Diagnosis Alopecia Anagen dan Telogen Effluvium
Diagnosis alopecia anagen dan telogen effluvium perlu dicurigai pada pasien yang mengalami kebotakan akibat keluhan rambut rontok secara berlebihan dan tiba-tiba, terutama jika berkaitan dengan stres fisik, stres psikologis, gangguan hormon, gangguan metabolik, ataupun konsumsi obat dan kemoterapi.[1-4]
Anamnesis
Keluhan utama pasien umumnya adalah peningkatan kerontokan rambut atau rambut yang tersisa terasa kurang lebat. Rambut biasanya hilang secara difus dari seluruh kulit kepala, sehingga tidak didapatkan jenis kebotakan yang terlokalisir.[1-3,12]
Telogen Effluvium
Telogen effluvium akut didefinisikan sebagai kerontokan rambut yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Pasien dengan telogen effluvium akut biasanya mengeluhkan kerontokan rambut yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien akan memiliki faktor risiko, seperti stres metabolik atau fisiologis, yang terjadi 1-6 bulan sebelum dimulainya kerontokan rambut. Stres fisiologis yang dapat menginduksi telogen effluvium antara lain demam, cedera berat, perubahan pola makan, kehamilan persalinan, dan obat-obatan.
Telogen effluvium kronis adalah kerontokan rambut yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Pada kasus ini, pasien lebih cenderung mengeluhkan penurunan kepadatan rambut kulit kepala atau rambut yang tampak tipis dan tidak bernyawa.[1-4]
Anagen Effluvium
Pada anagen effluvium, pasien biasanya datang dengan kerontokan rambut difus setelah terpapar obat kemoterapi atau bahan kimia beracun. Kerontokan rambut akibat kemoterapi yang paling parah biasanya terkait dengan doxorubicin, nitrosourea, dan cyclophosphamide. Gejala biasanya dimulai 7-14 hari setelah 1 kali kemoterapi dan paling terlihat secara klinis setelah 1-2 bulan.
Penyebab lain yang perlu digali adalah malnutrisi, defisiensi besi, gangguan endokrin, gangguan metabolisme, penyakit kolagen, infeksi, dan penyakit kulit yang meluas ke kulit kepala. Pada kasus yang jarang, anagen effluvium bisa menjadi gejala dari pemfigus vulgaris.[12]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya penipisan rambut uniformis, tanda inflamasi, distribusi rambut asimetris, penipisan batang rambut (hair shaft), serta adanya kerak pada lapisan kulit kepala. Beberapa pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah tes tarik rambut dan tes cabut rambut.[1,3]
Tes Tarik Rambut (Hair Pull Test)
Pada tes tarik rambut, pasien diminta untuk tidak keramas minimal 2-5 hari. Selanjutnya, 50-60 rambut dari lokasi frontal, oksipital, temporal kiri, dan temporal kanan dijepit dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari. Kemudian, lakukan penarikan perlahan dari akar rambut ke arah ujung rambut. Hasil dikatakan positif apabila lebih dari 10% tercabut pada satu tempat. Hasil positif menunjukkan adanya kerontokan yang sedang berlangsung.[1]
Trikoskopi
Pemeriksaan trikoskopi bertujuan untuk mengetahui kerontokan pada pasien termasuk jenis sikatrikal atau non-sikatrikal. Pada pemeriksaan trikoskopi, klinisi melihat keadaan klinis kulit kepala dan batang rambut serta mengidentifikasi adanya gambaran eritema, skuama, skar, atrofi, atau bintik pada akar rambut.[1,4]
Tes Cabut Rambut (Hair Pluck)
Tes cabut rambut dilakukan dengan menjepit 50 helai rambut menggunakan needle holder pada dasar rambut lalu dicabut dengan cepat. Selanjutnya rambut yang tercabut diletakkan pada gelas objek dan dihitung proporsi rambut anagen dan telogen.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding alopecia anagen dan telogen effluvium harus mencakup alopecia areata difus, alopecia androgenetik, dan loose anagen syndrome.[5,7]
Alopecia Areata Difus
Alopecia areata difus ditandai dengan adanya keluhan kerontokan rambut difus akibat penipisan rambut generalisata. Pemeriksaan tes tarik rambut pada kasus alopecia areata difus dapat menunjukkan rambut anagen distrofik. Berbeda dengan telogen effluvium, biopsi pada kasus alopecia areata difus dapat menunjukkan gambaran infiltrat inflamasi.[5,7]
Alopecia Androgenetik
Alopecia androgenetik (Androgenetic alopecia, AGA) merupakan kerontokan rambut yang ditandai dengan kepadatan rambut pada vertex dan occiput kurang dari 1 pada trikoskopi. Berbeda dengan telogen effluvium, kerontokan rambut yang terjadi pada alopecia androgenetik biasanya dimulai pada regio temporal dengan gambaran halo peripiler dan variasi pada diameter rambut.[5,7]
Loose Anagen Syndrome
Loose anagen syndrome merupakan kerontokan rambut non-scarring yang biasanya mengenai anak perempuan dengan rambut pirang. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya ruffled cuticles pada rambut fase anagen yang mengalami kerontokan.[5,7]
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosis alopecia anagen dan telogen effluvium adalah pemeriksaan laboratorium, trichogram, dan biopsi kulit kepala.[1,2,5]
Trichogram
Pemeriksaan trichogram dilakukan dengan cara mencabut 20 akar rambut dengan forcep kocher, yaitu batang penjepit yang dibalut karet agar tidak licin. Pada pemeriksaan ini, forcep kocher menjepit akar rambut dengan jarak 1 hingga 2 cm dari scalp. Hasil normal adalah 66-69% anagen, 0-6% katagen, dan 2-18% telogen.[4]
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, kadar ferritin, vitamin D, dan pemeriksaan hormon tiroid dapat dilakukan untuk membantu menemukan etiologi alopecia anagen dan telogen effluvium.[1]
Biopsi Kepala
Pemeriksaan ini dianjurkan dalam kasus dimana telogen effluvium berlangsung lebih dari 6 bulan. Pemeriksaan biopsi yang dilakukan multipel telah dilaporkan meningkatkan akurasi diagnostik.
Dalam kasus telogen effluvium akut, akan didapatkan rasio anagen:telogen normal hingga supernormal, miniaturisasi folikel dan infiltrasi peribulbar tidak ditemukan. Pada telogen effluvium kronis, terdapat peningkatan rambut telogen, dengan rasio anagen:telogen umumnya 8:1 dibandingkan dengan 14:1 pada biopsi kulit kepala normal.[4,5]
Videodermoskopi
Dalam kasus telogen effluvium akut, videodermoskopi akan menunjukkan banyak rambut pendek yang tumbuh kembali tanpa variasi kepadatan.[4]
Alopecia Anagen dan Telogen Eflfluvium Terkait Infeksi COVID-19
Beberapa studi melaporkan adanya alopecia effluvium akut pasca infeksi COVID-19. Ini diduga berhubungan dengan aktivitas tinggi beberapa sitokin proinflamasi, seperti interleukin-6, interleukin-1 beta, interferon, dan enzim metalloproteinase 1 dan 3 yang pada akhirnya menurunkan metabolisme berbagai proteoglikan yang berperan dalam menunjang fase pertumbuhan rambut normal.[8-11]
Beberapa temuan dermoskopik yang berhubungan dengan alopecia effluvium akut pasca infeksi COVID-19 adalah penurunan densitas rambut, Pohl-Pinkus sign, dan empty follicles.[8]