Kontraindikasi dan Peringatan Vaksin Rubella
Kontraindikasi vaksin rubella terutama adalah riwayat hipersensitivitas pada pemberian vaksin sebelumnya. Selain itu, pada kondisi-kondisi imunodefisiensi/imunosupresi , vaksin juga sebaiknya tidak diberikan. Vaksin rubella juga tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
Peringatan terhadap vaksin rubella yang diberikan kepada pasien yang menderita kejang demam, hipersensitivitas terhadap telur, cedera kepala, gangguan koagulasi, trombositopenia dan ibu menyusui.
Kontraindikasi
Selain riwayat hipersensitivitas, kontraindikasi dari pemberian vaksin rubella adalah pasien dengan kondisi imunosupresan, antara lain imunodefisiensi primer berat, sedang menjalani kemoterapi atau radioterapi, transplantasi organ, terapi kortikosteroid sistemik dosis tinggi, pasien HIV positif dengan titer CD4 kurang dari 200 sel/mm3, leukemia atau limfoma, kehamilan dan keganasan atau malignansi berat.[2,11,14]
Peringatan
Vaksin rubella dapat diberikan pada kondisi di bawah ini tetapi dengan pengawasan khusus:
- Pasien dengan riwayat cedera kepala atau riwayat kejang
- Pasien dengan riwayat demam atau kejang demam
- Riwayat hipersensitivitas terhadap telur, sebab vaksin dapat mengandung antigen embrio ayam
- Hipersensitivitas kontak terhadap neomisin tetapi biasanya berupa dermatitis kontak alergi sehingga bukan suatu kontraindikasi
- Gangguan koagulasi atau trombositopenia
- Pasien dengan riwayat keluarga mengalami imunodefisiensi yang belum diketahui status imunitasnya
Penggunaan obat seperti aspirin sebaiknya tidak diberikan hingga 6 minggu pasca vaksinasi, sementara vaksin jangan diberikan pada pasien dengan obat imunosupresif seperti methotrexate dan obat kortikosteroid dalam dosis tinggi. Pemberian jarak juga diperlukan antara pemberian vaksin dengan terapi imunoglobulin.[4,10,11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja