Farmakologi Esomeprazole
Farmakologi esomeprazole adalah sebagai obat golongan proton-pump inhibitor (PPI). Esomeprazole termasuk dalam benzimidazol tersubstitusi, yang tidak menunjukkan sifat antikolinergik atau antagonis histamin H2. Obat ini menekan sekresi asam lambung dengan penghambatan spesifik pada H+/K+-ATPase di permukaan sekretori sel parietal lambung.[1,2]
Farmakodinamik
Esomeprazole memiliki efek penekanan sekresi asam lambung (antisekretori) melalui inhibisi pompa proton (H+/K+ ATPase). Pada sel parietal gaster, esomeprazole akan terprotonisasi dan dikonversi menjadi senyawa sulfonamida aktif yang kemudian akan membentuk satu atau lebih ikatan kovalen disulfida dengan pompa proton H+/K+ ATPase. Hal ini menghambat aktivitas dan sekresi ion H+ ke dalam lumen gaster.
Ikatan kovalen tersebut bersifat irreversible, sehingga untuk dapat mensekresi asam lambung kembali, tubuh harus membentuk enzim H+/K+ ATPase yang baru lagi. Durasi efek antisekretori esomeprazole ini dapat bertahan lebih dari 24 jam. Besarnya efek antisekretori tersebut tergantung dari dosis obat yang diberikan (dose-related effect).
Karena sifat inilah, esomeprazole dapat digunakan dalam tata laksana berbagai macam kondisi medis gaster, misalnya gastritis dan Sindrom Zollinger-Ellison.[1-3]
Farmakokinetik
Penilaian farmakokinetik telah menunjukkan bahwa area under the plasma concentration curve (AUC) esomeprazole dan konsentrasi puncak plasma (Cmax) meningkat hampir 2 kali lipat antara hari ke-1 dan hari ke-5 dengan pemberian 20 mg sekali sehari. Hal ini menandakan bahwa derajat inhibisi asamnya akan meningkat secara progresif dalam beberapa hari pertama terapi.[10]
Absorpsi
Esomeprazole diabsorpsi dengan cepat di gastrointestinal. Cmax terjadi dalam 1-2 jam setelah administrasi obat. Cmax meningkat secara proporsional dengan penambahan dosis. Bioavailabilitas esomeprazole sebesar 64% pada dosis tunggal (single dose) dan 89% pada dosis berulang (repeated dose).[1,4,5]
Distribusi
Esomeprazole terikat pada protein plasma sebesar 97%, dengan volume distribusi sebesar 16 L. Ikatan protein plasma ini konstan pada konsentrasi 2-20 µmol/L.[1,4,5]
Metabolisme
Esomeprazole dimetabolisme di hati oleh enzim cytochrome P450 (CYP) menjadi metabolit inaktif yang tidak memiliki efek lagi terhadap sekresi asam lambung. Metabolisme terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur mayor dan jalur minor. Melalui jalur mayor, esomeprazole akan dimetabolisme oleh enzim CYP2C19 membentuk metabolit 5-hydroxyesomeprazole dan desmethyl-esomeprazole. Sedangkan melalui jalur minor, esomeprazole akan dimetabolisme oleh enzim CYP3A4 membentuk metabolit esomeprazole sulfone.[1,4,5]
Eliminasi
Esomeprazole dieliminasi sebagai metabolit inaktif ke dalam urine (80%) dan feses (20%). Hanya kurang dari 1% dieliminasi sebagai senyawa obat yang tidak berubah ke dalam urine. Waktu paruh eliminasi esomeprazole sekitar 1 hingga 1,5 jam.[1,4,5]
Resistensi
Penggunaan esomeprazole bersama atazanavir, nelfinavir, atau rilpivirine dapat menurunkan kadar serum atazanavir, nelfinavir, rilpivirine sehingga menimbulkan resistensi obat. Namun demikian, baik atazanavir, nelfinavir, maupun rilpivirine belum tersedia di Indonesia.[1,4,5,11]