Diagnosis Diabetes Gestasional
Diagnosis diabetes gestasional jika pada usia kehamilan 24‒28 minggu ditemukan peningkatan kadar glukosa darah puasa dan peningkatan kadar glukosa 2 jam post prandial.
Anamnesis
Tanda dan keluhan pasien dengan diabetes gestasional tidak spesifik, bahkan dapat asimtomatik. Pada anamnesis, perlu dievaluasi faktor risiko, seperti usia, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, riwayat diabetes gestasional sebelumnya, hipertensi, hiperlipidemia, dan riwayat melahirkan anak dengan berat >4.000 gram (makrosomia). [8,16]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan tanda-tanda vital yang normal dan tidak ada pemeriksaan fisik yang spesifik pada diabetes gestasional. Pemeriksaan fisik berupa perhitungan indeks massa tubuh pada awal kehamilan perlu dilakukan untuk mengetahui faktor risiko obesitas. Pengukuran tekanan darah juga diperlukan untuk melihat apakah ada faktor risiko hipertensi.[8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari diabetes gestasional adalah diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Diabetes Tipe 1
Hampir tidak ada perbedaan pada tanda dan gejala dari diabetes tipe 1 dan diabetes gestasional, walaupun pada diabetes tipe 1 gangguan glukosa dan kecenderungan untuk ketosis lebih besar. Pada diabetes tipe 1 biasanya pasien sudah terdiagnosis sebelum kehamilan dan dapat terjadi beberapa komplikasi diabetik, seperti neuropati, retinopati, dan albuminuria.
Dapat dilakukan pemeriksaan HbA1c pada saat kehamilan awal untuk membedakan dengan diabetes gestasional. Pada diabetes tipe 1 kadar HbA1c biasanya lebih tinggi dan pada diabetes gestasional kadar ini bisa normal.[17,18]
Diabetes Tipe 2
Hampir tidak ada perbedaan pada tanda dan gejala dari diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional. Pada wanita hamil dengan diabetes tipe 2 biasanya memiliki riwayat obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, dislipidemia, acanthosis nigricans, dan ada riwayat sindrom polikistik ovarium. Pada diabetes tipe 2, kadar HbA1c biasanya lebih tinggi, sedangkan pada diabetes gestasional, HbA1c normal pada awal kehamilan.[17,18]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kadar gula darah merupakan aspek yang sangat penting untuk mendiagnosis diabetes gestasional.
Pemeriksaan Gula Darah
American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) dan Perkumpulan Kedokteran Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyarankan untuk melakukan skrining gula darah pada semua wanita hamil pada saat pertama kali kunjungan antenatal.
Kemudian reevaluasi tes gula darah pada usia kehamilan 24‒28 minggu. Skrining gula darah dilakukan untuk mendeteksi risiko diabetes gestasional. Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan pengukuran adalah:
- Jangan melakukan perubahan pola makan dan aktivitas fisik 3 hari sebelum pemeriksaan
- Puasa selama minimal 8 jam sebelum tes, tetapi boleh minum air putih
- Pengukuran kadar gula darah puasa dilakukan terlebih dulu
- Minum glukosa anhidrosa 75 gram pada 250 mL air dalam waktu 5 menit, kemudian kembali berpuasa selama 2 jam
- Lakukan pemeriksaan konsentrasi glukosa 2 jam post prandial[8]
Menurut ACOG, kadar normal gula darah puasa pada kehamilan adalah ≤ 95 mg/dL dan kadar normal gula darah 2 jam post prandial adalah 120 mg/dL.[4,19]
Ultrasonografi
USG kehamilan perlu dilakukan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan janin. Berdasarkan hasil USG, dokter kandungan dan endokrin dapat melakukan evaluasi tata laksana pada bayi maupun ibu, dan dapat membuat perencanaan persalinan. Pada diabetes gestasional, seringkali terjadi makrosomia yang sering menyebabkan bayi tidak dapat lahir per vaginam.[8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini