Epidemiologi Sumbing
Data epidemiologi menunjukkan prevalensi orofacial cleft (sumbing) dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras. Prevalensi orofacial cleft pada bayi laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan bayi perempuan dengan rasio 2:1. Sementara itu, insiden orofacial cleft pada populasi Asia dengan ras putih ditemukan dua kali lebih besar dibandingkan populasi ras hitam dan putih.[1,18,19]
Global
Prevalensi global orofacial cleft (sumbing) diperkirakan sekitar 1 dari 700 kelahiran hidup, dan terhitung hampir setengah dari semua anomali kraniofasial. Seperti yang dilaporkan oleh World Health Organization prevalensi sumbing saat lahir bervariasi di seluruh dunia, berkisar 3,4–22,9 per 10.000 kelahiran untuk cleft lip ataupun cleft palate dan 1,3– 25,3 per 10.000 kelahiran untuk kasus kombinasi cleft lip dan palate.[1,18,19]
Insiden cleft lip, cleft palate, dan keduanya sangat bervariasi antar penelitian, sebagian besar dari penelitian melaporkan insiden cleft lip dan cleft palate yang lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi keduanya. Insiden orofacial cleft tertinggi terdapat di antara populasi Asia dengan ras mongoloid (0,82-4,04 per 1000 kelahiran hidup), tingkat menengah di antara negara dengan ras kaukasia (0,9-2,69 per 1000 kelahiran hidup), dan tingkat terendah di antara populasi Afrika (0,18-1,67 per 1000 kelahiran hidup).[1,18,19]
Indonesia
Data epidemiologi orofacial cleft (sumbing) secara umum masih di Indonesia masih terbatas. Sebuah studi retrospektif di Indonesia melakukan analisa epidemiologi gambaran angka insiden bayi lahir dengan sumbing berdasarkan klasifikasi jenis sumbing dan jenis kelamin.[13,20,21]
Gambaran insidensi sumbing di Indonesia sebagai berikut: insiden penderita sumbing bibir dan langit-langit (cleft lip dan cleft palate) sebanyak 50.53%, penderita sumbing bibir saja (cleft lip) sebanyak 24.42% dan penderita sumbing langit-langit (cleft palate) sebanyak 25.05%. Sementara itu insiden sumbing berdasarkan jenis kelamin pada bayi laki-laki sebanyak 55.95% dan bayi perempuan sebanyak 44.05%.[13,20,21]
Mortalitas
Sebuah studi di Ontario, Canada tahun 2020 melaporkan bahwa angka mortalitas di antara anak-anak dengan orofacial cleft (sumbing) lebih tinggi dibandingkan anak-anak tanpa orofacial cleft (dengan hazard ratio 10.60; 95% CI, 7.79-14.44; P< .001). Mortalitas pada anak-anak dengan orofacial cleft tinggi, terutama dalam 2 tahun pertama kehidupan, dan sebagian besar terkait dengan adanya kelainan bawaan atau kromosom lainnya.[16]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani