Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Atresia Ani general_alomedika 2022-10-19T08:39:35+07:00 2022-10-19T08:39:35+07:00
Atresia Ani
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Atresia Ani

Oleh :
dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC
Share To Social Media:

Atresia ani memiliki prognosis yang cukup baik, terutama pada pasien yang tidak memiliki kelainan kongenital penyerta. Prognosis biasanya ditentukan berdasarkan kemungkinan pasien mencapai kontrol defekasi. Komplikasi atresia ani yang paling sering terjadi adalah konstipasi.

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi akibat diagnosis terlambat ditegakkan, antara lain dehidrasi, vomitus, aspirasi, dan sepsis. Komplikasi juga dapat terjadi berhubungan dengan tindakan pembedahan, seperti konstipasi, perlengketan, atau infeksi saluran kemih. Komplikasi terkait pembedahan lainnya, dapat berupa fistula persisten, stenosis anal, striktur pada bagian yang telah dilakukan rekonstruksi, dan prolaps rektal.[1,2,5]

Konstipasi

Konstipasi merupakan komplikasi postoperatif yang paling sering terjadi. Insidensi terjadinya konstipasi pada penderita atresia ani adalah sekitar 25%. Konstipasi mungkin terjadi secara kronis, dan dapat membutuhkan terapi laksatif jangka panjang untuk merangsang gerakan peristaltik, seperti senna. Jenis laksatif lain, misalnya laktulosa, kurang sesuai sebab menyebabkan terbentuknya feses cair yang dapat menyebabkan inkontinensia fekal.

Konstipasi yang tidak ditangani dengan adekuat dapat mengakibatkan impaksi, dilatasi rektal, penurunan motilitas usus, dan memperparah konstipasi. Tata laksana konstipasi secara agresif diperlukan untuk mencegah siklus ini. Morbiditas yang dapat ditimbulkan akibat konstipasi kronis ini, antara lain impaksi feses, megakolon, overflow pseudo-incontinence, dan kebutuhan pembedahan.[20,21]

Inkontinensia Fekal

Meskipun telah dilakukan pembedahan, sekitar 30% pasien masih mengalami inkontinensia fekal. Keadaan ini terutama ditemukan pada pasien dengan kelainan penyerta, seperti gangguan pada sakrum, otot pelvis, atau persarafan pelvis, serta tethered cord dan myelomeningocele.

Pada pasien-pasien ini perlu dilakukan tata laksana untuk mengosongkan usus dengan enema agar mencegah terjadinya infeksi salurah kemih, menjaga fungsi urinasi, dan memperbaiki kualitas hidup. Kemampuan defekasi normal perlu diperiksa kembali ketika pasien berusia 3–4 tahun.[5,15]

Prognosis

Pada pasien tanpa kelainan kongenital penyerta, prognosis atresia ani secara umum cukup baik. Prognosis ditentukan berdasarkan kemungkinan tercapainya kontrol defekasi (fecal continence). Pada pasien atresia ani tanpa fistula, sekitar 76% pasien akan mencapai kontrol defekasi.

Kontrol defekasi yang baik biasa ditandai dengan pasien berdefekasi 1–3 kali sehari, bentuk feses normal, bersih dari feses di antara waktu defekasi, serta dapat mengejan saat akan berdefekasi. Pada pasien seperti ini, dapat dilakukan toilet training. Pasien yang berdefekasi terus-menerus tanpa didahului rasa ingin berdefekasi, atau tidak mengejan, biasanya memiliki prognosis yang kurang baik.

Pasien dengan malformasi tipe rendah, lebih mungkin mencapai kontrol defekasi. Pada pasien dengan tethered cord, maupun malformasi spinal lainnya, seperti hemivertebra atau spinal dysraphism akan lebih sulit mengontrol defekasi.

Pada pasien dengan kelainan kongenital penyerta, misalnya defek kardiovaskular, seperti ventricular septal defect, atrial septal defect, atau tetralogy of Fallot, defek ginjal, atau kelainan lain, misalnya atresia esofagus atau atresia duodenum dapat memiliki prognosis yang lebih buruk. Hal-hal tersebut dapat menjadi penyulit saat operasi dilakukan.[1,2,5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Singh M, Mehra K. Imperforate Anus. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549784/
2. Wood RJ, Levitt MA. Anorectal Malformations. Clin Colon Rectal Surg. 2018 Mar;31(2):61-70. doi: 10.1055/s-0037-1609020.
5. Rosen NG. Pediatric Imperforate Anus (Anorectal Malformation). Medscape. 2019 https://emedicine.medscape.com/article/929904-overview#a4
15. Wood RJ. Surgery for Pediatric Anorectal Malformation (Imperforate Anus). 2022 https://emedicine.medscape.com/article/933524-overview#a1
20. Upadhyaya VD, Bharti LK, Mishra A, et al. Constipation after surgery for anorectal malformations: Unrecognised problem until it is a problem. Afr J Paediatr Surg. 2021 Jan-Mar;18(1):67-71. doi: 10.4103/ajps.AJPS_63_20.
21. Bischoff A, Bealer J, Peña A. Controversies in anorectal malformations. Lancet Child Adolesc Health. 2017 Dec;1(4):323-330. doi: 10.1016/S2352-4642(17)30026-3

Penatalaksanaan Atresia Ani
Edukasi dan Promosi Kesehatan At...

Artikel Terkait

  • Risiko Malformasi Kongenital Pada Ibu Hamil Dengan Asma
    Risiko Malformasi Kongenital Pada Ibu Hamil Dengan Asma
  • Diabetes Gestasional dan Pragestasional Meningkatkan Risiko Kelainan Kongenital
    Diabetes Gestasional dan Pragestasional Meningkatkan Risiko Kelainan Kongenital
  • Mekonium Tidak Keluar Setelah 48 Jam Pertama: Apa yang Harus Dilakukan?
    Mekonium Tidak Keluar Setelah 48 Jam Pertama: Apa yang Harus Dilakukan?
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 10 Agustus 2021, 15:10
Amankah meneruskan pemberian ASI pada bayi baru lahir yang mengalami atresia ani - Anak Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo. Prof. Dr. dr. Rini Sekartini Sp.A(K),terimakasih atas kesempatan bertanya. Izin bertanya Prof.Seorang bayi baru dilahirkan dan ternyata mengalami...
dr.Murni Suryanthi
Dibalas 22 Desember 2019, 17:43
Asupan nutrisi yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan luka operasi atresia ani
Oleh: dr.Murni Suryanthi
4 Balasan
Alodok, izin konsulSeorang pasien usia 2,5 tahun post op atresia ani 2 kali, saat ini keluar kotoran dari luka op disertai nanah. Suhu saat ini normal dengan...
dr. Aldy Sethiono
Dibalas 14 Maret 2019, 23:28
Kapan usia dilakukan anoplasti?
Oleh: dr. Aldy Sethiono
13 Balasan
Selamat pagi TSSaya ingin bertanya, di daerah saya, sempat ditemukan beberapa kasus atresia ani, kira2 kapan usia yang tepat bagi bayi untuk dilakukan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.