Diagnosis Non-alcoholic Fatty Liver
Diagnosis non-alcoholic fatty liver (NAFL) atau perlemakan hati non-alkoholik didasarkan pada deteksi steatosis hati, baik secara histologi, biomarker, atau pencitraan non-invasif; bersama dengan adanya setidaknya 1 dari 3 kriteria yang mencakup kelebihan berat badan atau obesitas, diabetes mellitus tipe 2, atau bukti klinis disfungsi metabolik seperti peningkatan lingkar pinggang dan profil lipid atau glikemik yang abnormal.[1,4,11]
Gejala awal NAFL seringkali ringan atau bahkan tanpa gejala, meski pada sebagian kasus pasien dapat mengalami kelelahan atau nyeri bagian kanan atas perut. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan hepatomegali. Selain itu, penilaian indeks massa tubuh (IMT) dan pengukuran lingkar pinggang dapat memberikan informasi tambahan tentang risiko metabolik.
Diagnosis sering memerlukan pemeriksaan penunjang, mencakup tes fungsi hati yang mungkin meningkat pada pasien dengan NAFL. Metode pencitraan, seperti ultrasonografi abdomen, dapat membantu dalam mengidentifikasi adanya lemak yang terakumulasi di hati. Namun, diagnosis definitif sering memerlukan biopsi hati, meskipun penggunaan teknik non-invasif seperti elastografi transien dan MRI semakin umum digunakan untuk mengevaluasi tingkat fibrosis dan lemak di hati.[1-3,11]
Anamnesis
Individu dengan NAFL seringkali tidak memiliki gejala atau hanya bergejala ringan di awal penyakit. Pada beberapa pasien, mungkin muncul gejala non-spesifik seperti kelelahan, nyeri di bagian kanan atas perut, atau perasaan tidak nyaman.[1,3,10,11]
Faktor Risiko
Pasien dengan NAFL seringkali memiliki faktor risiko utama, seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan dislipidemia. Anamnesis harus mencakup pertanyaan mengenai riwayat berat badan, pola makan, dan tingkat aktivitas fisik. Riwayat keluarga dengan penyakit hati atau gangguan metabolisme juga penting untuk dieksplorasi, karena faktor genetik dapat berkontribusi pada risiko NAFL.[1,3,10,11]
Gejala Klinis
Gejala awal NAFL mungkin tidak spesifik, tetapi dapat mencakup kelelahan, rasa tidak nyaman atau nyeri di bagian kanan atas perut yang terkait dengan hati. Penting untuk menanyakan adanya gejala yang terkait dengan komplikasi yang mungkin timbul, seperti asites, pembesaran perut, atau penurunan berat badan yang tidak diinginkan.[1,3,10,11]
Pola Makan dan Gaya Hidup
Penilaian pola makan, termasuk konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, dapat memberikan wawasan tentang kemungkinan akumulasi lemak di hati. Evaluasi gaya hidup, seperti konsumsi alkohol meski dalam batas aman, dan tingkat aktivitas fisik pasien, juga relevan untuk mengidentifikasi faktor kontribusi.[1,3,10,11]
Riwayat Penggunaan Obat dan Suplemen
Beberapa obat atau suplemen tertentu dapat berpengaruh pada fungsi hati. Ini mencakup penggunaan jangka panjang obat-obatan steatogenik seperti kortikosteroid, asam valproat, dan methotrexate.[1,3,10,11]
Riwayat Penyakit Komorbid
Pasien dengan NAFL seringkali memiliki penyakit komorbid seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit kardiovaskular. Anamnesis harus mencakup informasi tentang pengelolaan penyakit-penyakit tersebut.[1,3,10,11]
Perubahan Berat Badan dan Diet
Perubahan berat badan yang signifikan, terutama peningkatan berat badan, dapat menjadi indikator risiko NAFL. Informasi tentang pola diet, termasuk asupan lemak dan gula, dapat memberikan petunjuk tentang kontribusi faktor makanan terhadap kondisi ini.[1,3,10,11]
Pemeriksaan Fisik
Gambaran pemeriksaan fisik tergantung pada sudah sampai mana tahap perjalanan penyakit yang dialami. Pada tahap awal, pemeriksaan fisik dapat memberi gambaran non-spesifik, sehingga perlu dipertegas dengan pemeriksaan penunjang. Pada kondisi lebih lanjut, dapat ditemukan ikterus dan pembesaran hepar.[1,3,10,11]
Hepatomegali
Hepatomegali dapat ditemukan pada pasien NAFL pada tahap penyakit yang lebih lanjut. Dokter dapat mendeteksi hepatomegali melalui palpasi abdomen. Beberapa pasien bahkan mungkin mengalami splenohepatomegali, terutama jika ada perkembangan sirosis.[1,3,10,11]
Asites
Asites, atau penumpukan cairan di rongga perut, dapat terjadi pada kasus-kasus lanjut NAFL yang mengalami sirosis. Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat mendeteksi adanya distensi abdomen dan perut yang tampak membesar.[1,3,10,11]
Ikterus
Pada kasus yang lebih parah, pasien dengan NAFL mungkin mengalami ikterus, yang dapat terlihat pada kulit dan sklera mata. Ini menunjukkan adanya kerusakan hati yang signifikan.[1,3,10,11]
Pola Pernapasan Kussmaul
Pada kasus sirosis lanjut, pasien dapat mengalami perubahan pola pernapasan Kussmaul, yang merupakan respons terhadap asidosis metabolik yang dapat terjadi pada kondisi gangguan fungsi hati yang parah.[1,3,10,11]
Temuan yang Berkaitan dengan Faktor Risiko
Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan tanda-tanda obesitas, seperti indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi atau lemak berlebih di area abdominal. Lingkar pinggang yang melebihi batas normal dapat menjadi tanda tambahan dari akumulasi lemak viseral, yang berkaitan dengan risiko NAFL.[1,3,10,11]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding NAFL mencakup alcoholic fatty liver, hepatitis viral, hepatotoksisitas obat, dan cholangitis.[2,3,12]
Alcoholic Fatty Liver
Alcoholic fatty liver dibedakan dengan NAFL dengan adanya riwayat konsumsi alkohol dan terdeteksinya alkohol dalam darah pasien. Degenerasi lemak sel-sel hati terjadi pada tingkat yang lebih parah pada NAFL. Sebaliknya, infiltrasi sel inflamasi lebih menonjol pada alcoholic fatty liver. Selain itu, fibrosis vena atau perivenular, phlebosclerosis, dan flebitis limfositik lebih sering terjadi pada alcoholic fatty liver.[2,3,12]
Hepatitis Viral
Hepatitis viral dibedakan dari NAFL dengan temuan antigen dan antibodi terkait pada pemeriksaan serologi. Contohnya adalah IgM anti HAV pada hepatitis A; ataupun HBsAg dan HBV DNA pada hepatitis B.[2,3,12]
Hepatotoksisitas Obat
Hepatotoksisitas terkait obat dibedakan dari NAFL dari riwayat konsumsi obat-obatan. Contoh obat hepatotoksik adalah carbamazepine, chlorpromazine, dan dantrolene.[2,3,12]
Cholangitis
Cholangitis dibedakan dari NAFL dengan temuan tanda Murphy, yaitu nyeri saat menarik napas saat palpasi abdomen. Pembeda lainnya adalah temuan pada USG abdomen.[2,3,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam diagnosis NAFL antara lain pemeriksaan laboratorium, USG abdomen, magnetic resonance imaging (MRI), magnetic resonance elastography (MRE), serta biopsi. Adanya faktor risiko, disertai dengan kenaikan enzim hepar, serta abnormalitas pada ultrasonografi hepar dapat dijadikan dasar diagnosis awal NAFL.
Jika pada ultrasonografi tidak ditemukan steatosis, maka pemeriksaan biopsi tidak perlu dilakukan. Namun, jika pada ultrasonografi ditemukan adanya gambaran fatty liver, maka sebaiknya biopsi selalu dilakukan. Biopsi hepar bertujuan untuk menentukan progresi penyakit serta tata laksana yang tepat.[1,3,10,11]
USG Abdomen
USG abdomen merupakan metode yang umum digunakan dalam evaluasi awal NAFL karena non-invasif, relatif terjangkau, dan dapat memberikan gambaran awal tentang keadaan hati. Meskipun tidak sepeka teknik pencitraan lain, USG seringkali menjadi pilihan pertama karena keamanan dan ketersediaannya.
Pada pemeriksaan USG, gambaran yang umumnya ditemukan pada pasien dengan NAFL mencakup tiga tingkatan tingkat keparahan berdasarkan akumulasi lemak di hati.
Non-Alcoholic Fatty Liver (NAFL):
Pada tahap awal, USG mungkin menunjukkan peningkatan ekogenisitas yang dapat menyebabkan struktur hati menjadi lebih terang dibandingkan dengan ginjal. Ini mencerminkan adanya lemak yang menggantikan hepatosit normal.
Non-Alcoholic Steatohepatitis (NASH):
Pada tahap ini, perubahan struktural lebih jelas terlihat. Terdapat peningkatan ekogenisitas, dan mungkin terdapat pola "bright liver" yang lebih signifikan. Selain itu, USG dapat mengidentifikasi adanya inflamasi dan nekrosis sel hati yang lebih banyak.
Fibrosis dan Sirosis:
Pada tahap lanjut, akumulasi lemak dapat berkembang menjadi fibrosis dan sirosis. Pada USG, ini dapat terlihat sebagai regenerasi nodular hati, perubahan bentuk hati, dan adanya tanda-tanda pembentukan cairan di rongga perut (asites).[1-3,11,12]
Uji Non-Invasif
Uji non-invasif (NITs) dapat digunakan untuk penegakan diagnosis NAFL, penilaian tingkat keparahan penyakit, dan pemantauan progresi penyakit serta respons terhadap pengobatan.
