Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut
Penatalaksanaan gagal ginjal akut (AKI) adalah mempertahankan homeostasis volume dan mengoreksi abnormalitas biokimia, yang dapat meliputi koreksi cairan baik hipovolemia maupun overload cairan, asidosis metabolik, hiperkalemia, dan abnormalitas hematologi.[4]
Penatalaksanaan Umum
Serum kreatinin serum dan output urine perlu dipantau ketat pada pasien AKI. Dokter perlu menyelidiki kemungkinan etiologi AKI dan mengatasinya jika memungkinkan. Pemberian obat-obatan nefrotoksik seperti agen kontras, antibiotik yang berpotensi nefrotoksik, kemoterapi, obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) harus dihindari, atau digunakan dengan sangat hati-hati, demikian pula dengan obat-obatan lain yang diekskresikan melalui ginjal.[2,4]
Koreksi Cairan
Jika AKI disebabkan oleh kondisi hipovolemia akibat sepsis, luka bakar, dehidrasi, atau perdarahan, maka resusitasi cairan diperlukan untuk mengganti cairan yang hilang. Jika terjadi perdarahan, transfusi darah juga dapat dilakukan.
Pada kondisi overload cairan, furosemid intravena dosis tinggi dapat diberikan jika ginjal masih responsif. Jika tidak ada hipervolemia, furosemid tidak bermanfaat mengoreksi oliguria pada AKI.
Guideline NICE tidak merekomendasikan pemberian furosemid untuk semua kasus AKI, dan hanya mempertimbangkan furosemid untuk mengatasi hipervolemia pada pasien anak-anak dan dewasa muda yang menunggu terapi pengganti ginjal/renal replacement therapy (RRT) atau pada kondisi perbaikan fungsi ginjal pada pasien anak-anak dan dewasa muda yang tidak sedang menunggu terapi pengganti ginjal. Respon terhadap furosemid mengindikasikan prognosis baik.[2,4,12]
Peningkatan Perfusi Ginjal
Secara teoritis, pemberian vasodilator meningkatkan perfusi ginjal, yang diharapkan dapat mengurangi kerusakan ginjal. Namun, belum ada bukti kuat untuk penggunaan vasodilator. Dopamin 1-5 μg/kgBB/menit menyebabkan vasodilatasi selektif pada ginjal dan meningkatkan perfusi ginjal, juga mengurangi absorpsi natrium sehingga meningkatkan volume urine. Namun, mayoritas penelitian tidak dapat membuktikan manfaat dopamin pada AKI. Guideline NICE melarang penggunaan dopamin dosis kecil untuk mengatasi AKI.[4,12]
Koreksi Hiperkalemia
Untuk mengoreksi hiperkalemia, pilihan tatalaksana yang dapat dilakukan adalah mengurangi intake kalium dari diet/cairan infus, pemberian obat-obatan seperti resin pengikat kalium, insulin, larutan dekstrosa, beta agonis, dan tindakan dialisis. Terapi farmakologis untuk mengatasi hiperkalemia lebih lanjut dapat dilihat di Tabel 4.[2,4]
Tabel 4. Terapi Farmakologis Pada Hiperkalemia
Tujuan Terapi | Obat | Dosis | Keterangan |
Stabilisasi membran jantung | Kalsium glukonat atau kalsium klorida | 1 gr IV dalam beberapa menit, ulangi jika perlu | Diberikan ketika ada perubahan EKG |
Mengubah shift ion kalium intraseluler | Insulin reguler | 10 U IV atau 0,1 U/kgBB (dosis maksimal 10 U) | Umumnya diberikan bersamaan dengan 25-50 gr glukosa IV |
Agonis beta adrenergik | Nebulisasi salbutamol 5-20 mg | Hati-hati takikardia | |
Natrium bikarbonat | 50 mEq/50 mL IV | Kontroversial jika diberikan pada kondisi selain asidosis metabolik berat | |
Meningkatkan ekskresi kalium | Diuretik loop kuat | Furosemid 40-60 mg IV | Efektif jika pasien responsif terhadap diuretik, berikan bersamaan dengan infus salin isotonik jika pasien euvolemik atau hipovolemik |
Cation exchange resin | Sodium polystyrene sulfonate, 15 gr per oral/rektal, 1-4x/hari | Hati-hati ileus |
Sumber: dr. Krisandyka, Alomedika, 2022.[2]
Diet dan Nutrisi
Tatalaksana AKI juga meliputi perubahan pada diet, yakni pembatasan cairan, garam, kalium, dan fosfor. Namun, pada AKI dengan poliuria, kalium dan fosfor mungkin dapat menurun, sehingga membutuhkan suplementasi. Kebutuhan nutrisi pasien AKI sangat bervariasi, ditentukan etiologi dan jenis terapi pengganti ginjal yang diberikan, jika ada.[2,4]
Terapi Dialisis
Hemodialisis dilakukan pada AKI secara segera/cito apabila terdapat kondisi AKI yang mengancam nyawa. Indikasi hemodialisis pada AKI adalah sebagai berikut:
- Hipervolemia yang tidak teratasi oleh diuretik
- Hiperkalemia yang refrakter terhadap obat-obatan
- Perlu koreksi gangguan keseimbangan asam-basa yang refrakter terhadap obat-obatan
- Azotemia berat (BUN >80-100)
- Uremia dengan gejala atau komplikasi seperti pericarditis, ensefalopati[4,12]
Rekomendasi saat ini dari KDIGO mengenai dialisis pada AKI adalah target kt/v 3,9 per minggu pada RRT intermiten. Belum diketahui secara pasti apakah ada perbedaan luaran antara hemodialisis intermiten dan continuous renal replacement therapy (CRRT). CRRT diperkirakan lebih berperan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil. Dialisis peritoneal umumnya tidak rutin dilakukan pada pasien AKI.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna