Prognosis Perdarahan Postpartum
Prognosis perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH) sangat bergantung pada penatalaksanaan. Mortalitas akan meningkat jika tata laksana yang diberikan tidak cepat dan adekuat. Komplikasi PPH di antaranya anemia dan syok hipovolemik yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu, tindakan histerektomi pada PPH yang tidak terkendali akan menyebabkan infertilitas pada ibu.[2,7,14]
Komplikasi
Komplikasi perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan syok hipovolemik. PPH juga dilaporkan dapat menyebabkan komplikasi yang lebih jarang, seperti iskemik pituitari anterior, kegagalan laktasi, dan koagulopati delusional.[6]
Selain komplikasi dari kondisi penyakit, PPH juga berisiko menimbulkan komplikasi akibat tindakan pembedahan histerektomi peripartum. Faktor risiko histerektomi peripartum adalah usia ibu yang tinggi, operasi caesar sebelumnya, kehamilan ganda, plasenta previa, plasenta akreta, dan PPH yang berat. Histerektomi akan menyebabkan infertilitas wanita.[14]
Prognosis
Prognosis perdarahan postpartum bergantung pada ketepatan dan kecepatan penatalaksanaan. Di Indonesia, pada tahun 2020 tercatat 1.330 kasus kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, di mana ini merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI).[10]
Sedangkan secara global, WHO menyatakan bahwa PPH merupakan penyebab utama kematian ibu, yaitu 94% dari kematian ibu saat persalinan.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini