Pendahuluan Non-alcoholic Fatty Liver
Non-alcoholic fatty liver (NAFL) atau perlemakan hati non-alkoholik adalah kondisi akumulasi lemak berlebihan di hepatosit yang ditandai dengan adanya steatosis pada >5% hepatosit. NAFL merupakan bagian dari non-alcoholic fatty liver diseases (NAFLD) yang memiliki risiko untuk berlanjut menjadi fibrosis, sirosis, hingga karsinoma hepatoseluler (HCC).[1-3]
NAFL menyebabkan akumulasi lemak dalam sel hepar hepar yang mengakibatkan inflamasi hingga kematian sel hepar. Kondisi ini bersifat reversibel, namun bila berlangsung kronis dapat berlanjut menuju konversi keganasan hepar.
NAFL umumnya tidak berhubungan dengan adanya riwayat konsumsi alkohol berlebih, tetapi memiliki hubungan erat dengan sindrom metabolik meliputi obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan dislipidemia. Adanya keterkaitan antara NAFL dengan sindrom metabolik menyebabkan Asian Pacific Association for the Study of the Liver (APASL) mencetuskan pengubahan istilah NAFL menjadi metabolism-related fatty liver disease (MAFLD).[2,3]
Diagnosis definitif NAFL ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi. Meski demikian, seiring dengan berkembangnya pemeriksaan non-invasif untuk mendiagnosis kondisi ini, biopsi hati tidak lagi rutin dikerjakan. Pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis awal NAFL adalah pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan enzim hepar.[1,2,4]
Prinsip tata laksana NAFL adalah memperbaiki luaran penyakit seperti penurunan angka mortalitas dan memperlambat progresi penyakit menjadi sirosis atau karsinoma hepatoseluler. Beberapa modalitas tata laksana yang dapat dilakukan adalah perubahan diet dan gaya hidup, penggunaan medikamentosa seperti resmetirom, hingga prosedur pembedahan bila diperlukan.[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra