Kontraindikasi dan Peringatan Meropenem
Kontraindikasi meropenem adalah penggunaan pada pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap meropenem, komponen dalam sediaan, atau obat beta laktam lain. Peringatan khusus diperlukan terkait adanya laporan reaksi anafilaksis yang fatal, kejang dan efek samping neurologi, serta kolitis terkait Clostridium difficile pada penggunaan meropenem.[3,6,8]
Kontraindikasi
Meropenem dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat reaksi hipersensitivitas, baik reaksi alergi atau anafilaksis, terhadap meropenem, obat golongan beta laktam lain, dan komponen lain dalam sediaan obat.[3,6,8]
Peringatan
Perhatian khusus diperlukan terkait risiko reaksi anafilaksis yang fatal, kejang dan efek samping neurologi, serta kolitis akibat Clostridium difficile.[3,8]
Risiko Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaksis yang serius dan berpotensi fatal telah dilaporkan pada individu yang menerima terapi antibiotik dengan golongan β-laktam. Sebelum memulai terapi dengan meropenem, harus ditanyakan terlebih dahulu mengenai reaksi hipersensitivitas sebelumnya terhadap obat golongan penisilin, sefalosporin, dan golongan β-laktam lain. Jika terjadi reaksi alergi terhadap meropenem, segera hentikan penggunaan obat.[3,6,11]
Kejang
Kejang telah dilaporkan terjadi selama pengobatan dengan meropenem pada pasien dengan gangguan sistem saraf pusat (SSP), seperti lesi otak dan riwayat kejang sebelumnya. Risiko juga meningkat pada pasien dengan infeksi meningitis bakteri dan gangguan fungsi renal.
Dalam investigasi secara klinis pada 2.904 pasien dewasa imunokompeten yang dirawat karena infeksi non-SSP, risiko kejang didapatkan sebesar 0,7%.[3,6,11]
Penggunaan dengan Asam Valproat
Selain itu, penggunaan meropenem bersamaan dengan obat asam valproat tidak dianjurkan karena dapat menurunkan konsentrasi plasma asam valproat di bawah kisaran terapeutik sehingga meningkatkan potensi kejang.[3,11]
Diare akibat Clostridium difficile
Diare terkait Clostridium difficile telah dilaporkan pada penggunaan hampir seluruh agen antibakteri, termasuk meropenem. Terapi dengan antibakteri dapat mengubah flora normal pada kolon sehingga terjadi pertumbuhan berlebihan dari Clostridium difficile yang menghasilkan toksin A dan B. Diare terkait Clostridium difficile yang dialami dapat berupa diare ringan sampai kolitis yang berpotensi fatal.[3,6]
Trombositopenia
Risiko trombositopenia meningkat pada pasien dengan gangguan renal. Namun, belum ada laporan terkait adanya perdarahan secara klinis. Pasien dengan gangguan renal perlu mendapat penyesuaian dosis meropenem apabila nilai klirens kreatinin (CrCl) <51 ml/ menit.[3,6,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Amelia Febrina
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta