Edukasi dan Promosi Kesehatan Gagal Jantung
Edukasi dan promosi kesehatan gagal jantung mencakup modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan, pilihan modalitas terapi, dan potensi komplikasi.
Edukasi Pasien
Edukasi terhadap pasien dan keluarga yang terlibat dalam manajemen gagal jantung pada pasien meliputi edukasi spesifik tentang pemberian obat dan edukasi tentang aspek nonfarmakologi. Edukasi yang terkait dengan terapi medikamentosa mencakup jadwal pemberian, dosis, cara konsumsi, dan pengenalan gejala efek samping obat. Sementara itu, edukasi non farmakologi meliputi modifikasi diet dan pembatasan cairan, pemantauan berat badan, identifikasi tanda dan gejala perburukan gagal jantung, hasil penilaian risiko dan prognosis, penilaian kualitas hidup, dan latihan resusitasi jantung paru bagi keluarga pasien.[1-4]
Modifikasi Diet
Pembatasan asupan sodium merupakan modifikasi diet yang penting dalam tata laksana gagal jantung. American Heart Association (AHA) menyarankan agar asupan sodium tak melebihi 1,5 gram/hari pada pasien gagal jantung tahap A dan B. Data tentang rekomendasi restriksi garam untuk pasien dengan tahap C dan D masih belum memadai. Namun, mengingat asupan sodium pada populasi umum yang tinggi, pembatasan sodium biasanya menjadi < 3 gram/hari pada pasien dengan gagal jantung stadium C dan D untuk memperbaiki gejala gagal jantung.[1-3]
Pemantauan Berat Badan
Pemantauan berat badan memegang peran penting dalam identifikasi kejadian kakheksia jantung dan perburukan retensi cairan. Selain itu, pasien yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap luaran buruk akibat gagal jantung dibandingkan pasien dengan indeks massa tubuh normal. Oleh sebab itu, pasien dan keluarganya sebaiknya disarankan untuk melakukan pemantauan berat badan secara berkala (biasanya secara harian) guna memonitor kakheksia dan retensi cairan.[1-3]
Progresivitas Klinis
Pasien dan keluarganya dapat menjadi sumber informasi yang dapat diandalkan terkait perburukan gejala dan tanda gagal jantung. Oleh sebab itu, keluarga pasien perlu mendapat edukasi tentang hal-hal yang dapat membantu tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi suatu gagal jantung stadium lanjut.
Informasi tersebut mencakup adanya riwayat rawat inap lebih dari 2 kali akibat perburukan gagal jantung dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, keluhan sesak saat aktivitas harian minimal, adanya perburukan fungsi ginjal, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, intoleransi terhadap terapi, dan peningkatan frekuensi terapi kejut apabila pasien menggunakan alat pacu jantung.[1-3]
Prognosis
Edukasi pada pasien dan keluarganya tentang hasil penilaian risiko, prognosis, dan kualitas hidup pasien dengan gagal jantung memiliki beberapa manfaat. Dengan edukasi, pasien dapat mengetahui faktor risiko yang meningkatkan luaran buruk gagal jantung yang dialaminya serta strategi efektif untuk menurunkan risiko tersebut. Hasil penilaian risiko dan prognosis juga dapat membangun kesadaran keluarga pasien tentang risiko kardiovaskuler yang dipengaruhi oleh adanya riwayat kardiovaskuler pada anggota keluarga kandung.[1-3]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan primer dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan deteksi dini.
Modifikasi Gaya Hidup
Pasien dapat memperbaiki tekanan darah, gula darah, dan kadar lemak darah dengan menjalani diet rendah garam dan lemak, memperbanyak konsumsi serat, mengelola stres, dan berolahraga teratur. Pasien disarankan berolahraga intensitas ringan sedang secara teratur, menghindari kelebihan berat badan, dan tidak merokok.
Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Pasien sebaiknya melakukan Medical Check Up setiap 6 bulan hingga 1 tahun sekali. Pemeriksaan paling sederhana yang dapat dilakukan pasien adalah memantau tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.
Kondisi Penyerta
Pasien yang memiliki riwayat gagal jantung atau kardiomiopati dalam 3 generasi keluarganya dianjurkan mengikuti konseling, skrining dan pemeriksaan genetik. Bagi penderita hipertensi, menjaga dan mengendalikan tekanan darah ≤130/80 mmHg direkomendasikan. Pasien juga perlu menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal.
Skrining Gagal Jantung
Skrining penting terutama pada penderita dengan komorbid. Pasien boleh dilakukan skrining dengan pemeriksaan kadar BNP. Ketika ditemukan kadar BNP ≥ 50 pg/ml, pasien sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis kardiovaskular untuk dilakukan pemeriksaan echocardiography.
Terapi Profilaksis
American Heart Association (AHA) merekomendasikan pasien yang fraksi ejeksi ventrikel kirinya sudah mencapai ≤40% untuk memulai terapi angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) untuk mencegah gagal jantung bergejala dan menurunkan mortalitas. Pilihan terapi lain adalah angiotensin receptor blocker (ARB) bila pasien tidak dapat menoleransi ACEI.
AHA juga merekomendasikan penggunaan beta-blocker untuk mencegah remodelling maladaptif pada jantung pada populasi dengan LVEF ≤40%, di luar fase akut.
Menghindari Kardiotoksisitas Terkait Obat
Beberapa jenis obat diketahui bersifat toksik terhadap jantung. Contoh dari obat-obat ini adalah:
- Antrasiklin seperti doxorubicin, daunorubicin, epirubicin, idarubicin;
- Antipsikotik seperti clozapine dan chlorpromazine
- Antidiabetik seperti rosiglitazone
- Obat rekreasional, seperti tembakau, kokain, dan ekstasi[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita