Penatalaksanaan Non-alcoholic Fatty Liver
Penatalaksanaan non-alcoholic fatty liver (NAFL) atau perlemakan hati non-alkoholik fokus pada perubahan gaya hidup, termasuk perubahan diet dan olahraga. Hal ini penting untuk memperbaiki luaran penyakit, seperti penurunan angka mortalitas dan memperlambat progresi penyakit menjadi sirosis atau karsinoma hepatoseluler.
Program intervensi gaya hidup dan penurunan berat badan dapat mengurangi kadar lemak hati, menghilangkan steatohepatitis dan fibrosis, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan umum intervensi gaya hidup adalah penurunan berat badan secara bertahap (hingga 1 kg/minggu) dengan diet hipokalori (defisit 500–1000 kkal).[1-4,11]
Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup menjadi lini pertama tata laksana NAFL. Ini mencakup penurunan berat badan, perubahan diet, dan aktivitas fisik.[4,11]
Penurunan Berat Badan
Studi menunjukkan bahwa perbaikan histologi hati terjadi pada 58% individu yang mencapai penurunan berat badan > 5%, dan pada 90% individu yang mencapai penurunan berat badan > 10%. Penurunan berat badan yang merupakan bagian dari modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan kalori, perubahan pola diet, melakukan aktivitas fisik, hingga tindakan bedah bariatrik. [1-4,11]
Perubahan Diet
Pasien NAFLD cenderung mengonsumsi makanan berenergi tinggi yang kaya akan minuman berperisa gula dan lemak jenuh, tetapi kurang dalam mikronutrien yang ditemukan dalam buah segar, serat, sayuran hijau, dan asam lemak poli tak jenuh omega-3 (n-3 PUFA). Oleh karena itu, rencana diet sebaiknya mendorong diet rendah karbohidrat, rendah lemak, dan tipe Mediterania.
Berikut beberapa perubahan diet yang bisa dianjurkan pada pasien:
- Restriksi kalori 500–1000 kkal/hari.
- Melakukan diet Mediterania dengan diet rendah lemak dan karbohidrat, diet tinggi serat, serta diet tinggi protein.
- Diet rendah karbohidrat (<40-45% karbohidrat)
- Mengganti kalori dengan asam lemak polyunsaturated dan monounsaturated
- Menghindari konsumsi lemak trans, atau dibatasi menjadi 7-10%
- Menghindari makanan tinggi kalori dan tinggi gula, termasuk minuman kaleng yang mengandung pemanis buatan seperti fruktosa
- Membatasi asupan alkohol dan kopi[1-3,12]
Aktivitas Fisik
Dosis optimal olahraga untuk manfaat hati, termasuk jenis, intensitas, volume, dan besaran efek tanpa penurunan berat badan, masih menjadi subjek perdebatan. Namun, aktivitas fisik telah terbukti dapat mengurangi steatosis hati secara independen dari perubahan diet.
Pedoman klinis merekomendasikan aktivitas fisik sebanyak 3-5 kali per minggu dan durasi 150-200 menit per minggu. Jenis aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah aktivitas fisik aerobik dengan intensitas sedang, seperti bersepeda, berjalan cepat. Latihan resistensi juga dapat menjadi alternatif aktivitas fisik yang dapat dilakukan.[1]
Medikamentosa
Belum ada medikamentosa yang secara spesifik disetujui untuk NAFL. Medikamentosa terutama diarahkan kepada penyakit yang mendasari. Umumnya tata laksana medikamentosa lebih dianjurkan untuk pasien non-alcoholic steatohepatitis (NASH). Beberapa uji klinis telah menyatakan bahwa resmetirom efektif untuk NASH dan NAFL.
Penelitian menunjukkan bahwa pioglitazone efektif meningkatkan kondisi hati pada pasien dengan prediabetes atau diabetes tipe 2 dengan mengurangi steatosis hati, nekrosis, dan peradangan. Namun, efek samping seperti peningkatan berat badan, edema, risiko kanker kandung kemih, dan penurunan kepadatan mineral tulang menjadi perhatian potensial. Selain itu, GLP-1 agonist dan SGLT2 inhibitor juga telah dilaporkan memiliki efek positif pada histologi hati, tetapi dapat menyebabkan efek samping gastrointestinal.
Vitamin E terbukti efektif meningkatkan histologi hati pada pasien dengan steatohepatitis, tetapi keberhasilannya masih diperdebatkan. Statin, meskipun tidak memperbaiki histologi hati, dilaporkan dapat mengurangi morbiditas kardiovaskular pada pasien NAFL. Pentoxifylline juga telah diteliti dan diketahui dapat memperbaiki beberapa parameter inflamasi pada hati, namun tidak memberikan perbaikan signifikan pada steatosis, nekrosis, atau fibrosis.[1-3,11,12]
Pembedahan
Transplantasi hepar diindikasikan bagi pasien yang sudah mencapai tahap sirosis, bahkan tahap gagal hati tingkat akhir dan karsinoma hepar. Pembedahan bariatrik dan by pass jejunum diindikasikan bagi pasien obesitas dengan indeks massa tubuh di atas 40 kg/m2 maupun yang telah mengalami NAFL disease (NAFLD).
Menurut rekomendasi pedoman klinis, pembedahan bariatrik metabolik mengurangi lemak hepar dan memperbaiki histologi hepar. Prosedur ini memiliki risiko komplikasi pasca operasi yang besar jika dikerjakan pada pasien yang sudah mencapai tahap sirosis, sehingga keputusan bersifat individu.[1-3]
Pemantauan Karsinoma Hepatoseluler
Skrining untuk karsinoma hepatoseluler (HCC) pada NAFL perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktor risiko seperti adanya sirosis hati yang terkait dengan NAFLD. Meskipun steatosis hati dapat berkaitan dengan faktor risiko HCC seperti obesitas, diabetes tipe 2 (T2DM), dan disfungsi metabolik, namun tanpa adanya sirosis, risiko terjadinya karsinoma hepatoseluler dilaporkan rendah.
Ultrasonografi dianggap sebagai pilihan yang berguna untuk skrining HCC karena aspek keamanan, ketersediaan, dan efektivitas biaya. Namun, sensitivitasnya untuk mendeteksi HCC tahap awal dilaporkan hanya sekitar 47%. Oleh karena itu, diusulkan untuk melakukan pengukuran bersamaan biomarker serum seperti alfa fetoprotein (AFP). Contrast-enhanced ultrasonography juga dilaporkan bermanfaat untuk deteksi dini HCC, tetapi tidak tersedia secara luas.
Sebuah uji coba terkontrol acak menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat deteksi HCC tahap awal dan prognosis antara interval skrining 3 atau 6 bulan. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan skrining dengan interval 6 bulan.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra