Penatalaksanaan Diabetes Gestasional
Penatalaksanaan diabetes gestasional bertujuan mencapai kondisi normoglikemia, serta menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus. Target kontrol glikemik pada diabetes gestasional adalah kadar glukosa darah puasa ≤95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial ≤120 mg/dL.[8,20]
Penanganan diabetes pada kehamilan penting untuk dilakukan secara komprehensif, dengan kontrol rutin gula darah, perubahan gaya hidup, dan terapi obat. Sekitar 70‒85% penderita diabetes gestasional dapat mencapai kontrol glukosa yang baik dengan perubahan gaya hidup, berupa aktivitas fisik dan kontrol diet. Terapi obat dimulai apabila pasien gagal mencapai target glukosa dalam 1‒2 minggu pasca perubahan gaya hidup.[8,20]
Tata Laksana Nonfarmakologi
Pada pasien dengan diabetes gestasional, dilakukan pemantauan kadar glukosa darah dan modifikasi gaya hidup.
Pemantauan Kadar Gula Darah
Setelah terdiagnosa diabetes gestasional, pasien perlu melakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin, baik glukosa darah puasa maupun glukosa darah post prandial. Sebaiknya pasien melakukan kunjungan antenatal rutin setiap bulan untuk memantau kadar gula darah dan pertumbuhan fetus.
The 5th International Workshop-Conference on Gestational Diabetes Mellitus merekomendasikan angka normal berikut:
- kadar gula darah puasa <95 mg/dL
- Kadar gula 1 jam post prandial <140 mg/dL
- Kadar gula 2 jam post prandial <120 mg/dL[8,20]
Aktivitas Fisik dan Kontrol Berat Badan
Setiap ibu hamil dengan diabetes gestasional direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dalam sehari, atau 150 menit dalam seminggu. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah berenang, aerobic low impact, berjalan, dan sepeda statis.
Ibu hamil juga perlu mengontrol berat badan selama masa kehamilan. Pada ibu yang memiliki riwayat obesitas, sebaiknya pertambahan berat badan tidak melebih 11,5 kg. Sedangkan rekomendasi penambahan berat badan pada ibu hamil yang memiliki berat badan ideal sebaiknya pertambahan berat badan dijaga berkisar 0,5‒2,5 kg pada trimester pertama, dan 500 gram per minggu pada trimester selanjutnya.[8,21]
Diet
Pasien diabetes gestasional sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi khusus karena kebutuhan kalori perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Secara umum, kebutuhan kalori pada wanita dengan diabetes gestasional adalah 35‒40 kkal/kg jika underweight, 30‒34 kkal/kg pada berat badan yang ideal, dan 23-25 kkal/kg jika overweight.
Komposisi nutrisi tidak berbeda dengan ibu hamil yang tidak mengalami diabetes. Rekomendasi intake protein adalah sebesar 1‒1,5 gram/kg. Jenis karbohidrat sederhana dan gula sebaiknya dikurangi, sedangkan makanan tinggi lemak dan produk olahan sebaiknya dihindari. Dianjurkan untuk konsumsi sumber karbohidrat yang lebih sehat, seperti sayur-sayuran, buah, dan gandum utuh.[8,20,21]
Probiotik yang diberikan saat kehamilan diduga dapat mencegah terjadinya diabetes gestasional, karena peran mikrobiota usus pada regulasi metabolisme.[22]
Tata Laksana Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi diabetes gestasional bisa insulin maupun obat antidiabetes oral, termasuk.
Terapi Insulin
Insulin sering menjadi drug of choice diabetes gestasional. Insulin tidak melewati plasenta sehingga aman diberikan selama kehamilan.[8,20]
Pada wanita yang hiperglikemia puasa dan postprandial terjadi pada setiap kali waktu makan, dosis insulin yang direkomendasikan adalah 0,7‒1,0 unit/kgBB per hari. Dosis ini sebaiknya dibagi menjadi beberapa regimen menggunakan insulin kerja panjang atau menengah yang dikombinasikan dengan insulin kerja cepat.[8,20]
Namun, apabila hiperglikemia terjadi pada saat tertentu saja, maka regimen insulin sebaiknya difokuskan pada saat spesifik tersebut. Jika seorang pasien hanya memiliki kadar glukosa darah puasa yang tinggi, maka insulin kerja menengah sebaiknya diberikan saat malam hari. Sedangkan pada pasien dengan hiperglikemia postprandial saat sarapan, maka insulin kerja pendek diberikan saat sarapan.[8,20]
Risiko terapi insulin pada ibu hamil di antaranya makrosomia, besar bayi masa kehamilan, maupun perawatan intensif. Sebenarnya, beberapa studi telah menunjukkan bahwa terapi antidiabetes oral tidak inferior dibandingkan insulin.[23]
Terapi Antidiabetes Oral
Selain terapi insulin, beberapa obat hipoglikemik oral juga dapat dipakai menjadi pilihan terapi pada diabetes gestasional. Obat pilihan yang dapat diberikan adalah metformin dan glibenclamide. Meskipun demikian, FDA belum menyatakan metformin dan glibenclamide dapat menjadi salah satu terapi alternatif obat dalam penatalaksanaan diabetes gestasional.[20,21,24]
Kedua obat tersebut berada dalam kategori B dalam kehamilan. Metformin dan glibenclamide dapat melewati barrier plasenta, tetapi belum ada bukti adanya defek lahir atau komplikasi pada neonatus akibat penggunaan metformin ataupun glibenclamide. Dosis yang diberikan:
- Metformin: 500 mg/hari dosis tunggal pada awal pengobatan, dan dapat ditingkatkan sampai 2.500 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis
- Glibenclamide: dosis awal 2,5 mg satu kali sehari, diberikan 1 jam sebelum makan, dengan dosis maksimal sampai 10 mg[20,21,24]
Metformin merupakan obat oral pilihan karena mempunyai efek paling cepat dalam menurunkan kadar glukosa darah, dan memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya hipoglikemia neonatus dan pertambahan berat badan maternal. Namun, metformin sedikit meningkatkan risiko bayi prematur, dan tingkat kemampuannya dalam mengontrol kadar glukosa darah lebih rendah daripada glibenclamide atau insulin.[23]
Aspirin
Beberapa studi terbaru merekomendasikan pemberian aspirin dosis rendah, 50‒150 mg/hari (biasanya 80 mg/hari) pada akhir trimester pertama kehamilan sampai dengan kelahiran bayi untuk menurunkan risiko preeklampsia pada ibu hamil dengan diabetes gestasional.[19]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini