Epidemiologi Emfisema Subkutis
Menurut laporan epidemiologi, insiden emfisema subkutis adalah sekitar 0,43–2,34%. Suatu studi yang dilakukan selama 10 tahun menemukan bahwa usia rata-rata pasien yang mengalami emfisema subkutis adalah 53 tahun, di mana 71% di antaranya adalah pasien laki-laki.[1,3]
Global
Insiden emfisema subkutis dilaporkan berkisar antara 0,43–2,34%. Suatu penelitian menemukan kaitan antara terjadinya emfisema subkutis dengan pneumomediastinum. Insiden emfisema subkutis pada anak-anak yang mengalami asma dengan komplikasi pneumomediastinum adalah 1:20.000.[1,3]
Insiden emfisema subkutis yang dipicu barotrauma pada paru akibat ventilasi mekanik berkisar antara 3–10%. Cedera akibat intubasi juga merupakan penyebab emfisema subkutis. Cedera trakeobronkial akibat intubasi endotrakeal traumatik dilaporkan lebih umum terjadi pada wanita berusia >50 tahun. Insiden cedera trakea akibat intubasi endotrakeal diperkirakan sebesar 0,005%.[1,11,12]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai emfisema subkutis di Indonesia. Data yang ada saat ini hanyalah laporan-laporan terpisah dari beberapa rumah sakit. Studi epidemiologi nasional masih diperlukan.[13]
Mortalitas
Sekitar 70–90% kasus emfisema subkutis disertai dengan pneumomediastinum yang merupakan suatu kondisi berbahaya. Studi melaporkan bahwa 73% pasien beriwayat asma yang mengalami pneumomediastinum juga mengalami emfisema subkutis.[1,14]
Mortality rate yang tinggi umumnya ditemukan pada kasus emfisema subkutis yang berhubungan dengan trauma tumpul atau trauma tembus, terutama cedera dengan kecepatan tinggi dan perforasi trakeobronkial.[14,15]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur