Diagnosis Preeklampsia dan Eklampsia Postpartum
Diagnosis preeklampsia dan eklampsia postpartum ditegakkan pada pasien dengan hipertensi awitan baru yang dapat disertai kejang pada periode 48 jam hingga 6 minggu pascapersalinan. Hingga kini, belum dapat dipastikan apakah preeklampsia dan eklampsia postpartum merupakan kondisi yang terpisah dari preeklampsia dan eklampsia antepartum.[1,2]
Anamnesis
Gejala yang paling sering dialami pasien dengan preeklampsia dan eklampsia postpartum adalah nyeri kepala. Gejala tambahan lain dapat berupa gangguan penglihatan, penurunan kesadaran, kejang, atau defisit neurologis fokal. Kumpulan gejala ini paling sering terjadi pada 48 jam pertama pascapersalinan. Namun, awitan gejala dapat terjadi 6 minggu hingga 3 bulan pascapersalinan. Kondisi ini disebut late-onset postpartum eclampsia.[1,2]
Nyeri Kepala
Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering terjadi dan dapat bersifat tiba-tiba (thunderclap headache) atau berulang. Nyeri kepala yang terjadi umumnya tidak membaik dengan pemberian antinyeri.[1,4,6,7]
Gejala Lainnya
Gangguan penglihatan merupakan gejala lain yang kerap dialami. Gangguan penglihatan yang dirasakan dapat berupa pandangan kabur hingga kebutaan temporer.
Gejala lain preeklampsia dan eklampsia postpartum dapat meliputi sesak napas, nyeri dada, nyeri perut, dan edema ekstremitas. Gejala kejang eklampsia dapat berlangsung lebih dari sekali, bersifat tonik klonik umum dengan durasi 60–90 detik.[1,4,6,7]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi adanya peningkatan tekanan darah yang berat, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, edema perifer, kejang, hingga penurunan kesadaran. Adanya onset baru peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg disertai kejang tonik klonik umum mengonfirmasi diagnosis eklampsia postpartum.
Pasien juga dapat mengalami gejala disfungsi ginjal, disfungsi hati, gangguan sistem saraf pusat, serta edema pulmonar. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik menyeluruh disertai pemeriksaan neurologis diperlukan untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi kegagalan organ.
Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan nyeri kuadran kanan atas atau epigastrium. Pada pemeriksaan neurologis, refleks fisiologis dapat ditemukan meningkat disertai klonus positif. Pemeriksaan output urin dapat dilakukan untuk mengevaluasi disfungsi renal.[1,4,6,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding preeklampsia dan eklampsia postpartum meliputi kondisi lain yang menyebabkan gejala peningkatan tekanan darah dan kejang pada periode postpartum seperti hipertensi, ensefalopati hipertensif, stroke iskemik, infeksi, dan neoplasma otak.[1,2,6]
Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada preeklampsia postpartum harus dibedakan dari hipertensi dengan onset baru postpartum atau hipertensi kronik. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang terjadi sejak sebelum kehamilan atau sejak usia kehamilan <20 minggu. Penyakit ini umumnya dipengaruhi oleh gaya hidup, risiko familial, dan riwayat merokok. Berbeda dengan preeklampsia, diagnosis hipertensi postpartum tidak disertai dengan gejala gangguan neurologis dan kegagalan organ.[1,9]
Ensefalopati Hipertensif
Ensefalopati hipertensif merupakan kondisi kegawatdaruratan yang ditandai dengan penurunan status mental disebabkan peningkatan tekanan darah yang berat. Gejala penyakit ini meliputi nyeri kepala, mual muntah, kejang umum, gangguan penglihatan, hingga penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan MRI akan ditemukan adanya edema yang terlokalisasi.[1,14]
Stroke
Gejala stroke dapat menyerupai eklampsia, seperti nyeri kepala akut atau gradual, yang disertai kejang atau penurunan kesadaran. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh riwayat hipertensi tidak terkontrol, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan persalinan sectio caesaria. Pemeriksaan CT scan dan MRI dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis penyakit ini.[15,16]
Infeksi
Meningitis dan ensefalitis ditandai dengan gejala demam, nyeri kepala, perubahan status mental, dan defisit neurologi fokal. Pada meningitis akan dijumpai tanda khas iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig, dan Brudzinski. Diagnosis infeksi dapat ditegakkan melalui berbagai pemeriksaan seperti pungsi lumbal dan CT scan kepala.[17]
Neoplasma Otak
Neoplasma otak dapat menimbulkan gejala yang bersifat progresif atau akut seperti nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan kesadaran. Kejang akibat neoplasma otak dapat bersifat fokal atau umum, tergantung lokasi massa. Diagnosis neoplasma otak ditegakkan melalui CT scan dan MRI.[18]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang preeklampsia dan eklampsia postpartum melalui pemeriksaan laboratorium dan pencitraan dilakukan untuk menapis etiologi kejang serta mengevaluasi risiko komplikasi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium harus meliputi pemeriksaan darah lengkap, penilaian elektrolit, fungsi ginjal, hitung platelet, enzim hepar, dan protein urin. Berbagai studi menunjukkan bahwa pasien preeklampsia dan eklampsia postpartum dapat mengalami anemia, trombositopenia, dan proteinuria. Selain itu, kadar bilirubin dan kreatinin serum juga dapat ditemukan meningkat.[1,3,5–7]
Pada pasien dengan gejala overload cairan, pemeriksaan brain natriuretic peptide (BNP) dilakukan untuk menilai risiko komplikasi gagal jantung dan penentuan terapi diuresis. Pemeriksaan pungsi lumbal dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat atau perdarahan serebral.[1]
Pencitraan
Pemeriksaan CT scan dan MRI kepala bermanfaat dalam menapis etiologi lain dari kejang pada periode postpartum seperti stroke, perdarahan intrakranial, neoplasma, dan lesi sistem saraf pusat lainnya. Pada pasien dengan eklampsia dapat ditemukan abnormalitas hasil CT scan kepala seperti edema serebral, infark serebral, hipodensitas white matter difus, dan perdarahan intraventrikular.[2,6,7]
Abnormalitas MRI juga diperkirakan muncul pada 90% pasien eklampsia. Posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES) hingga kini semakin dikenal sebagai bagian dari eklampsia. Pada kondisi ini, edema dijumpai pada substansia alba di bagian posterior kedua hemisfer serebral, terutama di area parietooksipital.[6,7]