Prognosis Hiperemesis Gravidarum
Prognosis hiperemesis gravidarum cukup baik. Kebanyakan kasus hiperemesis gravidarum menghilang sebelum usia kehamilan 20 minggu. Meski demikian, ada pula pasien yang tetap mengalami hiperemesis hingga kehamilan aterm. Hiperemesis gravidarum juga dapat berulang pada kehamilan selanjutnya.[1-3]
Komplikasi
Komplikasi hiperemesis gravidarum dapat dibedakan menjadi komplikasi maternal dan fetal.
Komplikasi Maternal
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan defisiensi nutrisi, termasuk defisiensi vitamin B1. Defisiensi vitamin B1 berkaitan dengan munculnya sindrom yang disebut ensefalopati Wernicke. Manifestasi klinisnya berupa lesu, konfusi, hiporefleksia, ataksia, setya gejala okulomotor seperti nistagmus dan ophthalmoplegia. Meskipun kematian terkait hiperemesis jarang terjadi, kematian umumnya berkaitan dengan ensefalopati Wernicke.
Pada kasus yang jarang, gangguan elektrolit berat dapat terjadi. Hiperemesis gravidarum telah dilaporkan menyebabkan hipokalemia berat yang menimbulkan rhabdomyolisis.
Defisiensi vitamin K juga pernah dilaporkan dan menyebabkan koagulopati yang berakhir fatal. Selain itu, muntah berlebihan dapat menyebabkan trauma berupa ruptur esofagus. Pasien dengan hiperemesis gravidarum juga memiliki risiko tinggi mengalami depresi dan ansietas selama kehamilan.[1-3,22,23]
Komplikasi Fetal
Mual dan muntah pada kehamilan berkaitan dengan insidensi berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelahiran prematur. Namun penelitian sejauh ini membuktikan tidak ada hubungan antara hiperemesis dengan mortalitas perinatal maupun neonatal atau abortus. Frekuensi anomali kongenital tidak meningkat pada pasien dengan hiperemesis gravidarum.[3]
Prognosis
Mual dan muntah pada kehamilan merupakan kondisi yang self-limited dan akan hilang dengan sendirinya pada akhir trimester pertama walaupun ada juga yang berlanjut sampai pertengahan trimester kedua.
Mual dan muntah pada kehamilan dengan derajat yang ringan sampai sedang tidak menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang berarti, tetapi sering kali quality of life (QOL) dari perempuan yang mengalaminya akan terganggu. Perempuan hamil yang mengalami mual dan muntah mayoritas mengaku merasa terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja dan istirahat.
Pasien dengan riwayat hiperemesis gravidarum mungkin saja mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya.[1-3,20,27]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani