Farmakologi Trifluoperazine
Farmakologi trifluoperazine sebagai antipsikosis tipikal bekerja dengan memblokir dopamin pascasinaptik untuk mengatasi gejala positif pada gangguan psikotik dan skizofrenia.
Farmakodinamik
Berdasarkan teori dopamin pada skizofrenia, gejala positif merupakan akibat dari aktivitas jalur mesolimbik dopamin yang berlebihan. Trifluoperazine merupakan derivat phenothiazine dan secara kimia berkaitan dengan chlorpromazine. Obat ini menyebabkan blokade pascasinaps reseptor dopamin D1 dan D2 di otak pada mesolimbik, mesokortikal, dan striatum. Setelah itu akan terjadi pengurangan asam homovanilik yang merupakan metabolit primer dopamin, sehingga gejala positif akan berkurang setelah beberapa minggu penggunaan trifluoperazine.[2,3]
Terdapat 4 jalur mekanisme antipsikosis generasi satu:
- Jalur nigrostriatal: di mana fungsi utama dopamin pada jalur nigrostriatal adalah untuk gerakan. Antagonis D2 pada jalur ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gejala ekstrapiramidal
- Jalur tuberoinfundibular: berasal dari nukleus arkuata di hipotalamus. Dopamin bekerja untuk menginhibisi prolaktin pada jalur ini, blokade D2 dapat menyebabkan peningkatan produksi prolaktin dari kelenjar pituitari sehingga menyebabkan hiperprolaktinemia
- Jalur mesokortikal: serat dopaminergik berasal dari regio A10 (area tegmental ventral) dan terproyeksi pada korteks frontal dan septohippocampal. Patofisiologi skizofrenia menunjukkan gangguan pada jalur mesokortikal yang berhubungan dengan gangguan kognitif, emosi, dan afek (gejala negatif). Blokade pada jalur mesokortikal dengan dosis tinggi antipsikosis generasi satu dapat menginduksi gejala negatif sekunder dan memengaruhi fungsi kognitif
- Jalur mesolimbik: dopaminergik berasal dari regio A10 dan menyebar ke amigdala, korteks pyriform, nukleus septal lateral, dan nucleus accumbens. Blokade pada reseptor D2 menyebabkan berkurangnya gejala positif pada skizofrenia dan gangguan psikotik[12]
Trifluoperazine memiliki efek antikolinergik yang lemah serta blokade reseptor histamin dan alfa-adrenergik, sehingga akan menyebabkan efek sedasi.[2]
Efek Antikanker
Reseptor dopamin telah terbukti terekspresi pada beberapa sel kanker di luar sistem saraf. Reseptor D2 ditemukan pada sel Jurkat yang berproliferasi, kanker prostat, dan kanker paru sel punca. Mekanisme blokade pada reseptor D2 menyebabkan inhibisi phosphorylated AKT dan β-catenin, yang menyebabkan berkurangnya vascular endothelial growth factor (VEGF) dan angiogenesis, sehingga dapat mencegah metastasis. Mekanisme pada studi in vitro menunjukkan penurunan cyclin-dependent kinase 2 (CDK2), CDK4, cyclin D1 dan cyclin E; peningkatan p27; serta stimulasi apoptosis yang dimediasi mitokondria; sehingga mengganggu siklus sel G0/G1.[5,6,7]
Trifluoperazine merupakan antagonis calmodulin yang memblokade sel Ca2+-calmodulin-dependent, sehingga menginhibisi proliferasi dan invasi sel yang menginduksi apoptosis. Oleh karena itu, trifluoperazine juga dapat digunakan sebagai tata laksana beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, kanker paru, dan kanker kolorektal.[13]
Farmakokinetik
Farmakokinetik trifluoperazine bergantung pada jalur pemberiannya, yaitu oral atau intramuskular.
Absorpsi
Trifluoperazin akan diabsorpsi di saluran pencernaan dan konsentrasi plasma akan meningkat setelah 1,5-6 jam. Pada pemberian secara intramuskular, konsentrasi plasma akan meningkat dalam 30-60 menit dan efek klinis akan terlihat setelah 15-30 menit.[2,12]
Distribusi
Trifluoperazine berikatan kuat dengan protein (85-90%).[14]
Metabolisme
Trifluoperazin akan dimetabolisme di hepar dan mengalami transformasi glukoronidasi, oksidasi, reduksi, dan metilasi. Obat ini dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom P450, yaitu enzim CYP1A2.[14]
Eliminasi
Waktu paruh trifluoperazine adalah 24 jam. Obat ini diekskresikan melalui urine, feses, dan sedikit diekskresikan melalui keringat, saliva, air mata, dan ASI.[9,14]