Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Sumbing general_alomedika 2022-12-21T10:29:48+07:00 2022-12-21T10:29:48+07:00
Sumbing
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Sumbing

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Etiologi orofacial clefts (sumbing) belum diketahui secara pasti, namun gangguan yang potensial pada perkembangan embriogenesis bibir dan palatum yang kompleks dapat menyebabkan malformasi pada orofacial. Etiologi yang diyakini pada orofacial clefts sangat kompleks dan bersifat multifaktorial, melibatkan berbagai faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi gen dengan lingkungan.[1,4,6,7]

Faktor Genetik

Bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik berperan sebagai penyebab orofacial cleft telah tersedia selama bertahun-tahun. Studi literatur menunjukkan adanya heritabilitas orofacial cleft non sindrom sebesar 70% dari analisis segregasi telah menegaskan peran faktor genetik dalam etiologi kondisi sumbing.[1,4,6,7]

Risiko orofacial cleft ditemukan lebih tinggi sekitar 3% hingga 5% ketika terdapat riwayat keluarga yang mengalami sumbing. Orang tua yang memiliki satu anak dengan kondisi sumbing, memiliki peluang sebesar 40% untuk memiliki anak lainnya yang lahir dengan kondisi sumbing.[1,5-7,18]

Beberapa anak juga ditemukan mengalami orofacial cleft akibat adanya perubahan genetik. Mutasi genetik pada gen ABCA4, IRF6, MSX1, VAX1, MAFB, serta gen lainnya yang terlibat dalam jalur transduksi sinyal Wnt (Wnt signaling pathway) dapat menjadi penyebab terjadinya orofacial cleft.[4,6,11,12]

Faktor Lingkungan

Beberapa studi epidemiologi menganalisis peran faktor lingkungan sebagai etiologi dari orofacial cleft, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi orofacial cleft pada bayi yang baru lahir dengan ibu perokok aktif (tobacco use disorder) maupun perokok pasif, ibu yang mengkonsumsi alkohol dengan kadar yang tinggi, penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan yang dapat bersifat teratogenik (obat antiepilepsi, obat kortikosteroid dengan dosis tinggi yang digunakan berkepanjangan), dan defisiensi asam folat, serta beberapa penyakit seperti penyakit menular,  diabetes, dan obesitas.[1,7,15]

Faktor Risiko

Hasil dari studi penelitian dengan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional di Denpasar tahun 2019 melaporkan beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan orofacial cleft, yaitu:

  • Faktor genetik (24,0%),
  • Penggunaan narkoba (34%),
  • Riwayat merokok (52%),
  • Gangguan kehamilan (28%),
  • Paparan bahan kimia (18%),
  • Tidak mendapatkan suplementasi dan gizi tambahan (42%),
  • Tidak melakukan antenatal care (26%),
  • Obesitas dan diabetes (4%),
  • Usia ibu hamil terbanyak adalah kelompok usia produktif (60%),
  • Sebagian besar berstatus keluarga ekonomi rendah (60%),
  • Jenis kelamin bayi yang menderita orofacial cleft didominasi oleh laki-laki (66%)[14]

Terdapat beberapa faktor risiko yang telah diteliti dapat meningkatkan insiden orofacial cleft.[7,13-18]

Eksposur Eksogen pada Maternal

Eksposur eksogen pada maternal yang menjadi faktor risiko yang tinggi pada kasus orofacial cleft adalah paparan asap rokok dan konsumsi alkohol. Beberapa studi tinjauan melakukan penelitian mengenai korelasi antara insiden orofacial cleft dengan terminasi aktivitas merokok saat antenatal care pertama, dengan hasil adanya penurunan angka insiden orofacial cleft.[7,14-16]

Sebuah studi lainnya yaitu studi berbasis populasi menunjukkan bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko sedikit lebih tinggi daripada ibu hamil perokok aktif untuk melahirkan bayi dengan orofacial cleft (odds ratio 1,14 dan 1,12). Patomekanisme yang dapat menjelaskan korelasi paparan rokok dengan insiden orofacial cleft adalah peranan modifikasi gen yang berperan dalam epigenetik dan detoksifikasi.[7,16,17]

Konsumsi alkohol yang berulang dan konstan selama masa kehamilan terutama pada trimester pertama, merupakan faktor risiko utama kedua teratas setelah rokok untuk dapat menyebabkan kelainan orofacial cleft. Patomekanisme yang dapat menjelaskan korelasi konsumsi alkohol (alcohol use disorder) dengan insiden orofacial cleft adalah zat alkohol yang bersifat teratogenik dan dapat melintasi barier plasenta serta metabolisme alkohol pada janin dua kali lebih lambat dibandingkan pada ibu.[7,14-17]

Riwayat pekerjaan pada ibu hamil yang terpapar zat kimia seperti pelarut organik dan pestisida selama masa kehamilan dapat meningkatkan potensi bayi lahir dengan orofacial cleft. Patomekanisme yang dapat menjelaskan korelasi tersebut adalah zat kimia pelarut organik dan pestisida dapat menimbulkan stress oksidatif yang dapat mengganggu aktivitas seluler termasuk sel neural crest yang memiliki peran penting pada embriogenesis fetus.[7,16,17]

Penggunaan Obat-obatan pada Masa Kehamilan

Penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan terutama pada trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan orofacial clefts (sumbing). Telah banyak penelitian mengenai hubungan obat antikonvulsan (seperti diazepam, phenobarbital, serta phenytoin) yang dinyatakan paling berpotensi mengakibatkan kelainan sumbing.[7,13-15]

Beberapa studi pada 10 tahun terakhir juga telah menyatakan bahwa penggunaan kortikosteroid oral selama masa kehamilan berhubungan kuat dengan kejadian sumbing. Namun, belum terdapat penelitian yang menyatakan asosiasi signifikan penggunaan kortikosteroid topikal nonsistemik pada trimester pertama kehamilan dengan kejadian sumbing.[7,13-15]

Obat antiasma seperti bronkodilator (contoh: salbutamol) dapat berpotensi mengakibatkan kelainan sumbing apabila digunakan pada masa kehamilan terutama pada trimester pertama. Beberapa studi juga melaporkan ibu hamil penderita asma memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan kelainan sumbing.[7,13-15]

Terdapat juga studi lain yang menyatakan korelasi antara penggunaan antibiotik selama kehamilan dengan kelainan sumbing pada bayi. Namun, sebuah studi lainnya menyatakan bahwa penggunaan antibiotik pada awal kehamilan bukanlah faktor risiko utama kejadian sumbing. Meskipun beberapa kelas antibiotik yang dikonsumsi pada periode kritis pembentukan bibir dan palatum saat embriogenesis dapat meningkatkan risiko tersebut.[7,13-15]

Suplementasi Vitamin dan Gizi pada Masa Kehamilan

Korelasi antara gizi (makronutrien dan mikronutrien) dengan perkembangan fetus sangat erat, terutama mikronutrien sangat esensial dalam morfogenesis dan diferensiasi pada fetus. Konsumsi asam folat harian 400 μg tanpa vitamin lain selama kehamilan dimulai sebelum periode menstruasi terakhir pada ibu, dinyatakan dapat mengurangi angka kejadian bayi lahir sumbing.[1,7,15-17]

Studi penelitian menyatakan bahwa kadar zinc yang terlalu rendah (<11,0 micromol/L) berhubungan juga dengan kejadian sumbing, sementara kadar zinc yang tinggi tidak memiliki korelasi dengan kejadian sumbing. Defisiensi vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), B6 (pyridoxine), vitamin B12 (cyanocobalamin), dan rendahnya asupan kalsium secara signifikan berkorelasi dengan peningkatan kejadian bayi lahir sumbing.[1,7,15-17]

Sebuah studi kasus kontrol yang mempelajari korelasi antara kejadian sumbing dengan nutrisi maternal dan pola makan selama masa kehamilan melaporkan bahwa western diet dengan menu tinggi karbohidrat (seperti daging olahan, pizza, kentang) dan rendah serat (buah maupun sayuran) dapat meningkatkan risiko bayi lahir sumbing. Salah satu penelitian juga menduga pengaruh konsumsi minuman berkarbonasi dan bersoda selama masa kehamilan memiliki korelasi dengan terjadinya sumbing.[1,7,15-17]

Riwayat Keluarga

Orofacial cleft atau sumbing merupakan kelainan yang diturunkan secara genetik. Studi menunjukkan bahwa 1 dari 5 kasus sumbing terjadi akibat adanya penurunan secara genetik. Riwayat sumbing paternal ditemukan paling tinggi dibandingkan dengan riwayat maternal dan saudara kandung. Gen polimorfisme MTHFR C677T dengan genotip TT merupakan salah satu gen yang diduga diturunkan secara herediter pada kelainan sumbing.[4,6,10-12]

Penyakit Infeksi

Beberapa penyakit seperti penyakit infeksi dan penyakit komorbid selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko orofacial cleft, seperti;[13-18]

  • Infeksi cytomegalovirus (CMV)
  • Hipertensi gestasional (hipertensi pada kehamilan)
  • Diabetes gestasional maupun diabetes melitus

  • Kejang pada kehamilan
  • Riwayat hipertermia selama masa kehamilan berpotensi meningkatkan risiko orofacial cleft karena mitosis dan apoptosis sel yang terganggu sehingga penyatuan palatum tidak sempurna (cleft)[13-18]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani

Referensi

1. Nasreddine G, El Hajj J, et al. Orofacial clefts embryology, classification, epidemiology, and genetics. Mutation Research. 2021;787(108373):1-20 DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.mrrev.2021.108373
4. Hassan S A, Bhateja S, et al. Orofacial clefts in children and its management. IP International Journal of Medical Paediatrics and Oncology. 2020;6(2):38–42 DOI :https://doi.org/10.18231/j.ijmpo.2020.009
5. Tolarova M M. Pediatric Cleft Lip and Palate. Medscape. 2022. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/995535-overview
6. Khan AN M I, et al. Genetic etiology of cleft lip and cleft palate. AIMS Molecular Science. 2020;7(4):328–348 DOI: 10.3934/molsci.2020016
7. Tobing J N. Identifikasi Faktor Risiko Eksogen Maternal Orofacial Cleft Non-sindromik. CDK. 2017;44(10):690-694
10. Silva`Markelane Santana, et al. Phenotype of cleft lip and palate and other oral manifestations in individuals from the same family - Case reports. J. Oral Diag. 2018;03:e20180018 DOI: 10.5935/2525-5711.20180018
11. Reynolds K, Kumari P, et al. Wnt signaling in orofacial clefts: crosstalk, pathogenesis and models. Disease Models & Mechanisms. 2019;12:1--24 DOI:10.1242/dmm.037051
12. Mukhopadhyay N, Feingold E, Moreno-Uribe L, et al. Genome-Wide Association Study of Non-syndromic Orofacial Clefts in a Multiethnic Sample of Families and Controls Identifies Novel Regions. Front Cell Dev Biol. 2021;9:621482 DOI:10.3389/fcell.2021.621482
13. Sosiawan A, Kurniati M, et al. The role of family history as a risk factor for non-syndromic cleft lip and/or palate with multifactorial inheritance. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi). 2021:54(2):108–112 DOI: 10.20473/j.djmkg.v54.i2.p108–112
14. Purwitasari, K.T.I., Sanjaya, I.G.P.H., Hamid, A.R.R.H. Gambaran faktor risiko penyebab terjadinya celah bibir dan celah langitan di Denpasar tahun 2019. Intisari Sains Medis. 2020;11(2): 697-701. DOI: 10.15562/ism.v11i2.656
15. Neogi S B, Sigh S, et al. Risk Factors for Orofacial Clefts in India: A Case–Control Study. Birth Defects Research. 2017;109:1284–1291 DOI: 10.1002/bdr2.1073
16. Malic Claudia C, Lam M, et al. Incidence, Risk Factors, and Mortality Associated With Orofacial Cleft Among Children in Ontario, Canada. JAMA Network Open. 2020;3(2):e1921036. DOI:10.1001/jamanetworkopen.2019.21036
17. Alrasheedi A N, ALshaalan S F, et al. The Prevalence and Risk Factors of Cleft Lip and Palate in Northern Region of Saudi Arabia. Am J Otolaryngol Head Neck Surg. 2021;4(9):1158
18. Ahmed M K, Bui A H, Taioli M. Epidemiology of Cleft Lip and Palate. Intech. 2017;0:1-20 DOI: http://dx.doi.org/10.5772/67165

Patofisiologi Sumbing
Epidemiologi Sumbing

Artikel Terkait

  • Pedoman Menyusui Bayi dengan Sumbing
    Pedoman Menyusui Bayi dengan Sumbing
  • Tahapan dan Timing Penatalaksanaan Sumbing
    Tahapan dan Timing Penatalaksanaan Sumbing
  • Simulasi Digital Rekonstruksi Bibir Sumbing
    Simulasi Digital Rekonstruksi Bibir Sumbing
  • Waktu Operasi Primer untuk Celah Palatum – Telaah Jurnal Alomedika
    Waktu Operasi Primer untuk Celah Palatum – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 20 Februari 2023, 10:42
Vitamin untuk bayi usia 5 bulan setelah operasi bibir sumbing
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, vitamin atau modalitas apa yang cocok untuk bayi usia 5 bulan post op bibir sumbing? Kandungan yang aman dan tidak iritatif untuk mengurangi scar...
Anonymous
Dibalas 12 Desember 2022, 12:03
Terapi wicara untuk pasien anak dengan schisis - THT Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Rano,Sp. THT-KL, bayi lahir dengan labiopalatoshisis apakah jika sudah dilakukan operasi bisakah pulih seperti anak yang lahir dengan kondisi...
dr. Arif Patriana
Dibalas 19 Agustus 2022, 19:09
Pasien ibu hamil usia 26 tahun dan suami dengan bibir sumbing, bagaimana cara mencegah terjadinya bibir sumbing pada bayi
Oleh: dr. Arif Patriana
1 Balasan
izin untuk bertanya dok, ada pasien bertanya kepada saya di klinik,pasien wanita 26 th G1P0A0 H8 minggu, dengan suami yang lahir dengan bibir sumbing (untuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.