemukan reaksi dermatologis saat pasien dalam pengobatan oxcarbazepine, segera hentikan pemberian obat dan ganti dengan obat antikonvulsan lain.[4,20,22]
Penghentian Obat Antikonvulsan
Penghentian obat antikonvulsan perlu dilakukan secara bertahap. Penghentian obat oxcarbazepine secara mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya status epileptikus dan meningkatnya frekuensi kejang pada pasien.[4]
Kelainan Hematologi
Beberapa pasien dilaporkan mengalami pansitopenia, agranulositosis, dan leukopenia pada saat mendapatkan terapi oxcarbazepine. Penghentian obat perlu dipertimbangkan jika didapatkan kondisi seperti ini.[4]