Controlled Attenuation Parameter:
Dalam praktik klinis, pemeriksaan rutin dengan USG abdomen biasanya sudah cukup untuk mendeteksi steatosis hati. Meski begitu, berbagai studi menunjukkan bahwa controlled attenuation parameter (CAP) melalui vibration-controlled transient elastography (VCTE) lebih sensitif dibandingkan ultrasonografi.
Teknik Berbasis MRI:
Teknik berbasis MRI seperti estimated proton density fat fraction (PDFF) dan proton-magnetic resonance spectroscopy (MRS) saat ini dianggap sebagai baku emas untuk mengukur lemak hati. Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa pengurangan relatif lebih dari 30% dalam fraksi lemak hati berkorelasi dengan perbaikan histologis dalam skor aktivitas atau resolusi steatohepatitis.
Fatty Liver Index:
Fatty Liver Index (FLI) adalah algoritma sederhana berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, trigliserida, dan gamma-glutamyl transferase (GGT) untuk mendeteksi fatty liver dan dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk diagnosis steatosis. Sebagai alternatifnya, dapat digunakan Ultrasonographic Fatty Liver Indicator (US-FLI) untuk menyingkirkan steatohepatitis.
Biomarker:
Beberapa biomarker telah diteliti manfaatnya untuk diagnosis NAFL. Skor fibrosis sederhana seperti aspartate aminotransferase (AST)-to-platelet ratio index (APRI), Fibrosis-4 index (FIB-4), dan NAFL fibrosis score (NFS) melibatkan parameter klinis dan laboratorium rutin yang bisa digunakan dalam penegakan diagnosis. Meskipun akurasinya moderat, skor ini memiliki nilai prediktif negatif yang baik untuk mengecualikan fibrosis lanjut pada area dengan sumber daya terbatas.
Meski demikian, biomarker fibrosis yang lebih spesifik masih diperlukan untuk membimbing manajemen pasien. Panel fibrosis telah diuji dalam berbagai studi observasional dan uji klinis dengan laporan akurasi keseluruhan yang baik. Biomarker lain, disebut Pro-C3, mencerminkan pembentukan kolagen tipe III di hepatosit dan telah menunjukkan akurasi yang baik dalam diagnosis NAFL.[1-3,11,12]
Pemeriksaan Histopatologi
Saat ini, penggunaan biopsi hati secara rutin untuk menilai tingkat keparahan NAFL sudah semakin ditinggalkan karena telah berkembangnya uji non-invasif (NITs) untuk mengukur steatosis dan fibrosis hati. Uji non-invasif telah banyak dilaporkan efektif dalam mengevaluasi kerusakan hati yang terkait dengan NAFL, sehingga biopsi hati tidak dianggap perlu untuk evaluasi rutin.
Namun, masih ada situasi khusus di mana biopsi hati mungkin diperlukan. Salah satu indikasi pentingnya adalah untuk menyingkirkan penyakit hati lain, terutama ketika presentasi klinisnya tidak khas. Selain itu, biopsi juga diperlukan ketika uji non-invasif memberikan hasil yang meragukan atau tidak sesuai dengan gambaran klinis. Selain itu, pada pasien dengan risiko tinggi NAFL, seperti mereka yang memiliki kolelitiasis dan obesitas morbid, biopsi hati selama operasi laparoskopi atau terbuka dianggap aman.[1-4,11]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan enzim hati, seperti alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase (AST), dapat memberikan indikasi adanya kerusakan sel hati. Kenaikan nilai ALT dan AST di atas batas normal dapat menunjukkan adanya inflamasi atau nekrosis sel hati.
Pada pasien yang dicurigai mengalami NAFL, evaluasi faktor risiko bisa dilakukan. Ini mencakup mengevaluasi kemungkinan dislipidemia dan diabetes mellitus.
Pemeriksaan profil lipid dapat mengevaluasi profil metabolisme lipid pasien. Kadar lipid yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko perkembangan NAFL. Pemeriksaan gula darah dan hemoglobin A1c digunakan untuk menilai kontrol gula darah dan deteksi resistensi insulin, yang sering terkait dengan NAFL.[2,11]
Diagnosis Sirosis pada Pasien Non-alcoholic Fatty Liver
Pasien dengan sirosis, meskipun tanpa steatosis hati yang signifikan, namun memenuhi kriteria diagnostik NAFL, dianggap memiliki sirosis yang berkaitan dengan NAFL. Diagnosis sirosis dapat dilakukan dengan temuan khas pada ultrasonografi, tetapi diagnosis ini dapat terlewatkan ketika gambaran tertutup oleh lemak hati. Oleh karena itu, penilaian pasien NAFL melalui pemeriksaan selain ultrasonografi menjadi penting.
Liver stiffness measurement (LSM) memberikan penilaian yang dapat diandalkan terhadap tingkat keparahan fibrosis hati dan dapat digunakan untuk mendiagnosis sirosis. LSM < 10 kPa menyingkirkan kemungkinan sirosis, LSM 10–15 kPa bersifat sugestif, dan LSM > 15 kPa sangat mengindikasikan adanya compensated advanced chronic liver disease pada pasien.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra