Etiologi Oligospermia
Etiologi oligospermia dibagi menjadi primary testicular failure dan hipogonadisme sekunder. Berbagai gangguan reproduktif dan nonreproduktif bisa menyebabkan oligospermia, tetapi kebanyakan kasus bersifat idiopatik.[2]
Etiologi Primary Testicular Failure
Etiologi oligospermia yang disebabkan oleh primary testicular failure, antara lain:
Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter adalah kondisi yang disebabkan oleh kelainan kromosom X dan Y, di mana terdapat dua atau lebih kromosom X, sehingga menyebabkan perkembangan testis tidak normal.[3,6]
Abnormalitas Kromosom
Selain sindrom Klinefelter, abnormalitas kromosom lain, seperti mikrodelesi Yq, copy number variations, dan mutasi genetik juga menjadi penyebab primary testicular failure.[3,6]
Undesensus Testis
Undesensus testis adalah keadaan dimana testis tidak turun ke kantung skrotum setelah beberapa tahun pertama kehidupan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi testis.[3,6]
Hematokromatosis
Hematokromatosis merupakan keadaan dimana kadar zat besi tinggi pada darah dapat mengganggu fungsi testis.[3,6]
Cedera Testis
Testis mudah mengalami cedera karena posisinya di luar batang tubuh. Cedera pada testis dapat mengganggu fungsi testis, tetapi cedera pada satu testis dapat tidak mengganggu produksi testosteron.[3,6]
Pengobatan Kanker
Pengobatan kanker, seperti kemoterapi dan terapi radiasi dapat mengganggu fungsi testis. Meskipun beberapa pasien mengalami perbaikan fungsi testis dalam beberapa bulan setelah selesainya terapi, pasien dapat disarankan untuk menyimpan sperma sebelum mulai terapi kanker.[3,6]
Penuaan
Kadar testosteron pada pria usia lanjut biasanya lebih rendah dari pria dengan usia lebih muda.[3,6]
Etiologi Hipogonadisme Sekunder
Etiologi oligospermia yang disebabkan oleh hipogonadisme sekunder, antara lain:
Sindrom Kallmann
Pada sindrom Kallmann, terjadi perkembangan abnormal hipotalamus dapat menyebabkan hipogonadisme. Sindrom Kallmann juga dikaitkan dengan kehilangan kemampuan penciuman (anosmia).[3,6]
Penyakit yang Melibatkan Kelenjar Hipofisis
Penyakit pada penyakit yang melibatkan kelenjar hipofisis, dapat menyebabkan gangguan pelepasan luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH), seperti tumor hipofisis. Selain itu, terapinya memiliki efek samping gangguan fungsi testis.[3,6]
Penyakit Inflamasi
Beberapa penyakit inflamasi, seperti sarkoidosis, histiocytosis, serta tuberkulosis dapat mengganggu fungsi hipotalamus dan kelenjar hipofisis, sehingga menyebabkan hipogonadisme.[3,6]
Acquired Immunodeficiency Syndrome
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada infeksi HIV dapat mengganggu fungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan fungsi testis.[3,6]
Obat–obatan
Penggunaan beberapa jenis obat, seperti analgesik opioid dan pengobatan hormonal dapat mengganggu produksi testosteron.[3,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko gangguan spermatogenesis yang menyebabkan oligospermia, antara lain:
- Obesitas
- Diabetes mellitus
- Sindrom metabolik
- Penyakit kronik
- Penuaan
- Konsumsi obat–obatan, seperti golongan statin, glukokortikoid, opioid, dan 5–alpha reductase inhibitors
- Kanker dan terapinya[3,8]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli