Patofisiologi Diabetes Gestasional
Patofisiologi terjadinya diabetes gestasional secara umum terbagi menjadi dua poin utama, yaitu keterlibatan unit fetoplacental dan keterlibatan jaringan adiposa pada diabetes gestasional.[1,2]
Diabetes gestasional diakibatkan oleh disfungsi sel-β karena resistensi insulin kronis selama kehamilan. Dalam kebanyakan kasus, disfungsi ini sudah terdeteksi sebelum kehamilan, yang dapat menjadi progresif. Beberapa organ berperan dalam mempengaruhi kondisi diabetes gestasional, termasuk otak, jaringan adiposa, hati, otot, dan plasenta.[5]
Keterlibatan Unit Fetoplacental
Resistensi insulin dan penurunan sensitivitas insulin selama kehamilan dapat terjadi akibat peningkatan kandungan hormon-hormon terkait kehamilan, seperti estrogen, progesteron, kortisol, dan laktogen plasenta pada sirkulasi maternal. Peningkatan hormon kortisol pada saat kehamilan dinilai merupakan pemicu utama terjadinya penurunan toleransi glukosa pada kehamilan normal.
Namun, peneliti lain mengatakan bahwa peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang terjadi selama kehamilan merupakan hormon utama yang mengganggu fungsi sel-β dalam kehamilan awal dan resistensi insulin pada kehamilan lanjut.
Selama masa kehamilan, hormon plasenta laktogen (HPL) mulai dihasilkan oleh plasenta setelah usia kehamilan 6 minggu. HPL berfungsi untuk mobilisasi lipid dan asam lemak bebas. Pada trimester 2 kehamilan, kandungan HPL akan meningkat 10 kali lipat.
HPL akan menstimulasi terjadinya lipolisis sehingga asam lemak bebas tersedia untuk menjadi bahan bakar ibu, glukosa dan asam amino ibu dapat diberikan kepada fetus. Karena adanya peningkatan asam lemak tersebut, pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko, dapat terjadi gangguan pada sensitivitas insulin yang menyebabkan episode hiperglikemia maternal diikuti dengan hiperinsulinemia fetus.[1,2]
Keterlibatan Jaringan Adiposa
Hormon-hormon turunan adiposit juga dinilai dapat menjadi mediator terjadinya resistensi insulin selama kehamilan. Adiponektin merupakan hormon adiposit yang memiliki fungsi anti diabetes. Adiponektin memiliki efek meningkatkan sensitivitas insulin dengan menurunkan kadar trigliserida dalam jaringan. Selain itu, adanya adiponektin dalam sirkulasi dapat menurunkan level glukosa basal dengan menghambat kerja enzim glukoneogenik hepatik.
Namun, pada saat kehamilan terjadi penurunan kadar adiponektin dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan risiko resistensi insulin yang sering terjadi pada trimester ketiga. Selain adiponektin, terdapat keterlibatan tumor necrosis factor-α (TNF-α) dalam terjadinya diabetes gestasional.
Peningkatan kadar TNF-α memicu resistensi insulin. Bersamaan dengan hormon leptin dan kortisol, TNF-α dapat memicu down regulation reseptor insulin pada sel-sel maternal sehingga menurunkan sensitivitas insulin.[1,2]
Oleh karena itu, terdapat pendapat bahwa terapi diabetes gestasional lebih baik dengan insulin daripada obat antidiabetes oral, tetapi Studi klinis menunjukkan efikasi obat antidiabetes oral tidak kalah dengan terapi insulin.[6-8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini