Penatalaksanaan Oligospermia
Penatalaksanaan medikamentosa oligospermia seperti terapi hormonal, yaitu agonis dopamin, aromatase inhibitor, dan selective estrogen receptor modulators. Pembedahan juga bisa diperlukan sesuai indikasi. Selain penatalaksanaan medikamentosa dan pembedahan, tata laksana awal yang dapat dipertimbangkan adalah perubahan gaya hidup saja tanpa intervensi obat–obatan dan tindakan.
Perubahan Gaya Hidup
Tata laksana awal pada oligospermia adalah perubahan gaya hidup. Pada beberapa kasus, hanya dengan perubahan gaya hidup, kehamilan dapat terjadi dalam waktu 2 tahun.[18]
Perubahan gaya hidup yang dapat disarankan seperti menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol, melakukan kegiatan yang dapat mengurangi stress seperti berolahraga, menghindari obat–obatan terlarang misalnya marijuana, serta mengurangi lubrikan yang berpotensi toksik pada saat melakukan aktivitas seksual.[18]
Saran untuk menggunakan boxer dan mengurangi penggunaan pakaian dalam yang terlalu ketat dapat diberikan. Kurangi kegiatan sauna dan berendam air panas juga dapat direkomendasikan. Hal tersebut berhubungan dengan penurunan produksi sperma, karena diduga menyebabkan penurunan suhu testis.[18]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada pasien dengan oligospermia berupa terapi hormonal, agonis dopamin, aromatase inhibitor, dan selective estrogen receptor modulators.
Terapi Hormonal
Terapi hormonal yang dapat digunakan berupa gonadotropin–releasing hormone (GnRH) dan gonadotropin. Pemberian GnRH secara pulsatil dilakukan pada pria infertil dengan hipogonadisme hipogonadotropik yang mengalami defisiensi GnRH.
Saat ini, GnRH masih kontroversial dan sampai saat ini masih dalam uji klinis. GnRH diberikan dengan subcutaneous infusion pump dalam dosis 25–200 ng/kgBB per pulsatil tiap 2 jam.[6,7,18]
Terapi dengan gonadotropin dilakukan pada pria infertil dengan gangguan pada hipofisis. Gonadotropin yang digunakan sebagai terapi infertilitas, antara lain human chorionic–gonadotropin (hCG), human menopausal gonadotropin (hMG), dan highly purified atau recombinant human follicle–stimulating hormone (rhFSH).
Pemberian hCG dalam dosis 1.500–3.000 IU secara subkutan atau intramuskular, 2 kali per minggu. Bila target kadar testosteron serum tercapai setelah pemberian hCG, tetapi spermatogenesis belum terjadi, terapi diikuti dengan pemberian rhFSH. Pemberian rhFSH dalam dosis 100–150 IU, 2–3 kali per minggu.
Selain hCG dan rhFSH, pemberian hMG dapat dilakukan pada pria infertil dalam dosis 75 IU 2–3 kali per minggu.[6,7]
Agonis Dopamin
Pada pria infertil dengan hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh tumor hipofisis, agonis dopamin dapat digunakan. Agonis dopamin, seperti cabergoline dan bromocriptine, telah lama digunakan pada infertilitas pria yang disebabkan oleh hiperprolaktinemia.
Cabergoline diberikan dalam dosis 0,5–1 mg 2 kali per minggu, sedangkan bromocriptine diberikan dalam dosis 2,5–5 mg 2 kali per minggu. Pria infertil akibat hiperprolaktinemia yang gagal pengobatan agonis dopamin dapat direkomendasikan untuk menjalani terapi pembedahan.[6,7]
Aromatase Inhibitor
Penggunaan aromatase inhibitor dapat meningkatkan kadar testosteron, menurunkan kadar estrogen, dan menghambat metabolisme testosteron perifer, di mana kadar testosteron rendah disertai kadar estrogen tinggi dapat menghambat spermatogenesis.
Aromatase inhibitor yang digunakan sebagai terapi infertilitas adalah anastrozol dan letrozole. Anastrozol diberikan dalam dosis 1 mg/hari, sedangkan letrozole diberikan dalam dosis 2,5 mg/hari. [6,7]
Selective Estrogen Receptor Modulators (SERM)
Selective estrogen receptor modulators (SERM) merupakan senyawa yang bekerja sebagai agonis atau antagonis pada reseptor estrogen. SERM, seperti klomifen sitrat, tamoxifen, toremifene, dan raloxifene, biasanya digunakan sebagai terapi kanker payudara dan osteoporosis pada wanita.
Penggunaan SERM menghambat umpan balik estrogen dan meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH) dan follicle–stimulating hormone (FSH), sehingga proses spermatogenesis dapat meningkat. Klomifen sitrat diberikan secara titrasi hingga 50 mg/hari, sedangkan untuk tamoxifen 20 mg/hari, toremifene 60 mg/hari, dan raloxifene diberikan dalam dosis 60 mg/hari.[6,7]
Pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan untuk mengekstraksi sperma setelah terapi medikamentosa dilakukan. Terapi medikamentosa dapat meningkatkan spermatogenesis fokal pada pasien oligospermia, sehingga konsentrasi sel sperma yang dapat diambil melalui pembedahan akan meningkat.
Ekstraksi sperma dilakukan secara microsurgery pada tubulus seminiferus dengan microsurgical testicular sperm extraction (micro–TESE). Sperma yang telah diekstraksi digunakan pada intracytoplasmic sperm injection (ICSI) sebagai prosedur fertilisasi in vitro. Selain ekstraksi sperma, micro–TESE juga digunakan sebagai metode biopsi untuk menentukan kelainan histopatologi pada pasien oligospermia.[7,15]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli